Jujur saja, akhir-akhir ini saya merasa mangkel ketika login di beberapa akun media sosial dan mengecek postingan yang berseliweran di linimasa. Mau itu Twitter, Instagram, juga Facebook (setidaknya di tiga platform ini saya masih terbilang cukup aktif). Pasalnya, sampai dengan saat ini, masih banyak mahasiswa yang berasal dari beberapa kampus keranjingan membuat konten University Check. Yang saya lihat itu lagi, itu lagi.
Nggak, saya nggak ngiri sama sekali dengan kemewahan fasilitas kampus yang dipamerkan. Hanya sekadar kagum dengan beberapa spot yang terbilang cukup mewah untuk ukuran kampus. Selebihnya, saya hanya merasa biasa saja. Saya paham, mereka ingin menunjukkan pride kuliah di kampus masing-masing, khususnya soal fasilitas.
Tapi, jujur saja, ketika berkali-kali melihat konten ini, saya malah mangkel. Bawaannya selalu pengin bilang, “Ini apa banget, sih?!” Dan saya pikir, ketika saya melihat komentar mengenai University Check di kolom pencarian maupun trending dari banyak orang, bukan hanya saya sendiri yang menimbun rasa mangkel karena hal tersebut. Ada banyak orang yang muncul dengan komentar super julidnya.
Kalau nggak percaya, coba deh kalian cek secara mandiri pada kolom pencarian di tiap platform medsos dengan kata kunci “University Check”, pasti akan ada beberapa konten video berdurasi singkat para mahasiswa yang sedang memamerkan kemewahan kampusnya masing-masing, sekaligus komentar ajaib dari netizen budiman. Plus meme yang bisa dijadikan hiburan, bahan candaan.
Sebetulnya, setelah saya merasa mangkel karena sering melihat video University Check—yang biasanya diolah dengan aplikasi Tiktok dengan segala editannya—ada dua sisi yang bisa didapat, sisi menyenangkan dan nggak menyenangkan.
Pertama, saya kasih tahu terlebih dulu soal sisi menyenangkannya. Begini, sadar atau tidak, video University Check ini bisa dijadikan sebagai promosi tiap kampus yang tersebar di seluruh Indonesia. Dengan memperlihatkan apa saja kegiatan di kampus, fasilitas apa saja yang tersedia, dan bagaimana situasi serta lingkungannya, pasti selalu ada yang tertarik untuk bisa kuliah di kampus yang sedang di-review. Kalau sudah begini, staf marketing atau humas kampus nggak perlu pusing-pusing amat soal promosi, karena sudah diwakilkan oleh para mahasiswanya.
Kedua, ini bagian yang nggak menyenangkan. Akui saja, bagi yang merasa mangkel ketika melihat video University Check dengan segala kemewahannya, pasti karena mikirnya mereka ini sedang pamer. Betul, kan? Memang sih, soal pamer ini nggak bisa dimungkiri. Antara video satu dengan yang lain, rata-rata menunjukkan sisi mewah dari tiap kampus. Makanya, saya nggak heran ketika ada video atau meme yang nge-troll konten University Check sebagai bentuk perlawanan dan dijadikan bahan bercandaan.
Jika ada hal lain, mereka yang keranjingan bikin video semacam ini, pikir saya, sekadar bangga karena kuliah dan belajar di kampus yang pada dasarnya memang terlihat megah. Selain kampus tersebut sudah menjadi idaman untuk sebagian orang. Syukur-syukur jika kelak memang bisa memberi motivasi juga berprestasi.
Sebetulnya, University Check ini nggak perlu ditanggapi terlalu serius. Namanya juga salah satu bagian dari konten. Bebas, dong, seseorang mau buat konten apa—selama dapat dipertanggungjawabkan dengan baik? Sebab, nggak sedikit juga orang yang mengkritisi konten ini. Ada yang berkomentar, “Halah, puas-puasin aja sana kuliah sebelum skripsi!”, “Kuliah yang bener, malah pamer kampus!”, atau “University check, university check, urusin tuh skripsi!” Lah, kocak. Malah ngatur-ngatur kesenangan orang lain.
Maksud saya, siapa tau nih, ya, siapa tau, mahasiswa yang ada di video University Check juga memang sudah belajar, terus bikin video itu untuk melepas penat, memanfaatkan jeda istirahat sebelum belajar lagi. Siapa tau, loh, ya. Lalu soal ngurus skripsi, memangnya yang bikin konten ini mahasiswa tingkat akhir semua? Bahkan saya menduga, yang bikin konten ini kebanyakan mahasiswa tingkat awal. Lihat aja, tampangnya masih fresh semua, kan? Jelas belum mengalami gimana rasanya ngerjain revisi skripsi yang seabrek-abrek atau judul ditolak berulang kali. Eh?
Kalau saya sih, sebagai alumni dari salah satu universitas ternama, nggak perlu repot-repot jelasin kampus saya gimana, apalagi sampai ikut-ikutan bikin konten University Check segala. Yang jelas, saya bangga jadi alumni kampus ini. Sini, biar saya kasih tahu dan kalian pasti langsung bisa nebak dulu saya kuliah di mana. Kata kuncinya: di iklannya, ada UFO terbang.
BACA JUGA Berhenti Bilang Anak TikTok Alay! Bikin Kontennya Sulit Tauk! atau tulisan Seto Wicaksono lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.