Kereta api dan bus masih menjadi opsi terbaik moda transportasi umum via jalur darat. Namun belakangan ini, popularitas kereta api sepertinya jauh melesat mengalahkan bus. Padahal dari segi harga tiket, menggunakan bus bisa memangkas ongkos lebih murah ketimbang menggunakan kereta yang makin hari makin mahal.
Sekilas terlihat aneh. Logikanya, orang akan lebih memilih menggunakan transportasi yang tarifnya lebih murah. Tapi untuk kasus ini, saya sepakat. Kereta api adalah opsi terbaik.
Tidak ada yang namanya macet di jalur kereta api
Salah satu hal yang membedakan antara kereta api dan bus adalah hambatan jalurnya. Sebagai jalur prioritas, kereta api jelas lebih unggul daripada bus yang bisa saja menjumpai kemacetan, bertemu banyak lampu merah, dan masalah-masalah di jalan lainnya.
Menggunakan kereta api bisa membuat hati lebih lega jika sedang dikejar waktu. Sebagai contoh, memilih membayar Rp8 ribu untuk menggunakan KRL dari Jogja-Prambanan bisa lebih worth it, ketimbang menggunakan Trans Jogja dengan tarif Rp3 ribuan dan rute yang sama.Â
Kenapa? Karena tarif KRL meskipun lebih mahal tapi estimasi waktunya hanya 20 menitan. Kalau naik Trans Jogja, waktu tempuh bisa 30 menit lebih, apalagi harus menerjang Jalan Solo-Jogja yang macetnya parah.
Bus kurang cocok untuk orang yang mabuk perjalanan
Pengalaman terakhir saya menaiki bus harus berakhir dengan momen buruk. Kebetulan saat itu saya duduk bersebelahan dengan seorang mas-mas. Awalnya memang biasa saja, tapi kemudian tiba-tiba orang di sebelah saya muntah-muntah. Untungnya saya tidak terkena cairan muntahnya.
Tapi saya akui, bus memang kurang cocok buat orang yang gampang mabukan. Salah satu penyebabnya adalah AC bus yang baunya sangat menyengat di hidung. Buat orang yang sensitif, tentu itu jadi masalah.Â
Alasan lainnya karena di beberapa medan jalan yang tidak rata, menggunakan bus akan terasa sekali goncangannya. Tentu berbeda dengan kereta yang memiliki medan jalur yang lebih stabil.
Lingkungan stasiun kereta api lebih ramah untuk penumpang
Sejak adanya perubahan besar di tubuh KAI, saya sekarang sangat mengagumi lingkungan stasiun-stasiun kereta api yang mulai membaik. Salah satu buktinya adalah penataan stasiun yang melarang pedagang asongan berjualan di area dalam stasiun.Â
Satu hal lain yang saya suka adalah hilangnya calo dan akses pembelian tiket yang sekarang sangat modern. Kemudian banyaknya satpam yang berjaga lebih membuat penumpang menjadi lebih lega selama berada di stasiun.
Sayangnya, saya belum melihat perubahan tersebut di banyak terminal. Suasana di terminal masih terlihat kurang bersahabat untuk beberapa penumpang, terutama mereka yang malas berurusan dengan preman.Â
Jujur saja, premanisme di beberapa terminal masih sangat tumbuh subur. Belum lagi calo-calo meresahkan yang kerap menghantui penumpang dan hobinya maksa.
Keamanan barang lebih terjamin
Saya lebih merasa aman membawa banyak barang dan tas ketika memilih moda kereta api. Alasannya jelas, karena keamanan lebih terpercaya. Ada banyak staf dari KAI yang terlibat dalam 1 kali perjalanan kereta. Jadi kalau ada apa-apa, saya tinggal lapor.
Ini berbeda dengan bus yang biasanya hanya ada sopir dan asistennya. Pengawasannya pun jadi lebih minim. Dan juga banyak kasus orang kehilangan barang berharganya ketika berada di bus. Bukan berarti kereta akan 100% aman, tapi keamanan di kereta bisa lebih terjamin bagi saya.
Salah satu hal yang membuat bus rentan akan pencurian barang adalah karena adanya oknum-oknum pedagang atau pengamen yang biasanya naik-turun bus. Hal ini membuat kewaspadaan menjadi naik, karena mereka adalah orang asing yang notabenenya bebas berkeliaran di bus. Maka tidak heran, jika kadang sopir punya kode khusus ke penumpang jika ada seseorang yang mencurigakan.
Itulah alasan kenapa kereta api adalah transportasi umum yang lebih baik daripada bus. Kalau kalian masih tetap suka naik bus juga tidak masalah, karena semua tergantung ke pilihan hati masing-masing. Ngomong-ngomong, terima kasih banyak Pak Jonan sudah merevolusi KAI hingga sebaik ini.
Penulis: Georgius Cokky Galang Sarendra
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Cara Dapat Tiket Kereta Eksekutif Murah Tanpa Ribet
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















