Wacana tentang pembangunan jalan tol di Madura terus menyeruak di tengah masyarakat. Dalam satu minggu ini saja, saya sudah dua kali melihat konten di media sosial yang menggambarkan keinginan masyarakat Madura agar segera berdiri jalan tol. Dan jauh sebelumnya, saya sudah banyak mendengar keluh kesah orang-orang terdekat yang menginginkan pemerintah segera mendirikan jalan tol di Madura.
Bahkan, orang luar Madura juga menginginkan pemerintah segera mendirikan jalan tol di Pulau Garam ini. Saya mengetahuinya dari kerabat saya di Lumajang yang mengutarakan, “Sudah saatnya Madura ada jalan tol.”
Hadirnya desakan masyarakat Madura dan orang luar agar pemerintah membangun jalan tol menjadi hal lumrah. Lantaran, saya sebagai orang Madura yang sering bepergian ke luar Madura merasakan betul betapa padatnya dan macetnya kendaraan saat melewati jalan provinsi di Madura. Dengan jumlah kendaraan yang padat dan macet, akhirnya membuat waktu tempuh untuk sampai ke jembatan Suramadu bisa memakan waktu lama.
Meski demikian, saya tidak setuju jika berdiri jalan tol di Madura. Bukan karena saya tidak ingin lalu lintas berjalan dengan lancar. Ketidaksetujuan saya muncul dari dampak pembangunan jalan tol yang lebih banyak mudaratnya daripada manfaatnya.
Lahan yang harus dikorbankan
Hadirnya pembangunan jalan tol, berarti harus ada lahan hijau yang dikorbankan. Mengorbankan lahan hijau di Madura, artinya akan semakin memperparah persoalan lingkungan di Madura. Tanpa adanya pembangunan jalan tol, lingkungan di Madura saja sudah mengalami krisis akibat banyaknya investor membangun perekonomian tanpa memperhatikan Amdal.
Riset Shohibul Umam memperlihatkan bahwa sudah 10 tahun terakhir ini, di Kabupaten Sumenep mengalami krisis lingkungan. Data risetnya memperlihatkan mulai berkurangnya ruang hijau di Sumenep akibat pembangunan perumahan yang serampangan. Itu sebabnya suhu di Madura mulai terasa semakin panas.
Belum lagi dengan banyaknya hotel, restoran, dan kafe di kabupaten Madura yang mengubah lahan persawahan menjadi bangunan beton. Dengan berubahnya fungsi lahan persawahan, menjadi tidak mengherankan kalau Madura akhir-akhir ini sering mengalami banjir saat musim hujan.
Jadi bisa dibayangkan, dengan kondisi Madura yang belum ada proyek pembangunan jalan tol saja dampak krisis lingkungannya sudah mengerikan, apalagi dengan adanya proyek pembangunan jalan tol. Tentunya akan semakin memperparah kondisi kerusakan lingkungan. Bisa jadi, banjir akan semakin parah dan suhu semakin mengalami peningkatan ekstrem di Madura. Hal tersebut akan berdampak pada kondisi perekonomian, terutama petani.
Baca halaman selanjutnya