Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Kerupuk Miskin, Camilan yang Punya Cerita Soal Masyarakat Pantura Saat Penjajahan

Reni Soengkunie oleh Reni Soengkunie
10 Maret 2020
A A
Kerupuk Miskin, Camilan yang Punya Cerita Soal Masyarakat Pantura Saat Penjajahan
Share on FacebookShare on Twitter

Saat melintasi jalan Pantura, khususnya daerah Cirebon, maka kita akan melihat begitu banyak kerupuk warna-warni yang bergelantung di tepi jalan. Kerupuk inilah yang sering kali dibeli oleh para pemudik sebagai oleh-oleh saat melintasi jalur Pantura. Saat mudik begitu kita akan melihat pemandangan para motor yang digantungi kerupuk di bagian belakangnya atau para mobil yang mengangkut begitu banyak kerupuk di bagian atasnya.

Sebenarnya tidak hanya di Cirebon kita bisa mendapatkan kerupuk ini, karena di sepanjang daerah Subang, Indramayu, Cikampek, bahkan sampai Karawang pun, kerupuk ini bisa ditemukan dengan mudah di pinggir jalan. Harga jual kerupuk ini juga bervariasi, dari mulai 5-20 ribu, tergantung besar kecilnya dan pinter tidaknya menawar. Cara makan kerupuk ini biasanya bisa dimakan secara langsung dan bisa juga menggunakan tambahan sambal asam atau sambal oncom.

Kerupuk dengan warna mencolok yang terdiri dari warna hijau, merah, kuning, dan putih ini, populer dengan sebutan kerupuk miskin. Beberapa orang juga menyebutnya dengan sebutan kerupuk melarat ataupun kerupuk kere yang kurang lebih artinya juga sama saja dengan miskin. Padahal awal mulanya kerupuk ini dikenal dengan sebutan kerupuk mares yang merupakan singkatan dari lemah (tanah) dan ngeres (berpasir). Lalu para orang kota yang memiliki tingkat status yang lebih tinggi, mengejek kerupuk ini dengan sebutan kerupuk miskin.

Latar belakang kenapa kerupuk ini dikatai miskin itu tak lain dan tak bukan karena dalam pembuatan kerupuk ini tidak menggunakan bahan baku dengan semestinya. Biasanya yang kita tahu kalau ingin menggoreng kerupuk itu menggunakan minyak goreng, maka kerupuk miskin ini lain dari pada yang lain karena menggunakan pasir panas. Eh, tapi bukan sembarang pasir loh ya. Pasir yang dipakai biasanya pasir sungai atau ada juga yang mengambil dari laut. Sebelum dipakai pasir juga disaring dan dibersihkan terlebih dahulu, lalu dijemur hingga kering sampai bisa digunakan untuk menggoreng.

Kerupuk miskin ini sebenarnya menyimpan begitu banyak cerita serta sejarah. Berawal dari zaman penjajahan dulu, kehidupan orang-orang Pantura ini sungguh sangat memprihatinkan. Sekitar tahun 1920-an, mereka mengalami masa-masa yang begitu sulit. Sehingga dalam kekurangan itu mereka justru menemukan terobosan atau inovasi baru dalam membuat makanan. Lantaran kekurangan minyak goreng, maka mereka mengakalinya dengan menggoreng kerupuk dengan pasir panas. Siapa sangka dalam kekurangan dan kemalangan itu mereka justru menemukan ide makanan ringan yang enak. The power of kepepet.

Kerupuk miskin ini sendiri terbuat dari bahan dasar tepung kanji atau tepung singkong. Lalu diuleni dengan bumbu sederhana yang terdiri dari bawang merah, bawang putih, garam, penyedap, pewarna makanan, dan air hangat. Setelah diuleni maka adonan tersebut dicetak, lalu dijemur sampai kering. Setelah benar-benar kering, maka kerupuk siap digoreng menggunakan pasir panas. Sama seperti halnya minyak goreng, pasir yang digunakan secara terus menerus maka akan berwarna hitam lalu lama-lama akan habis dan harus diganti dengan yang baru. Jadi, sebenarnya yah nggak miskin-miskin banget ya, karena untuk mendapatkan pasir ini para pembuat kerupuk juga harus mengeluarkan biaya.

Jika ditelaah kerupuk miskin ini cukup bagus untuk kesehatan, karena kerupuk ini digoreng menggunakan pasir sehingga non kolestorel. Walaupun begitu, ada fakta lain tentang kerupuk yang kadang tidak kita sadari. Meski kelihatanya cuma makanan ringan, tapi nyatanya kerupuk itu terbuat dari bahan dasar tepung yang mengandung karbohidrat. Sehingga kalau kita suka ngemil kerupuk lalu hanya rebahan sepanjang hari tanpa melakukan aktivitas fisik, maka sudah pasti kita tengah melakukan proses penumpukan lemak.

