M. Iming, Peci Legendaris dari Bandung yang Bikin Kamu Tambah Ganteng

M. Iming, Peci Legendaris dari Bandung yang Bikin Kamu Tambah Ganteng (Shutterstock.com)

Peci atau kopiah—di tempat lain mungkin disebut songkok hitam—adalah penutup kepala bagi laki-laki. Biasanya, peci dipakai di beberapa momen penting semacam pernikahan, acara keagamaan, acara resmi kenegaraan, dan sejenisnya. Khusus di bulan Ramadan ini, apalagi menjelang Lebaran, peci jadi barang yang banyak dicari orang. Maklum, rasanya nggak afdal kalau salat Id nggak pakai peci. Kurang ganteng, gitu.

Buat kamu yang sekarang lagi berburu peci, saya rekomendasikan satu merek peci legendaris dari Bandung. Namanya peci Mas Iming alias M. Iming. Disebut legendaris karena merek peci ini sudah eksis lebih dari satu abad, tepatnya sejak tahun 1918. Kalau dari referensi yang saya baca, peci M. Iming ini pernah dipakai oleh Presiden Soekarno, para Wali Kota Bandung, dan beberapa pejabat negara yang lain. Keren nggak, sih?

Peci M. Iming pernah dipakai oleh Presiden Soekarno (Nuamfolio/Shutterstock.com)

Memangnya apa saja sih keistimewaan peci M. Iming, peci legendaris dari Bandung ini?

Pertama, peci M. Iming ini dibuat dari bahan beludru yang berkualitas. Bahannya lembut dan halus. Selain itu warnanya juga hitam legam dan nggak cepat pudar meski sudah dipakai bertahun-tahun. Kualitas inilah yang membedakannya dengan peci merek lain yang kadang berubah warna menjadi kusam kalau sudah dipakai berkali-kali.

Kedua, jahitan peci M. Iming ini sangat kokoh dan rapi. Kualitas jahitan bisa dilihat di bagian dalam peci. Semakin bagus kualitas jahitan, maka semakin kuat juga pecinya. Meski dijahit dengan tangan (bukan mesin), pola jahitan peci M. Iming ini sangat kokoh dan rapi. Konon katanya, pola jahitan peci M. Iming ini jadi standar pembuatan peci di Indonesia.

Ketiga, peci M. Iming sangat ringan. Biasanya, peci berbahan beludru terasa berat ketika dipakai di kepala. Tapi, hal itu ternyata nggak berlaku buat peci M. Iming. Meski berbahan beludru, pecinya masih terasa ringan dan nggak bikin kepala cenat-cenut meski dipakai seharian.

Peci legendaris dari Bandung ini ringan dan jahitannya kokoh (Shutterstock.com)

Keempat, model peci yang beragam. Sebetulnya, ciri khas sekaligus produk unggulan dari peci M. Iming ini adalah peci beludru hitam polos. Namun, saat ini sudah banyak model yang dibuat untuk mengikuti selera pasar. Ada peci beludru hitam bermotif, ada peci lukis, ada peci bermotif batik, ada juga peci berbahan jaring. Pokoke lengkap, deh.

Kelima, harga yang kompetitif. Memang, sih, harga peci M. Iming ini agak sedikit di atas harga peci pada umumnya. Tapi worth it, kok. Harga yang ditawarkan sangat bervariasi, tergantung model peci yang dipilih. Harga termurah ada yang di kisaran 100 ribu rupiah sedangkan yang paling mahal ada di kisaran 300 ribu rupiah.

Nah, buat kamu yang pengin beli peci, saya sarankan datang langsung ke toko pusatnya di Jalan Ahmad Yani, Bandung. Di situ kamu bakalan takjub dengan desain interior tokonya. Maklum, si pemilik yang merupakan generasi kelima M. Iming tetap mempertahankan gaya klasik arsitektur dan interior bangunan tokonya. Foto-foto jadul yang dipajang dan lemari kaca untuk display peci makin menambah kesan klasik toko peci M. Iming ini.

Beli peci baru buat bekal salat Id nanti (Shutterstock.com)

Tapi buat kamu yang nggak sempat beli langsung ke tokonya, bisa juga kok beli online di Tokopedia atau Shopee. Tapi hati-hati jangan sampai kegocek, ya. Soalnya ada beberapa merek peci yang namanya mirip-mirip. Ada peci H. Iming, ada peci Iming Son, atau merek yang pakai embel-embel Iming yang lain. Mereka nggak ada hubungannya dengan merek peci legendaris ini. Pokoknya wes cuma satu saja mereknya: M. Iming.

Ayo tunggu apa lagi? Buruan beli sekarang. Kapan lagi pakai peci yang mereknya sama dengan peci Presiden Soekarno dan peci pejabat negara lainnya?

Penulis: Andri Saleh
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Cuanki Baba Bandung, Camilan Khas Bandung yang (Ingin) Mendunia.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Exit mobile version