Daftar Isi
Nggak dapat ilmu selain fotokopi dan memanipulasi laporan kegiatan
Meski magang di sekretariat DPRD, jangan harap bisa mendapat transferan ilmu administrasi atau kehumasan. Bahkan sekadar diajari bagaimana menulis surat ala sekretaris DPRD pun sama sekali nggak pernah. Selama saya magang di sana, hanya 2 hal yang saya dapatkan. Pertama, cara mengoperasikan mesin fotokopi. Kedua, bagaimana menyusun laporan kegiatan anggota DPRD dengan cara “memanipulasinya”.
Memanipulasi laporan itu maksudnya begini. Dalam penyusunan laporan kegiatan anggota DPRD, menyusunnya itu dengan cara copy paste dari Google. Pokoknya apa saja yang dihasilkan mesin pencarian Google dan di situ ada nama DPRD, entah itu berita, jurnal, atau artikel, maka semua isinya akan di-copy paste untuk mengisi laporan kegiatan DPRD. Iya, tanpa peduli relevan apa nggak antara isi laporan dengan fakta kegiatan anggota DPRD. Jan ngawur lah pokoke.
Jangan tanya apakah saya sebelumnya sudah tanya atau berinisiatif untuk membantu. Segala cara sudah saya lakukan supaya nggak cuma disuruh fotokopi dan manipulasi laporan, tapi hasilnya nihil. Mereka betul-betul nggak mau memberikan pekerjaan lain pada mahasiswa magang. Mereka selalu bilang kalau mahasiswa magang nggak perlu ngoyo, cukup mengerjakan yang enteng saja. Menjengkelakan, bukan?
Magang di sekretariat DPRD banyak nganggurnya daripada kerjanya
Sekalipun cuma fotokopi dan manipulasi laporan, kedua pekerjaan tersebut nggak setiap hari saya lakukan. Ya gimana, ha wong pegawainya sendiri juga kadang nggak ngapa-ngapain seharian, kok. Apalagi saya sebagai anak magang yang kerjanya cuma fotokopi dan copy paste berita atau jurnal.
Ketika pegawai sekretariat DPRD ini nggak ngapa-ngapain bukan berarti karena mereka malas atau apa ya, nyatanya mereka memang mengikuti pekerjaan DPRD. Kalau DPRD sedang nggak ada kegiatan apa-apa, otomatis sekretariat nggak ngapa-ngapain.
Dalam keadan nganggur begitu, yang mereka lakukan biasanya kalau nggak gibah, TikTok-an, setel musik, ya tidur. Saya pribadi kadang saking nganggurnya, sampai bingung mau ngapain lagi setelah bosan buka HP berjam-jam. Mau nulis artikel atau baca buku itu ya jelas kurang fokus karena suasananya ramai. Mau keluar buat ngopi juga nggak enak karena belum waktunya istirahat.
Nggak dapat bayaran ataupun uang saku
Kalau kalian kebetulan ingin magang di sekretariat DPRD kayak saya, jangan harap mendapat bayaran. Bahkan sekadar dapat uang saku untuk bensin nggak ada. Dosen pembimbing lapangan saya sempat bertanya ke pihak sekretariat terkait ini. Alasannya sih mereka nggak mendapat anggaran untuk memberikan upah atau uang saku bagi mahasiswa magang.
Kalau dibilang menyesal, jelas saya menyesal. Tapi mau gimana lagi, magangnya sudah selesai dan itu cuma jadi masa lalu. Dan ini bisa dijadikan pelajaran buat kalian yang akan melakukan magang di semester selanjutnya. Pokoknya jangan tergiur dengan nama besar instansi tempat magang, deh.
Penulis: Achmad Fauzan Syaikhoni
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Tujuan Magang Buat Transfer Ilmu, Bukan Bikinin Kopi, doang.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.