Di daerah asal saya sendiri bisa dibilang tidak ada yang menjual secara khusus kerupuk miskin ini di warung-warung. Namun dulu sering ada tukang dalepuk (sandal joli kerupuk) yang suka keliling di desa-desa. Dalepuk ini merupakan tukang rongsok keliling. Biasanya warga akan mengumpulkan barang-barang bekas seperti botol sampo, toples pecah, sandal bedat, dan lain-lain. Nah, upah dari barang bekas itu ditukar dengan kerupuk miskin ini. Tapi dulunya, saya tak tahu kalau itu merupakan kerupuk miskin. Karena masyarakat di tempat saya menyebutnya kerupuk dalepuk.

Baca Juga:

Jalan Daendels Pansela Tidak Kalah Hancur dari Pantura, Tak Layak Dilewati padahal Menyimpan Potensi

Jalan Pantura Rembang Adalah Jalan Nasional Terburuk, Tidak Pernah Benar-benar Layak Dilewati

Rasa dari kerupuk dalepuk ini hampir sama dengan kerupuk miskin. Gurih, asin, dan agak kasar gitu saat dimakan. Karena harganya jauh lebih murah meriah ketimbang kerupuk biasa, makanya para tukang dalepuk ini memanfaatkan si kerupuk miskin untuk dijadikan bahan barter untuk mendapatkan barang bekas.

Ternyata bukan hanya manusia saja yang mengalami perbedaan kasta. Faktanya kerupuk pun tak luput mengalami kesenjangan sosial dalam dunia perkerupukan juga. Mereka dianggap sebagai kerupuk jelata yang tidak memenuhi syarat perkerupukan dalam hal pengorengan yang menggunakan standar minyak goreng. Tapi tak mengapa, tak perlu berkecil hati saat kita diejek miskin, karena kerupuk yang selalu dianggap kere ini pun justru sekarang banyak sekali peminatnya. Toh, banyak orang yang sudah diantarkan menjadi orang kaya karena usaha kerupuk miskin ini.

BACA JUGA Penggemar Seblak Tak Pedas Garis Keras, Memangnya Kenapa? atau tulisan Reni Soengkunie lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 10 Maret 2020 oleh

Tags: kerupuk miskinpanturazaman penjajahan
Reni Soengkunie

Reni Soengkunie

Manusia yang suka mainan sama kucing, suka nonton video kucing, dan hobi ngobrol sama kucing. IG/Twitter: @renisoengkunie.

ArtikelTerkait

Kabupaten Bogor yang Membuat Salah Paham Orang Kudus (Unsplash)

Fakta Kabupaten Bogor: Jauh dari Pusat Kota dan Membuat Beberapa Orang Kudus Kenalan Saya Jadi Salah Paham

21 Oktober 2023
Tidak Ada Satu pun Pantai di Karawang yang Bisa Dibanggakan, Semuanya Kotor Tertimbun Sampah!

Tidak Ada Satu pun Pantai di Karawang yang Bisa Dibanggakan, Semuanya Kotor Tertimbun Sampah!

14 Februari 2024
5 Julukan yang Cocok Disematkan untuk Demak, Mulai dari Kota Kincir Angin hingga Jalan Seribu Lubang

5 Julukan yang Cocok Disematkan untuk Demak, Mulai dari Kota Kincir Angin hingga Jalan Seribu Lubang

8 Mei 2024
Stasiun Plabuan Batang, Satu-Satunya Stasiun Kereta Api Aktif di Indonesia dengan Pemandangan Pinggir Pantai

Stasiun Plabuan Batang, Satu-Satunya Stasiun Kereta Api Aktif di Indonesia dengan Pemandangan Pinggir Pantai

16 April 2024
Kecamatan Belik, Bukti Nyata Kabupaten Pemalang Bukan Hanya Jalur Pantura dan Hawa Panas

Kecamatan Belik, Bukti Nyata Kabupaten Pemalang Bukan Hanya Jalur Pantura dan Udara Panas

11 Juli 2023
Bukit Puteran, Sebaik-baiknya Tempat Menyaksikan Romantisnya Kudus kabupaten kudus DEMAK

Kabupaten Kudus Memang Layak Dinobatkan sebagai Kabupaten Terkaya di Jawa Tengah, Inilah Alasannya

20 Mei 2025
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

21 Desember 2025
Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

24 Desember 2025
Apakah Menjadi Atlet Adalah Investasi Terburuk yang Pernah Ada? (Unsplash)

Apakah Menjadi Atlet Adalah Investasi Terburuk dalam Hidup Saya?

27 Desember 2025
Potensi Wisata Indramayu yang Belum Tergarap Maksimal (Wikimedia)

Potensi Wisata Indramayu yang Belum Tergarap Maksimal

21 Desember 2025
Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

26 Desember 2025
Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, tapi Layanan QRIS-nya Belum Merata Mojok.co

Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, Sayang Layanan QRIS-nya Belum Merata 

24 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.