Rasanya tak ada habisnya membahas kampus Unesa di Terminal Mojok. Terhitung setidaknya ada puluhan tulisan yang membahas seputar kampus ini di Terminal Mojok. Padahal kalau dipikir-pikir, kampus di Surabaya masih banyak dan bisa dijadikan topik pembicaraan. Tapi entah kenapa tetap saja banyak yang membahas kampus satu ini.
Sejujurnya Unesa bukan kampus yang paling buruk, tapi untuk dikatakan yang terbaik, ya belum juga. Itulah kenapa banyak yang meyakini jika Unesa lebih pantas menyandang gelar sebagai Kampus Medioker.
Sebagai satu dari banyak alumni yang merasakan suka duka kuliah di kampus ini, saya merasa cukup kompeten membicarakan beberapa hal menyangkut kampus Unesa. Kuliah di Unesa sesungguhnya bisa jadi sangat menyenangkan asalkan mahasiswa mau berdamai dengan tiga kekurangan kampus berikut ini.
Daftar Isi
Kampus Unesa nggak ramah untuk pejalan kaki
Derita kuliah di kampus yang penataan sarana dan prasarananya kurang diperhitungkan terhadap perubahan iklim kayak gini adalah hal pertama yang harus bisa diterima mahasiswa Unesa. Bayangkan saja, jarak antar gedung kuliah cukup jauh, sementara fasilitas trotoar yang disediakan pihak kampus nggak cukup teduh untuk melindungi kulit dari sengatan panas Kota Surabaya.
Beberapa kali saya sampai harus menentukan pilihan sulit. Pertama, memakai jatah bolos untuk mata kuliah yang mulai pukul 13.00 WIB. Kedua, tetap berangkat meski harus berhadapan dengan keringat dan bau badan saat tiba di kelas sekalipun sudah menyempatkan mandi 5 menit sebelum berangkat ke kampus.
Mungkin saja dulunya waktu dirancang, kampus Unesa nggak memperhitungkan kenaikan suhu bumi yang bakal terjadi. Tapi hal serupa juga terjadi di kampus Lidah Wetan yang usianya lebih muda. Jarak antar gedung di sana yang tambah jauh nggak diiringi dengan penerangan jalan yang cukup. Alhasil mahasiswa yang berjalan kaki di malam hari di lingkungan kampus siap-siap saja uji nyali.
Peluang kejahatan ada di mana saja, tak terkecuali parkiran kampus
Setelah cerita soal hilangnya dua sepeda motor di parkiran kampus FBS Unesa yang juga tayang di Terminal Mojok, baru-baru ini ada kabar mahasiswa yang menjadi korban pencurian spare part motor. Iya, kamu nggak salah dengar, Lur, bukan motornya yang dicuri, melainkan spare part motornya. Lebih tepatnya body depan motor lengkap dengan lampu sorot dan seinnya.
Sepertinya kampus ini jadi sumber penghasilan tetap para maling. Mulai dari motor, helm, bahkan lampu sein aja hilang di sini. Pada beberapa kesempatan bahkan sepatu juga bisa hilang jika kamu terlalu khusyuk beribadah di kampus. Baiyoh!
Terlalu memanjakan anak olahraga
Sudah bukan rahasia lagi jika kampus yang dulunya bernama IKIP ini dikenal sebagai kampus calon guru. Saya sendiri bahkan bergelar S.Pd. dari kampus ini. Namun beberapa tahun belakangan, atau setidaknya pada dua periode kepemimpinan rektor yang sekarang, Unesa seperti disulap menjadi penghasil atlet saja.
Banyak yang mengeluhkan bahwa sarana yang tersedia di fakultas lain seolah nggak diperhatikan. Bahkan sudah banyak obrolan yang menyebar di kalangan mahasiswa bahwa Fakultas Olahraga (yang sekarang menjadi Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan) adalah “Fakultas Anak Emas”. Fakultas selain itu adalah anak tiri. Sedih.
Harusnya kan sebagai Kampus Pendidikan, Unesa setidaknya menyediakan fasilitas penunjang pendidikan yang mumpuni. Minimal punya lab microteaching lah di setiap prodi. Saya bahkan pernah harus praktik mengajar dengan kondisi mati listrik padahal ada PPT yang harus digunakan sebagai media ajar. Untungnya saat itu yang jadi audiens saya cuma teman-teman sendiri yang cosplay jadi murid. Yah, sudah janjian di awal buat “main sekolah-sekolahan” lah.
Itulah beberapa kekurangan kampus Unesa yang akhirnya membuat kampus ini pantas menyandang gelar sebagai Kampus Medioker. Mahasiswa yang kuliah di sini harus memahami betul bahwa kuliah di Unesa nggak seburuk itu dan bisa menyenangkan asal berdamai dengan tiga hal di atas.
Saran saya buat kampus, tolong diperbaiki beberapa kekurangan di atas. Sudah banyak lho mahasiswa yang sambat. Daripada fokus mem-branding diri sebagai kampus pertama yang akan buka kampus di IKN, bukankah sebaiknya pihak kampus Unesa fokus memastikan ketersediaan air bersih di toilet? Supaya nggak ada lagi mahasiswa yang terpaksa bawa air mineral ke dalam toilet karena pesimis dengan ketersediaan air di kamar mandi.
Penulis: Andika Fiki Ramadhan
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA ITS Surabaya, Kampus yang Bikin Iri Mahasiswa Unesa Ketintang.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.