Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Featured

Ketika Film Vivarium Ber-setting Tempat di Perumahan Banguntapan Jogja

Gusti Aditya oleh Gusti Aditya
22 Mei 2020
A A
radha krishna Sulitnya Hidup Bertangga dengan Orang yang Tidak Paham Adab terminal mojok.co

Sulitnya Hidup Bertangga dengan Orang yang Tidak Paham Adab terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Satu dekade yang lalu, Banguntapan adalah sebagaimana daerah lainnya di Jogja yang bergelut dengan keheningan. Ramai-ramai paling ketika musim panen tiba. Di daerah saya misalnya, ramai-ramai acapkali dilakukan ketika menyambut panen raya dengan mengadakan beberapa acara seperti nanggap wayang dan jatilan.

Yang lalu tentu biarkan berlalu, walau kadang rindu selalu menggebu untuk dibingkai dalam memori semu. Kini Banguntapan digadang-gadang sebagai “kota satelit” dengan peningkatan dalam hal infrastrukturnya. Pemandangan sawah, kini bergeser kepada perumahan-perumahan dari mulai yang elite hingga yang biasa saja. Semua ada. Tertarik? Senin harga baik.

Ketika satu dekade lalu saya tersesat di galengan sawah, kini ketersesatan tersebut agaknya dimodifikasi menjadi sedikit lebih keren, yakni tersesat di kompleks perumahan. Tidak perlu saya sebutkan, perumahan satu dengan perumahan lainnya seakan menyambung tidak terputus. Bentuk rumahnya sama dan hanya berbeda kata belakangnya saja. Kalau nggak “Asri”, “Permai”, “Gemilang” ya pastinya “Indah”.

Entah apa daya tariknya Banguntapan hingga banyak investor mau menanamkan modal, yang jelas jika pemilik Perumahan Yonder dalam film Vivarium (2020) tinggal di Indonesia, pasti tertarik membangun perumahan super njlimetnya itu di Banguntapan. Namanya diubah sedikit menjadi Griya Yonder Gemilang.

Vivarium merupakan film produksi XYZ. Sebagaimana pabrikan XYZ yang lain, film Vivarium menempatkan premis-premis menarik dalam pengembangan ceritanya. Diceritakan Tom dan Gemma sedang mencari rumah, bertemulah dirinya dengan Martin yang merupakan sebuah agen perumahan dengan gaya kaku seperti pemerintah sedang menerapkan aturan-aturannya. Mulai dari sana, keanehan pun dimulai.

Film Vivarium ini penuh pesan subliminal khas Dua Garis Biru dengan kerang dan ondel-ondelnya. Banyak yang bilang ceritanya rumit, tapi bagaimana jadinya jika Perumahan Yonder ini berada di Banguntapan? Bukannya penuh kebingungan dan ketegangan akan alien-alien, yang ada malah keseruan khas mBantulan yang acapkali ditemui di tiap perumahan. Ya, beginilah sekiranya.

Gemma, guru PAUD Bina Anak Sholeh Segar Bugar baru saja selesai mengajar. Ia pun melihat muridnya yang sedang sedih melihat burung gemak ke tlindes truk gabah yang melaju menuju Piyungan. “Jangan sedih, Le, beginilah hidup, jika nggak hati-hati memilih tempat, maka itu risiko yang ia terima,” kata Gemma kepada muridnya.

“Tapi aku tidak ingin sembarangan dalam memilih tempat. Apalagi rumah,” kata muridnya dan berlalu meninggalkan Gemma. Ia hanya mbesengut, merasakan apa yang muridnya ini katakan, seakan memberikan kode tersembunyi bagi dirinya.

Baca Juga:

Panduan Bertahan Hidup Warga Lokal Jogja agar Tetap Waras dari Invasi 7 Juta Wisatawan

Alasan Posong Temanggung Cocok Dikunjungi Orang-orang yang Lelah Liburan ke Jogja

“Burung gemak sejatinya burung lincah. Saking lincahnya, ia bisa berlari sampai jalan raya dan tertabrak seperti ini,” kata Tom sambil datang menjemputnya. Tom adalah suami Gemma. Mereka baru saja melangsungkan pernikahan mereka di GSP. Jika di film Vivarium mereka berciuman di depan PAUD, di versi ini mereka hanya salim. Indonesia, Buos!

