Kaesang Pangarep blakasuta ingin mengikuti jejak ayah dan kakaknya sebagai seorang politisi. Ya, putra bungsu Pak Jokowi itu katanya bakal all out mengikuti Pilkada 2024. Namun, sampai saat ini, tampaknya dia masih bingung mau ikut Pilkada mana.
Setidaknya ada tiga kota pilihan Kaesang Pangarep yang akhir-akhir ini santer terdengar di lini media sosial, yakni Depok, Sleman, dan Solo. Netizen terbelah menjadi tiga kelompok. Banyak yang menilai kalau dia lebih cocok memimpin Sleman atau Solo daripada Depok. Tapi, nggak sedikit juga yang mendukung Kaesang agar mau memimpin Depok.
Dari tiga kota tersebut, menurut saya, Kaesang Pangarep lebih pantas ikut Pilkada Solo atau Depok. Pasalnya, Sleman punya banyak masalah yang hanya bisa ditangani oleh orang-orang mind blowing dan berjiwa seni tinggi. Dan, sosok paling ideal memimpin Sleman bukan Kaesang, melainkan Aryo Verdijantoro atau yang akrab disapa Otong, vokalis band beraliran industrial metal, Koil.
Jangan Kaesang Pangarep, tapi Otong karena dia sosok sembada dan berani melakukan gebrakan baru
Salah satu alasan Otong Koil pantas memimpin Sleman ketimbang Kaesang Pangarep karena beliau seorang yang cerdas dan sembada (sesuai tagline kabupaten Sleman). Saat diwawancarai di YouTube VINDES, pria berambut gondrong itu mengaku saat duduk di bangku di sekolah selalu mendapat juara kelas. Meski kadang berperilaku nyeleneh, tapi pria berambut gondrong itu sungguh sembada dalam menciptakan lirik-lirik lagu berkualitas.
Menurut saya, Otong Koil adalah salah satu penulis lirik lagu paling jenius di Indonesia. Sejak merilis album pertamanya bertajuk Koil (1996), Otong sudah menunjukkan kepiawaiannya menulis lirik. Beberapa lagu seperti “Murka”, “Senyawa Mesin”, dan “Waktu Yang Berhenti”, membuktikan kalau penyair depresif itu seperti sudah melampauinya zamannya dan sangat visioner.
Bagaimana tidak, saat penyanyi atau band populer di era 1990-an masih berkutat pada lagu-lagu seputar percintaan, Otong datang membawa gebrakan baru. Dia membuat lirik-lirik liar sarat makna yang saat itu mungkin dianggap belum lazim. Mas Kaesang Pangarep bisa nulis lirik?
Bukan bermaksud mengesampingkan lagu-lagu populer di era itu dan bersikap sotoy, tapi lirik seperti di atas memang belum lazim pada masa itu. Saya berani ngomong kayak gini karena om saya, yang kebetulan pengoleksi kaset pita, menjadi saksinya. Menurut om saya, setidaknya ada dua band yang pada masa itu berani mendobrak blantika musik Indonesia, yakni Netral dan Koil.
Selain karena liriknya yang to the point dan nggak bertele-tele, kedua band tersebut juga terkesan nggak peduli sama koridor atau pakem seorang penyanyi yang harus memiliki suara bagus. Baik Om Bagz (vokalis NTRL) maupun Otong, seperti menegaskan kalau musik itu, ya, berwarna dan nggak kudu mengekor sama yang sudah-sudah.
Inilah yang sejatinya dibutuhkan Sleman, bukan sosok Kaesang Pangarep. Banyaknya kampus ternama sangat sayang kalau para penghuninya nggak berani melakukan gebrakan baru untuk membenahi sistem. Saya sangat yakin Otong mampu memberi warna baru bagi dunia pendidikan di Sleman.
Baca halaman selanjutnya
Bukan Kaesang Pangarep tapi Otong karena…