Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Krisis Ruang Aman bagi Perempuan dari Pelecehan Seksual: Ketika Pesantren dan Kampus Jadi Ruang Penjahat

Prabu Yudianto oleh Prabu Yudianto
27 Agustus 2022
A A
Krisis Ruang Aman bagi Perempuan dari Pelecehan Seksual: Ketika Pesantren dan Kampus Jadi Ruang Penjahat

Krisis Ruang Aman bagi Perempuan dari Pelecehan Seksual: Ketika Pesantren dan Kampus Jadi Ruang Penjahat (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Ketika tempat yang harusnya aman untuk perempuan dari ancaman pelecehan seksual seperti kampus malah jadi tempat pelaku melancarkan kebejatannya, ke mana lagi mereka harus berlindung?

Lagu “Cita-citaku” karya The Panasdalam mungkin akan jadi salah satu lagu yang paling tidak relevan. Dalam lagu tersebut, perempuan digambarkan hidup lebih mudah dari laki-laki. Bahkan disebut (maaf) membuka aurat akan membuat laki-laki rela berkorban. Realitanya, perempuan saja susah untuk hidup aman. Bahkan ketika ada di dalam pesantren maupun kampus.

Ini bukan ide ndakik-ndakik. Cukup cari “pelecehan seksual di pesantren” melalui Google. Seluruh artikel terbaru hanya terjadi dalam hitungan minggu atau bulan. Paling moncer adalah kasus pelecehan di Pesantren Shiddiqiyyah oleh Mas Bechi. Kalau saya sebut seluruh pelecehan, bisa-bisa jadi satu artikel sendiri.

Dunia pendidikan tinggi juga sama saja. Paling nggapleki adalah kasus pelecehan seksual di Universitas Riau (Unri). Pelaku yang seorang dekan dibebaskan karena tidak cukup bukti. Lagu lama, hm.

Universitas Gadjah Mada (UGM) juga punya cerita sendiri. Paling terkenang adalah kasus pelecehan di KKN yang terkenal dengan tagar #kitaagni. Ini spesial, karena pelaku hampir saja wisuda bareng saya. Untung sih tidak jadi. Karena para demonstran sudah menanti si pelaku muncul saat wisuda.

Masih banyak lagi kasus pelecehan seksual di dua ekosistem tersebut. Terlepas dari penanganan kasus yang memuakkan, pelecehan seksual di pesantren dan kampus adalah masalah sendiri. Dua ekosistem yang seharusnya menjadi pelopor ruang aman bagi perempuan malah jadi sarang penjahat seksual.

Pesantren memiliki basis pendidikan berlandaskan agama. Perguruan tinggi didirikan untuk menempa intelektual yang humanis. Keduanya memiliki nilai moral yang menjadi barrier bagi predator seksual. Seharusnya, dua sistem pendidikan ini minim pelecehan seksual. Kenyataannya? Pahit!

Bahkan dari dalam dua sistem pendidikan itu masih sering ditemukan ketimpangan gender. Perempuan selalu menjadi pihak rentan yang “dilemahkan”. Jujur saja, perempuan selalu menjadi sasaran baik perundungan maupun bercandaan mesum. Relasi kuasa yang seharusnya tidak hadir di dunia pendidikan malah ikut melanggengkan dan melindungi kekerasan seksual.

Baca Juga:

Balada Perempuan Penghuni Jogja Selatan, Gerak Dikit Kena Catcalling Orang Aneh, Ketenangan Itu Hanya Hoaks!

4 Hal yang Perlu Dipertimbangkan Perempuan Sebelum Tinggal di Kos Campur

Baik guru maupun dosen sering menjadi sumber kekerasan seksual ini. Karena mereka memiliki posisi lebih tinggi dari mahasiswa atau murid, maka mental mesum mendapat ruang untuk melecehkan. Dengan alasan nilai bagus, ancaman hukuman, bahkan “mensucikan”, pelecehan seksual terjadi dengan lebih mudah.