Dengan senyum-senyum manja, Tom mengatakan bahwa ia ingin membelikan rumah untuk Gemma. Ketimbang mencari informasi ke agen perumahan, mereka memilih mencari informasi perumahan murah di Instagram. Kalau nggak ya di forum jual beli di Facebook. Namun, terkadang isinya malah postingan orang-orang pekok kemakan giveaway palsu.

Tom pun melihat sebuah postingan, dari pemilik akun bernama Martin Bapakke Azhari. Begini postingannya: RUMAH ATAS NAMA BAPAK MARTIN: Rumah Baru Siap Huni, LURddd! Mohon maav admin, numpang promo NGGiiihhh mbok dhe,, Rumah tanpa perantara. Cat warna hijau, PERUMAHAN GRIYA YONDER GEMILANG. Ancer-ancer Terminal Giwangan agak mengalor banting kidul terus bablas ambil wetan agak ngalor.

Walau postingannya aneh karena gaya bahasa alay menyerupai sandi alien, Tom tidak mempermasalahkan karena harganya murah. “COD tempatx aja LuRRRddd~” Mereka bergegas menuju lokasi COD yang dijanjikan. Setelah masuk kompleks perumahan Griya Yonder Gemilang, keanehan pun mulai dirasa.

Pertama, rumah di sini bentukannya sama semua. Agak kotak dan berwarna hijau. Kedua, tiap satu meter selalu ada polisi tidur. Ini naik mobil lewat jalanan kompleks berasa joget dangdut di Purawisata. Pating nggliyer nggak karuan. Ketiga, jika di film Vivarium nggak ada orang, tapi di sini Tom dan Gemma ketika lewat kompleks malah ditatap dengan curiga dan mereka bisik-bisik nggateli.

Ia pun sampai di kediaman Pak Martin yang mau dijual. Bentukan rumahnya sama semua, dari ujung sampai ujung lagi. “Kok jadi ingat Squidward pindah rumah, ya?” kata Gemma. Lagu di mobil pun melantun pelan “pindah berkala rumah ke rumah~” seakan memberikan pesan tersembunyi untuk mereka.

“Ini rumah nomer 9. Tapi lingkungan sekitar nggak enak. Kita mau balik aja?” kata Tom, Gemma malah menolak, ia memutuskan untuk tetap melihat-lihat. Ia tahu kondisi keuangan Tom, dan rumah ini adalah termurah dari yang termurah. Sesampainya di dalam rumah, Pak Martin selain alay, ia juga benar-benar aneh.

“Ini ruang tamu, kalau malam kondisinya dingin, sering ada beruang laut… tapi boong, ehe,” kata Pak Martin mencoba sok asyik. Tom dan Gemma kemekelen secara terpaksa.

“Bisa kurang sedikit, Pak? Pasangan baru lho, Pak, kita ini.”

“Waduh, NET je, Mbak. Ini paling murah, apalagi di pinggiran Jogja. Ke bandara cuma 10 menit.”

10 menit ndyasmu, pikir Tom. Jika menuju bandara, pasti macet di Ring Road. Jika liwat Piyungan, wah malah muter-muter dan kejebak di Jalan Solo. Mereka pun akhirnya deal. Berselang beberapa menit kemudian, Pak Martin hilang entah ke mana.

Tom dan Gemma coba untuk muter-muter kompleks dan keluar sebentar mencari Indomaret terdekat. Namun, hal-hal yang bikin merinding pun terjadi. Ia terus berputar-putar di daerah yang sama, melewati rumah nomer 9 lagi. “Wah, digodani demit iki pasti,” ujar Tom.

