Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Koin Recehan dalam Budaya Saweran

Gifari Juniatama oleh Gifari Juniatama
12 Juli 2019
A A
koin saweran

koin saweran

Share on FacebookShare on Twitter

Tersisih dan diabaikan, begitulah kira-kira nasib yang lebih sering dialami oleh uang koin recehan saat ini. Tidak jarang pedagang pun akan meminta maaf pada pembeli jika terpaksa memberi uang kembalian dalam bentuk koin recehan. Nominal mata uang yang kecil serta bentuknya yang tidak praktis untuk dibawa dalam jumlah banyak menjadikan uang koin hanya sebatas pelengkap belaka dalam setiap transaksi. Bahkan, tukang parkir pun akan bermuka masam jika diberikan tiga keping uang pecahan dua ratus rupiah. Hanya “Pak Ogah” di persimpangan jalan saja yang mungkin tak punya kuasa untuk melawan limpahan uang koin.

Sering uang recehan akhirnya menggunung tanpa tahu harus digunakan untuk apa, apalagi jika pecahan yang banyak menumpuk adalah seratus rupiah. Beberapa jenis uang koin justru menemui takdirnya bukan sebagai alat tukar, melainkan alat kerokan badan yang kemasukan angin.

Jika memiliki uang koin yang melimpah dan punya niat untuk bikin sensasi yang kemungkinan besar dapat membuat pegawai dealer kelelahan, uang recehan koin yang menumpuk bisa dibelikan kendaraan bermotor. Atau kalau masih juga kebingungan uang receh dipakai untuk apa, mereka bisa disimpan baik-baik dan diwariskan secara turun-temurun ke beberapa generasi, siapa tahu kelak di masa depan nilainya bisa berkali lipat karena menjadi buruan kolektor uang antik.

Tidak seperti kebanyakan kasus uang receh yang bikin risih, di daerah tempat saya tinggal uang receh justru masih sering dibutuhkan. Koin-koin berwarna perak dan keemasan itu digunakan untuk menyawer dalam banyak hal yang sebenarnya tidak terlalu butuh saweran. Dari mulai menyambut pengantin khitanan, menyembelih hewan kurban, sampai membeli kendaraan bermotor. Bahkan terkadang membeli sepeda pun sampai ada prosesi sawerannya.

Praktik saweran yang menggunakan uang recehan koin ini dilakukan berbeda dengan saweran yang biasanya ada di pementasan dangdut. Di bawah gemerlap lampu dan alunan tabuhan gendang, hanya ada lembaran berwarna merah, biru, dan hijau yang ikut bergoyang bersama biduan di atas panggung. Dalam saweran koin recehan, logam berkilauan itu akan dilemparkan sampai melayang di atas kepala kerumunan para tetangga yang berkumpul di lahan yang agak lapang. Kemudian mereka akan jatuh ke tanah dengan disambut oleh tangan-tangan cekatan di tengah keriuhan tawa anak kecil dan teriakan emak-emak.

Dari sisi filosofis, saya kira kebiasaan warga daerah saya menyawer dalam banyak hal ini memiliki makna mengekspresikan rasa syukur atas apa yang didapatkan. Rasa syukur itu diejawantahkan dalam bentuk berbagi uang koin kepada para tetangga. Selain itu, mungkin juga kebiasaan itu memiliki maksud untuk memelihara budaya guyub di antara warga, karena ketika ada saweran semua tetangga akan berkumpul, dari mulai anak kecil sampai bapak-bapak dan ibu-ibu. Meskipun terkadang ada saja pertengkaran kecil antar bocah karena saling berebut uang recehan itu.

Setelah saweran berakhir dan setiap orang menggenggam koin recehnya masing-masing, biasanya uang logam itu langsung habis digunakan untuk sekadar membeli jajanan. Mungkin hanya cukup untuk makanan ringan di warung ditambah segelas minuman instan. Hasil terbaik yang mungkin didapat dari usaha berjibaku dalam saweran koin receh ini adalah semangkuk bakso dari pedagang keliling, lengkap dengan minuman pendampingnya.