Ada contoh menarik dari salah satu teman. Kebetulan ia sedang berkuliah S2 di salah satu kampus di Jawa Barat. Setiap bimbingan, si dosen selalu melontarkan candaan mesum. Terutama tentang bagian tubuh teman saya. Bahkan candaan ini berlanjut melalui WhatsApp.

Ketika teman saya menceritakan kejadian ini, yang diperoleh adalah ajakan untuk diam. Mereka menekan teman saya untuk menyimpan kasus ini karena si dosen bisa saja “mengacaukan hidup” teman saya. Mereka menakut-nakuti teman saya dengan ancaman tidak lulus bahkan diasingkan di kampus.

Anda menangkap maksud saya? Selama dunia pendidikan masih melanggengkan relasi kuasa, pelecehan seksual lebih mudah terjadi. Ketika guru atau dosen memiliki kuasa untuk mengacaukan hidup tadi, perempuan yang lebih rendah posisi sosialnya jadi sasaran empuk pelecehan.

Sialnya, relasi kuasa ini dipandang wajar. Norma dalam masyarakat memaklumi guru dan dosen yang punya kekuatan mengancam. Bahkan melawan mereka dinilai tindakan amoral. Bahkan ketika dilecehkan, melawan guru dan dosen tetap salah secara moral. Ruang aman bagi perempuan mustahil terbentuk dalam situasi ini. Selama guru dan dosen masih ditempatkan setinggi langit, pelecehan seksual akan tetap terlindungi.

Sebenarnya kita bisa memakai logika sederhana. Guru dan dosen lebih tinggi dari murid secara keilmuan. Di luar itu, mereka sama-sama manusia. Sama-sama menjadi objek hukum negara dan agama. Ketika mereka melecehkan, tempatkan mereka sebagai manusia yang sama seperti korban.

Terdengar gampang bukan? Gampang dengkulmu angop! Masyarakat masih memandang guru dan dosen setinggi langit. Penanganan kasus pelecehan seksual tidak pernah serius sampai jadi viral. Perempuan yang menyuarakan ruang aman dipandang sebagai liberal SJW.

Maka harus kemana perempuan mencari ruang aman? Kebutuhan atas ruang aman ini sudah tidak bisa ditawar lagi. Tapi ruang aman tidak tercapai, bahkan dalam ekosistem yang seharusnya melawan pelecehan seksual. Mungkin, masalahnya bukan dari oknum. Namun juga dari kita semua dalam memandang hak atas ruang aman bagi perempuan.

Penulis: Prabu Yudianto
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA PT KAI Blacklist Pelaku Pelecehan Seksual, BUMN Lain Wajib Terinspirasi!

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 27 Agustus 2022 oleh

Tags: Pelecehan SeksualPerempuanruang aman
Prabu Yudianto

Prabu Yudianto

Penulis kelahiran Yogyakarta. Bekerja sebagai manajer marketing. Founder Academy of BUG. Co-Founder Kelas Menulis Bahagia. Fans PSIM dan West Ham United!

ArtikelTerkait

Akui Saja bahwa Kita Tidak Sesuai dengan Standar Kecantikan Indonesia terminal mojok

Akui Saja bahwa Kita Tidak Sesuai dengan Standar Kecantikan Indonesia

16 Juni 2021
Jadi Perempuan Sulit? Maaf, Jadi Pria Juga Ada Kalanya Sulit, Nona terminal mojok.co

Perempuan dan Laki-laki Bisa Memilih untuk Tidak Tunduk dengan Patriarki

5 Oktober 2020

4 Pembelajaran dari Kasus Dugaan Pelecehan Seksual Gofar Hilman

10 Juni 2021
melissa siska juminto coo tokopedia najwa shihab founder narasi tv kesetaraan gender teknologi hari perempuan sedunia 2021 mojok.co