Sinyal nggak ada, bensin habis, mereka hanya bisa duduk di dalam rumah. Jika di film Vivarium mereka dapat paket-paket aneh (bahkan ada yang isinya bayi) di sini mereka kedatangan kurir dari Shopee. “Punteun PAKEEEET!” kata kurir paket dengan nada akhiran yang selalu melengking.

“Benar ini rumah Pak Toyib? Ada paket alat rekaman dari PT. Suara Pemerintah Tidak Enak. Isinya autotune supaya kalau bikin lagu agak nyaman di kuping pendengarnya.”

Gemma yang bosan lantaran ini puluhan kalinya kurir paket salah alamat pun membanting pintunya dengan acuh. Mereka nggak bisa keluar dari Griya Yonder Gemilang selama 3 bulan bukan karena terjebak lagi, tapi karena kesepakatan Pak Dukuh yang menyatakan lockdown mandiri di perumahan tersebut guna memutus mata rantai pandemi corona.

Jika di film Vivarium banyak kejadian aneh seperti “anak mereka” yang rewel dan selalu berteriak dan membuat mereka pusing, di sini mereka juga berjumpa ras manusia yang nggak kalah rewel dan bikin pusing, yakni tetangga. Ras mahkluk di bumi yang katanya tidak pernah pernah membiarkan tetangganya bahagia.

Mereka juga selalu mengeluarkan kata-kata yang bisa bikin tetangganya overthinking. “Kemarin saya baru beli mobil, Jeng. Duh gimana, ya, milenial ini kan peran mobil itu begitu urgensi. Apa ya Jeng Gemma nggak tertarik kredit mobil?”

Tom pun sama, ia sangat stres karena bapak-bapak di sini humornya terlalu jauh dari range umur Tom. Sebelas dua belas dengan guyonan Pak Martin di awal mereka berjumpa. Satu sisi Tom merasa cringe, sisi yang lain ia harus tertawa karena lawakan tersebut. “Pak Tom, kemarin saya ketemu alay. Ngasih saya mie. Mienya mie goyeng. Ayam goyeng. Ehe.”

Pertanyaan lain pun menyertai: Kapan beli ini? Kapan beli itu? Kapan sedekah dua miliar di masjid kompleks? Kapan kerja bakti? Kerja apa? Kerja di mana? Seakan privasi nihil di kompleks bernama Griya Yonder Gemilang. Pertanyaan yang ultimate bagi mereka tentu saja ketika mereka ditanyai, kapan punya anak. Pertanyaan ini lebih perih dari kapan lulus walau Gemma lulus dari FIB UGM selama 7 tahun.

“Emangnya aku sapi apa, ditanya kapan punya anak. Ya mau sih jelas mau, tapi nggak begitu dong!” sambat Gemma. Khas sambatan para pengantin muda. Padahal, belum mau punya anak adalah prinsip masing-masing pasangan. “Masa Jeng Tini suruh aku makan tokolan biar subur terus. Kompos tuh subur! Emang rahimku ini tanah!”

“Wuih, istri aku progresif sekali. Kamu pasti penulis Magdalene,” timpal Tom nggodani istrinya. “Aku juga sih, bingung aja sama bapak-bapak sini doyannya bikin TikTok ngelawak padahal nggak lucu blas.”

“Stres aku di perumahan ini, walau harganya murah. Aku jadi inget burung gemak yang ketlindes truk pembawa gabah. Aku bilang sama muridku beginilah hidup jika nggak hati-hati memilih tempat. Eh, malah kita yang kena batunya.”

“Sudah, Gemma. Kamu ini hanya terlalu baik. Ketika lockdown selesai, yang pertama kali aku lakukan adalah beli gembok. Biar tetangga kita nggak bisa keluar masuk sak penak udel e dewe ke rumah kita.”

Mereka pun menonton televisi, betapa kagetnya ketika beberapa alien menangis dan berteriak, “Terimakasih gerai MenCeDel atas kenangannya, aw aw”. Alien-alien itu berkerumun, menangisi sebuah gerai fast food yang katanya mau ditutup. Beberapa influencer yang nggak nginfluence-nginfluence amat juga berlomba bikin konten di sana.