Meskipun uang yang didapat tidak banyak, tetapi orang-orang yang ikut dalam saweran akan tetap bergembira. Mungkin karena rasa kebersamaannya. Di samping itu, koin-koin receh juga pasti merasakan perasaan yang sama, sebab pada saat dijadikan uang saweran mereka kembali merasa sangat bernilai karena sampai diperebutkan dengan susah payah oleh banyak orang.

Baca Juga:

Nggak Usah Hina Joget Sadbor TikTok, Mereka Cuma Cari Uang, Nggak Ngobrak-abrik Konstitusi

Saweran, Tradisi Pernikahan Sunda yang Sebaiknya Dihilangkan

Saya kira, pemanfaatan koin recehan untuk saweran ini bisa menjadi alternatif solusi bagi siapa saja yang masih bingung menggunakannya sampai akhirnya menyia-nyiakannya terserak di sembarang tempat. Kebiasaan yang ada di daerah saya ini bisa diduplikasi dengan praktik yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing orang. Misal, jika saweran dilakukan setelah membeli kendaraan bermotor baru, saweran juga bisa dilaksanakan untuk menyambut hal-hal baru lainnya. Seperti pacar baru contohnya. Daripada harus membobol kantong untuk mentraktir teman pasca dapat kekasih baru, lebih baik manfaatkan recehan sisa kembalian yang menumpuk untuk saweran saja. Lebih meriah dan bisa menghemat uang untuk anggaran kencan.

Di tengah semakin gencarnya perkembangan metode pembayaran digital dalam beragam aplikasi ponsel, recehan koin perlahan mungkin akan semakin terabaikan. Rayuan potongan harga yang menggiurkan tentu mampu membuat para pemburu diskon mempertimbangkan untuk beralih ke model pembayaran digital ini. Apalagi, ribet akibat recehan koin tidak akan terjadi jika membayar menggunakan aplikasi.

Terakhir diperbarui pada 19 Januari 2022 oleh

Tags: Kearifan Lokalkoin recehansaweran
Gifari Juniatama

Gifari Juniatama

ArtikelTerkait

kolope

Kolope: Umbi Hutan yang Pernah Menjadi Makanan Pokok Masyarakat Muna

14 Agustus 2019
basa-basi

Basa-Basi Orang Indonesia yang Bikin Keki

7 Juli 2019
hantu

Dominasi Kuntilanak dan Bukti Kurangnya Referensi Sineas Indonesia Terhadap Hantu Lokal

28 Mei 2019
pasar malam

Pasar Malam Sebagai Alternatif Hiburan Warga dan Keluarga

15 Juli 2019
mitos tahi lalat

Mitos Tahi Lalat dan Pertandanya

4 September 2019
peminum

Menjadi Peminum Demi Warga NTT

30 Juni 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi (Unsplash)

Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi: Menolong Ribuan Perantau, tapi Menyengsarakan Warga Sendiri

22 Desember 2025
Daihatsu Gran Max, Si "Alphard Jawa" yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan Mojok.co

Daihatsu Gran Max, Si “Alphard Jawa” yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan

25 Desember 2025
Nggak Punya QRIS, Nenek Dituduh Nggak Mau Bayar Roti (Unsplash)

Rasanya Sangat Sedih ketika Nenek Saya Dituduh Nggak Mau Bayar Roti Terkenal karena Nggak Bisa Pakai QRIS

21 Desember 2025
Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

24 Desember 2025
Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

22 Desember 2025
Garut Bukan Cuma Dodol, tapi Juga Tempat Pelarian Hati dan Ruang Terbaik untuk Menyendiri

Garut Itu Luas, Malu Sama Julukan Swiss Van Java kalau Hotel Cuma Numpuk di Cipanas

23 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.