Kesetaraan Gender Bukan Mimpi Lagi di Hadapan Teknologi

8 Maret 2021
Tradisi Kupatan sebagai Tanda Berakhirnya Hari Lebaran Masa Lalu Kelam Takbir Keliling di Desa Saya Sunah Idul Fitri Itu Nggak Cuma Pakai Baju Baru, loh! Hal-hal yang Dapat Kita Pelajari dari Langgengnya Serial “Para Pencari Tuhan” Dilema Mudik Tahun Ini yang Nggak Cuma Urusan Tradisi Sepi Job Akibat Pandemi, Pemuka Agama Disantuni Beragama di Tengah Pandemi: Jangan Egois Kita Mudah Tersinggung, karena Kita Mayoritas Ramadan Tahun Ini, Kita Sudah Belajar Apa? Sulitnya Memilih Mode Jilbab yang Bebas Stigma Kenapa Saf Tarawih Makin Maju Jelang Akhir Ramadan? Kenapa Kita Sulit Menerima Perbedaan di Media Sosial? Masjid Nabawi: Contoh Masjid yang Ramah Perempuan Surat Cinta untuk Masjid yang Tidak Ramah Perempuan Campaign #WeShouldAlwaysBeKind di Instagram dan Adab Silaturahmi yang Nggak Bikin GR Tarawih di Rumah: Ibadah Sekaligus Muamalah Ramadan dan Pandemi = Peningkatan Kriminalitas? Memetik Pesan Kemanusiaan dari Serial Drama: The World of the Married Mungkinkah Ramadan Menjadi Momen yang Inklusif? Beratnya Menjalani Puasa Saat Istihadhah Menghitung Pengeluaran Kita Kalau Buka Puasa “Sederhana” di Mekkah Apakah Menutup Warung Makan Akan Meningkatkan Kualitas Puasa Kita? Kenapa Saf Tarawih Makin Maju Jelang Akhir Ramadan? Apakah Menutup Warung Makan Akan Meningkatkan Kualitas Puasa Kita? Mengenang Serunya Mengisi Buku Catatan Ramadan Saat SD Belajar Berpuasa dari Pandemi Corona Perlu Diingat: Yang Lebih Arab, Bukan Berarti Lebih Alim Nonton Mukbang Saat Puasa, Bolehkah? Semoga Iklan Bumbu Dapur Edisi Ramadan Tahun Ini yang Masak Nggak Cuma Ibu

Masjid Nabawi: Contoh Masjid yang Ramah Perempuan

11 Mei 2020
Rekomendasi 4 Motor yang Cocok buat Pengendara Pemula

3 Alasan Sesungguhnya Perempuan Jarang Ganti Oli Motor

25 November 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Putuk Lesung Pasuruan Cocok Dikunjungi Orang-orang yang Lelah Liburan ke Malang

Putuk Lesung Pasuruan Cocok Dikunjungi Orang-orang yang Lelah Liburan ke Malang

30 Desember 2025
Banyu Langit Agro Park Magelang, Tempat Liburan yang Tepat untuk Momong Anak Mojok.co

Banyu Langit Agro Park Magelang, Tempat Liburan yang Tepat untuk Momong Anak

30 Desember 2025
Penjelasan Ending Film The Great Flood buat Kamu yang Masih Mikir Keras Ini Sebenarnya Film Apa

Penjelasan Ending Film The Great Flood buat Kamu yang Masih Mikir Keras Ini Sebenarnya Film Apa

28 Desember 2025
4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

25 Desember 2025
Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

25 Desember 2025
Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

24 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Orang Tak Tegaan Jadi Debt Collector: Tak Tagih Utang Malah Sedekah Uang, Tak Nikmati Gaji Malah Boncos 2 Kali
  • Biro Jasa Nikah Siri Maikin Marak: “Jalan Ninja” untuk Pemuas Syahwat, Dalih Selingkuh, dan Hindari Tanggung Jawab Rumah Tangga
  • Didikan Bapak Penjual Es Teh untuk Anak yang Kuliah di UNY, Jadi Lulusan dengan IPK Tertinggi
  • Toko Buku dan Cara Pelan-Pelan Orang Jatuh Cinta Lagi pada Bacaan
  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.