Acara pun berubah ke breaking news ala-ala, “Bersama saya, Jeremi Teti, akibat ulah alien-alien ndablek bin pekok, masa PSBB dan swakarantina harus diperpanjang. Hal ini ditakutkan munculnya kluster-kluster baru selain kluster humaniora dan saintek. Sekian.”

Tom dengan mata sembab karena bosan di rumah pun hanya mbatin, “Bajingan.”

BACA JUGA Ketika Pogung Jadi Lokasi Syuting Film Maze Runner atau tulisan Gusti Aditya lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 22 Mei 2020 oleh

Tags: banguntapanfilm VivariumJogjaperumahan
Gusti Aditya

Gusti Aditya

Pernah makan belut.

ArtikelTerkait

Jadi Karyawan Startup di Jogja Itu Mimpi Buruk, Apalagi saat Bulan Ramadan. Gaji Nggak Seberapa, Hampir Nggak Ada Waktu untuk Sahur dan Buka Mojok.co

Karyawan Startup di Jogja Tersiksa, Apalagi Saat Bulan Ramadan. Udah Gaji Nggak Seberapa, Kesempatan untuk Sahur dan Buka Hampir Nggak Ada

4 April 2024
Prambanan Jazz Café: Manifestasi Festival Musik atau Sebatas Jual Nama? terminal mojok.co

Prambanan Jazz Café: Manifestasi Festival Musik atau Sebatas Jual Nama?

14 November 2021
Jalan Sorowajan Baru Jogja: Tempat Ide Paling Radikal dan Manusia Paling Aneh Melebur

Jalan Sorowajan Baru Jogja: Tempat Ide Paling Radikal dan Manusia Paling Aneh Melebur

5 Januari 2024
Kisah Nelangsa Baliho Kepak Sayap Kebhinekaan terminal mojok.co

Baliho di Jogja Angkuh Mengotori Pandangan ketika Alam Sudah Murka

29 Maret 2022
Kalian Masih Membela Upah Murah Jogja Ketika Defisit Gaji Jadi Realitas? Mending Kita Gelut! gaji di jogja

Kalian Masih Membela Upah Murah Jogja ketika Defisit Gaji Jadi Realitas? Mending Kita Gelut!

15 Maret 2024
KRL Jogja Solo Bikin Resah Anker KRL Jabodetabek (Unsplash)

5 Tingkah Penumpang KRL Jogja Solo yang Bikin Resah Pengguna KRL Jabodetabek

13 Mei 2025
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

23 Desember 2025
Garut Bukan Cuma Dodol, tapi Juga Tempat Pelarian Hati dan Ruang Terbaik untuk Menyendiri

Garut Itu Luas, Malu Sama Julukan Swiss Van Java kalau Hotel Cuma Numpuk di Cipanas

23 Desember 2025
Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

22 Desember 2025
Pekalongan (Masih) Darurat Sampah: Ketika Tumpukan Sampah di Pinggir Jalan Menyapa Saya Saat Pulang ke Kampung Halaman

Pekalongan (Masih) Darurat Sampah: Ketika Tumpukan Sampah di Pinggir Jalan Menyapa Saya Saat Pulang ke Kampung Halaman

28 Desember 2025
Penjelasan Ending Film The Great Flood buat Kamu yang Masih Mikir Keras Ini Sebenarnya Film Apa

Penjelasan Ending Film The Great Flood buat Kamu yang Masih Mikir Keras Ini Sebenarnya Film Apa

28 Desember 2025
Tradisi Aneh Kondangan di Daerah Jepara yang Sudah Saatnya Dihilangkan: Nyumbang Rokok Slop yang Dianggap Utang

Tradisi Aneh Kondangan di Daerah Jepara yang Sudah Saatnya Dihilangkan: Nyumbang Rokok Slop yang Dianggap Utang

27 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.