Tadinya saya pikir kemunculan kerajaan terbesar sedunia alias keraton agung sejagat bukan fiktif belaka. Saya pikir karena saya kurang tekun baca buku sejarah, kerajaan yang konon adalah turunan dari dinasti kerajaan Majapahit ini jadi terlewat dari pengetahuan sejarah saya. Ternyata bukan saya yang salah, Keraton Agung Sejagat yang raja dan ratunya ditangkap polisi pun tidak bersalah. Lalu siapa yang salah? Polisi dan netizen lah. Masa salah raja dan ratu?
Belum berhenti sampai di berita penangkapan Kanjeng Sinuwun Toto Santoso Hadiningrat atau sebut saja dengan Baginda Toto dan permaisurinya Ratu Dyah Gitarja alias Kanjeng Ratu Fanni Aminadia. Ada berita baru soal kemunculan sebuah perkumpulan ilegal serupa yakni Sunda Empire Earth Empire. Perkumpulan yang satu ini ngaku-ngaku sebagai kekaisaran matahari yang menyebut terdapat 54 negara yang menjadi bagian Sunda dari Nusantara.
Sejak kemunculannya di jagat maya, polisi mulai memantau kegiatan-kegiatan Sunda Empire-Earth Empire karena dikhawatirkan dapat meresahkan para warga. Kemunculan keduanya disebut oleh Mas Yamadipati Seno pada tulisannya sebagai cult yang dibutuhkan Indonesia. Di dalamnya juga disebutkan bahwa kemunculan dua cult ini adalah sumber kelucuan bagi netizen Indonesia. Alhamdulillah netizen +62 bisa terhibur tanpa ada kontroversi sesamanya.
Padahal kemunculan keduanya ini adalah cerminan kepribadian kita. Hah kita? Kok bisa? Tenang, jangan buru-buru nyengut dulu kalau saya katakan mereka adalah cerminan kepribadian kita.
“Every human being is a puzzle of need,” setiap orang adalah teka-teki kebutuhan. Seperti yang dikemukakan oleh Abraham Maslow dalam teori psikologi kebutuhan bertingkatnya. Menurut Maslow, kebutuhan manusia terdapat beberapa tingkatan. Tingkatan-tingkatan itu diklasifikasikan berdasarkan kebutuhan hierarki manusia alias manusia cenderung meningkatkan kebutuhannya setelah kebutuhan dasar mereka terpenuhi.
Kebutuhan mendasar yang perlu dipenuhi manusia adalah kebutuhan fisiologis. Seperti yang kita tahu dalam media, penampilan-penampilan anggota Sunda Empire-Earth Empire dan Keraton Agung Sejagad tak kurang suatu apa pun. Mereka terlihat segar bugar, gagah berani dan karismatik. Jika penampilan mereka tidak memenuhi kriteria sebagai raja, ratu, atau pemimpin sebuah perkumpulan yang katanya akan mendamaikan dunia, niscaya keduanya tak akan ada!
Ya daripada susah-susah ngumpulin pengikut, mendingan beli makan yang cukup, pakai baju yang layak, kerja keras biar punya rumah yang layak. Wqwqwq.
Kebutuhan pada tingkat kedua adalah kebutuhan keamanan. Setelah kebutuhan primer terpenuhi, manusia akan menginginkan rasa aman. Setelah merasa kebutuhan fisik kedua pemimpin perkumpulan dan kerajaan itu terpenuhi, mereka akan menginginkan rasa aman. Aman dari serangan penyakit, stabilitas kehidupan, dan bebas dari ancaman-ancaman kriminal atau teror.
Setelah Pak Toto merasa Purworejo aman dari konflik dan pemimpin perkumpulan Sunda Earth Empire berpikir tanah Sunda telah stabil dari serangan teroris dan peperangan, maka berdirilah Keraton Agung Sejagad dan Sunda Empire–Earth Empire. Mana mungkin sebuah kerajaan dan perkumpulan 54 negara ini akan muncul di kawasan rawan konflik (baca: Iran atau Papua). Daripada mbangun kerajaan ya mending nyelametin diri dulu jhe kalau gitu ceritanya.
Kebutuhan pada tingkat ketiga adalah kebutuhan akan rasa memiliki dan kasih sayang. Setelah merasa aman dan sebuah kerajaan atau perkumpulan paling berpengaruh muncul, para pemimpin ini membutuhkan relasi baru. Tidak mungkin sebuah kerajaan dan perkumpulan tapi nihil anggota. Oleh sebab itu, bersosialisasi dengan orang lain agar kehadiran mereka dapat diterima dengan baik.
Kebutuhan tingkat keempat adalah kebutuhan akan penghargaan. Merasa sudah banyak teman dan diberikan banyak kepercayaan, raja dan grand prime minister dari Keraton Agung Sejagat dan Sunda Empire–Earth Empire ingin dihargai atas keprestisan perkumpulan atau kerajaan mereka. Dengan para pengikut dan abdi dalem yang setia, mereka berusaha memperoleh status dan ketenaran pada masyarakat luas.
Untung saja kemunculan mereka sudah berada di abad ke-21, ya? Abad di mana sudah ada ponsel canggih, media sosial, beserta para netizen. Informasi soal keberadaan mereka akan dengan cepat tersebar hingga sampai ke telinga masyarakat seantero Indonesia.
Kebutuhan teratas adalah kebutuhan akan aktualisasi diri. Yaitu kebutuhan untuk membuktikan dan menunjukkan diri kepada masyarakat luas. Setelah dikenal banyak orang melalui media daring, elektrik, dan cetak, para anggota beserta pemimpin mereka menginginkan adanya pengakuan atas aktualisasi diri.
Bagaimana caranya? Ya dengan ngaku-ngaku kalau Keraton Agung Sejagat punya misi mendamaikan dunia sesuai dengan pesan kerajaan Majapahit 500 tahun silam. Begitu juga dengan Sunda Empire yang meyakinkan diri dan masyarakat luas jika pemerintahan dunia akan berakhir pada 15 Agustus 2020 dan dengan adanya mereka, Indonesia akan lebih makmur dan sejahtera. Begitulah kira-kira.
Jangan buru-buru menyalahkan mereka. Sebagai sama-sama manusia, saya sangat yakin setiap orang punya daya ambisi untuk menunjukkan aktualisasi diri. Seperti halnya netizen yang ingin menunjukkan potensinya yang lebih baik dari sasaran hujatan mereka. Atau bahkan seperti saya dan teman-teman jamaah mojokiyah lainnya yang kontribusi nulis di platform UGC ini. Apalagi tujuannya kalau bukan untuk mengaktualisasi potensi diri yang ngakunya gemar nulis.
Mereka adalah kita karena kemunculan mereka merupakan bentuk dari aktualisasi diri sebagai seorang manusia. Hanya saja cara yang mereka gunakan berbeda dengan kita–manusia normal pada umumnya.
Etapi tenang. Saya bukan mendukung terang-terangan keberadaan Keraton Agung Sejagat atau Sunda Empire-Earth Empire. Segala kebutuhan akan terpenuhi secara haqiqi hanya dengan cara yang baik dan benar. Bukan dengan cara halusinasi dan mengancam NKRI. Bukannya kebutuhan terpenuhi, yang ada malah mendekam di jeruji besi atau rumah sakit jiwa. Duh kapan aktualisasi dirinya kalau begitu? 🙁
BACA JUGA Keraton Agung Sejagat Adalah Bentuk Manifestasi Ketidakperayaan terhadap Otoritas di Indonesia atau tulisan Ade Vika Nanda Yuniwan lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.