Sebagai seorang penikmat makanan aci-acian (cilok, cimol, cireng, dan cilor), sudah barang tentu saya tak akan melewatkan merasakan sensasi kelezatan yang ditawarkan oleh bakso aci yang kini sedang populer di kalangan masyarakat. Tak bisa dimungkiri makan bakso aci, apalagi pas hujan-hujan gitu, hmmm… itu sungguh kenikmatan yang hakiki bagi acilovers. Dalam setiap suapannya itu ada sensasi kesegaran jeruk limau, bercampur dengan rasa asin dan pedas secara bersamaan.
Bakso aci ini merupakan bakso dengan bahan dasar aci. Kalau menurut saya, harusnya sih namanya bukan bakso aci, tapi lebih tepat dinamakan cilok kuah kayaknya yah. Soalnya si bakso ini benar-benar murni baksonya itu dari aci dan tanpa campuran daging. Kalau pas lagi untung, biasanya ada penjual bakso aci yang memasukan isian di dalam bakso ini. Tapi saya sendiri seringnya dapat bakso aci yang polosan alias nggak ada isinya apa-apa. Makanya pas makan kali pertama itu saya mikir, ini bakso apa cilok sih?
Untuk teman makan si bakso aci ini, si pedagang akan menyertakan varian toping yang biasanya berisi pilus, cuanki, batagor kering, dan somay kering. Sedangkan untuk bumbunya sendiri hanya bubuk cabai dan jeruk limau. Bakso aci, toping, dan beserta bumbunya nanti akan dikemas dan dijual dalam satu bungkus kemasan plastik. Untuk memakannya, kita harus merebusnya sendiri lalu mencampurkan semua itu dengan bumbunya. Namun jika tak mau ribet, kita bisa langsung nyamperin tukang bakso aci di gerainya secara langsung. Tinggal pesan dan satu mangkok bakso aci akan menghampiri kita.
Setelah sekian lama menikmati bakso aci ini, saya baru sadar satu hal, kok ya harga bakso aci ini lebih mahal dari bakso daging sih? Bakso daging biasa itu di tempat saya biasanya dijual dengan harga 12.000 dan untuk ukuran bakso jumbo yang full urat biasanya 15.000-17.000. Untuk bakso dengan daging ayam yang dijual abang-abang keliling itu malahan dijual dengan harga 5.000 rupiah. Itu pun sudah ada mie, sayur sawi+toge, pangsit, tahu, dan saus sambel kecap satu paket.
Untuk bakso aci di tempat saya biasanya dijual sekitar harga 20-28 ribu rupiah. Itu pun harus masak sendiri loh ya. Kalau untuk makan langsung di gerai biasanya dihargai sekitar 25.000 per mangkok. Saya pernah melihat beberapa penjual online yang menjual bakso aci murah, tapi yah itu, jika ditambah dengan ongkirnya yah jatuhnya harganya sama saja. Belum ribet transfernya. Iya kalau sudah punya M-banking, kalau belum? Harus ke ATM, belum lagi kalau ngantre. Sudah sukses transfernya, harus nunggu beberapa hari lagi sampai barangnya dikirim. Pas sudah sampai kirimannya, eh hujannya sudah reda dan gak selera lagi makannya. Hadeh.
Lalu apa sih yang membuat si bakso aci ini harganya menandingi para senior-seniornya? Bukankah si bakso aci ini hanya terbuat dari aci? Tepung aci berapa sih harganya? Di tempat saya mah ¼ kilo cuma 2500 doang. Selain harga tepung aci yang murah, harga toping untuk bakso aci ini juga bisa dibilang murah meriah. Pilus beli sekilo saja sudah bisa buat mandi bola, harganya juga murah. Untuk somay dan batagor kering sering kali dijual kiloan di pasar-pasar dengan harga yang relatif murah juga. Pada kesimpulannya jika semua bahan-bahan itu murah, kenapa setelah sampai tangan customer harganya bisa mahal coba?
Menurut saya mahalnya bakso aci ini bisa juga disebabkan karena kepopulerannya sendiri. Gara-gara tengah banyak peminatnya, maka bukan hal mustahil untuk menghargai si bakso aci ini dengan harga yang cukup mahal. Nanti kalau kepopulerannya sudah menurun, bisa jadi harganya akan ikut turun juga kali. Selain disebabkan tengah hits, salah satu yang membuat si bakso aci ini mahal adalah kemasannya. Semakin mewah dan berkelas kemasan bakso aci ini tentu harganya juga ikutan naik dong. Masa iya harga bakso aci yang dikemas cantik dan diendors sama artis, dibandingin sama bakso aci yang dibungkus plastik biasa tanpa merk?
Gara-gara penasaran, kemarin saya sempat wawancara dengan teman saya yang merupakan penjual bakso aci di daerah Jogja. Menurut penuturan teman saya ini, mahalnya si bakso aci itu disebabkan karena bahan baku pritilan (toping) bakso aci tidak tersedia di daerahnya sehingga mau tak mau dia harus membeli bahan baku secara online. Untuk sekali belanja saja dia mengaku harus mengeluarkan ongkir sebesar 200-an ribu rupiah. Belum lagi dia harus mengeluarkan uang untuk biaya stiker dan kemasan pada bakso acinya itu. Jadi yah wajar saja kalau harganya kemudian mahal.
Beberapa orang mengaku, mereka menjual bakso aci mahal itu karena adanya transaksi dari satu reseller ke reseller lainnya. Mungkin benar dari produsen harganya murah, tapi karena jatuh di ongkir tadilah, makanya yang menyebabkan bakso aci kadang harganya naik dua kali lipat. Berbeda dengan bakso daging pada umumnya yang dijual di warung itu. Semua bahan yang dibutuhkan itu sudah tersedia di pasar, sehingga mereka tak butuh ongkos untuk biaya kirim barang.
Setelah menjabarkan hal ini, saya baru sadar bahwa tiap kali saya makan satu mangkok bakso aci itu setara dengan saya makan dua mangkok bakso daging sapi. Hal itu juga setara dengan saya makan lima mangkok bakso abang-abang keliling yang suka lewat depan rumah tiap sore. Hmm….
BACA JUGA Asal Mula Seblak, Makanan Alien yang Naik Kasta dan tulisan Reni Soengkunie lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.