Nama Lawson beberapa tahun belakangan viral di kalangan anak kuliahan. Utamanya karena banyak influencer yang nge-review tempat ini worth it banget buat dikunjungi. Kata mereka, layanan plus barang dagangannya unik dan susah dijumpai di tempat lain.
Ketika Lawson pertama kali buka dekat rumah saya di Surabaya, rasanya wajib hukumnya untuk segera silaturahmi dan membuktikan sendiri klaim para influencer. Apalagi ada klaim bahwa Lawson ini ibarat wonderkid yang punya potensi menggeser takhta Indomaret dan Alfamart di masa depan (walaupun sebenarnya lisensi Lawson yang pegang ya Alfa Group).
Banyak keheranan saat berkunjung pertama kali ke Lawson
Pertama kali datang saya langsung dibuat kaget. Ketika melirik etalase jajanan ringan, saya refleks ngebatin, “Hah? Tenanan sak mene regane?”. Setelah melihat sekeliling dengan lebih saksama, ternyata memang banyak barang dagangannya dipatok sedikit diatas harga normal.
Lebih heran lagi ketika sadar kalau hampir semua yang dijual adalah makanan dan minuman. Berbeda dengan convenience store pada umumnya yang menjual berbagai macam barang mulai dari jebakan tikus hingga pembersih kakus. Akhirnya pada perjumpaan pertama tersebut, saya memutuskan membeli odeng-odengan, makanan yang memang menjadi ikon Lawson.
Rasa penasaran masih menyelimuti akibat kesan pertama yang relatif biasa saja. Setelah beberapa kunjungan rutin, saya baru ngeh ternyata ada fitur tersembunyi yang belum saya optimalkan dari tempat ini.
Baca halaman selanjutnya: Mirip nongkrong di kafe tapi keluar uangnya kayak di warkop…