Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Politik

Kenapa Kita Susah Menerima Aksi Damai 22 Mei Apapun Alasannya

Muhammad Ikhdat Sakti Arief oleh Muhammad Ikhdat Sakti Arief
24 Mei 2019
A A
aksi 22 mei

aksi 22 mei

Share on FacebookShare on Twitter

Negara Indonesia adalah negara demokrasi yang menjamin semua orang dalam mengemukakan pendapatnya dan mengutarakan aspirasinya. Dalam tulisan ini saya akan menggunakan hak tersebut untuk memberikan pendapat terhadap aksi yang katanya damai pada tanggal 22 Mei. Kenapa sangat susah bagi kita untuk menerima aksi ini.

Sebelum itu, duka mendalam untuk para korban yang gugur dalam aksi ini. Semoga semua korban menghadap Tuhan dalam keadaan yang paling baik. Saya yakin semua masyarakat Indonesia tidak ingin ini hal  ini terjadi.

Aksi pada tanggal 22 Mei ini dipicu oleh ketidak puasan salah satu pihak dengan hasil Pemilu yang telah ditetapkan oleh KPU pada tanggal 21 Mei yang lalu. Dimana hasilnya memenangkan pasangan Jokowi-Ma’ruf dengan keunggulan 55,50 persen suara.

Setelah diumumkan oleh KPU, kemudian berhembus tentang isu kecurangan yang dilakukan oleh kubu 01. Tuduhan ini dihembuskan oleh para pendukung 02. Isu kecurangan ini sebenarnya sudah dihembuskan kepada 01 sebelum KPU mengumumkan hasil resmi pemilu. Bahkan bisa dibilang jauh sebelum pemilu 17 April, isu kecurangan dengan narasi “Prabowo hanya bisa kalah dari kecurangan” sudah digaungkan.

Alih-alih memprotes keputusan KPU melalui jalan konstitusional, para elit dari kubu 02 malah mengeluarkan mosi tidak percaya terhadap Mahkamah Konstitusi. Mereka tidak mau mengajukan sengketa pemilu ke MK karena tidak mempercayai independensi dari lembaga ini. Walaupun pada akhirnya Pak Prabowo mau membawa masalah ini ke MK—dan tentu saja hal tersebut patut diapresiasi.

Dikutip dari CNBC Indonesia, kerugian akibat aksi pada tanggal 22 Mei ini kurang lebih 1 Triliun – 1,5 Triliun. Hal itu karena ditutupnya Tanah Abang selama aksi berlangsung.

Saya setuju-setuju saja dengan aksi damai kedaulatan rakyat—atau apapun namanya. Dengan catatan kalau setelah mengajukan sengketa pemilu dan MK tidak memperdulikan kubu 02 walaupun misalnya mereka memberikan bukti-bukti yang kuat untuk menolak hasil pemilu. Tapi kalau misalnya kubu 02 tidak mampu membuktikan kecurangan yang terstruktur, sitstematis, dan massive seperti yang mereka tuduhkan, alangkah bijaknya jika mereka dengan legowo menerima keputusan pemilu oleh KPU.

Gini deh, saya kasih tahu tentang kisah dari Khalifah Ali bin Abi Thalib yang kehilangan baju besinya. Baju besi tersebut ternyata ditemukan oleh seorang Yahudi—catat: Yahudi—dan hendak menjualnya ke pasar. Ali kemudian mengetahui hal tersebut dan memintanya baju besinya untuk dikembalikan. Tapi orang Yahudi ini tidak mau mengembalikannya. Singkat cerita mereka akhirnya mereka pergi ke pengadilan. Hakim kemudian mempersilahkan Ali untuk membuktikan bahwa baju besi tersebut adalah miliknya tapi Ali tidak mampu membuktikannya. Ali pun kalah dalam pengadilan tersebut. Ali tetap menerima keputusan hakim walaupun dia adalah seorang khalifah dan baju besi itu tentu saja adalah miliknya.

Baca Juga:

Derita dan Kejadian Konyol Pengalaman Saya Saat KKN di Jember: Salah Satunya Dikira Timses Prabowo Hanya karena Berpakaian Necis

Menangisi Menteri yang Kena Reshuffle Itu Konyol!

Hal yang dapat kita petik dari kisah ini bahwa bahkan seorang khalifah, menantu Nabi Muhammad SAW, seorang yang hafal Quran, sama kedudukannya di depan hukum dengan seorang Yahudi sekalipun. Ketika tidak mampu membuktikan bahwa baju besi tersebut adalah miliknya, dia dengan ikhlas menerima keputusan hakim.

Saya kok tidak begitu mengerti apa defenisi dari aksi damai setelah melihat gerakan kedaulatan rakyat ini. Aksi damai tapi kok bawa bom molotov, bawa petasan, busur, bahkan ditemukan ada yang membawa senjata api. Berartikan memang ada niat untuk berbuat rusuh. Esensi aksi damai ini benar-benar hilang saat terjadi bentrok antara massa dan juga aparat yang bertugas.

Apalagi sampai melakukan pengrusakan fasilitas umum. Di dalam peperangan saja, Nabi Muhammad SAW bahkan melarang untuk membakar pohon yang tumbuh subur. Nabi melarang untuk melakukan kerusakan di muka bumi. Gerakan 22 Mei kemarin bahkan bukanlah sebuah perang, tapi yang dirusak itu sangatlah banyak. Mobil dibakar, Pos Polisi dibakar, Asrama Brimob diserang. Bahkan ada toko kelontong yang dijarah oleh massa aksi. Sangat jauh bila gerakan ini dikatakan gerakan bela Islam.

“Tapi kan semua itu perbuatan oknum”—kalau seperti itu, tidak perlulah kita ikut membaur dengan para perusuh ini. Sebaiknya menjauh kalau ada yang berbuat anarkis supaya bisa dibedakan. Gara-gara bajingan yang berbuat rusuh ini, orang-orang yang tidak bersalah menjadi korban.

Menurut saya, gerakan ini sangat tidak perlu atau belum perlu dilakukan. Apalagi sampai mengorbankan nyawa. Sangat tidak sebanding dengan apa yang didapatkan. Tunggulah dulu keputusan MK nantinya. Kalau memang perlu, yah silahkan saja. Tapi tetap dilakukan tanpa aksi vandalisme.

Saya bisa saja salah melihat  masalah ini—correct me if I am wrong. Tapi tentu saja dengan cara yang etis. Berikan argumen yang bisa dipahami. Jangan asal menuduh dan ngegas nggak jelas.

Lekas damai, Negeriku!

Terakhir diperbarui pada 5 Oktober 2021 oleh

Tags: Aksi 22 MeiHasil PemiluJokowiPilpres 2019Prabowo
Muhammad Ikhdat Sakti Arief

Muhammad Ikhdat Sakti Arief

Nama saya Ikhdat, seorang pengangguran (semoga cepat dapat kerja) pecinta senja, penikmat kopi (biar dibilang anak indie) yang suka nulis.

ArtikelTerkait

Sistem Zonasi Cuma Bentuk Kemalasan Pemerintah. Hapus Saja! (Unsplash)

Sistem Zonasi Cuma Bentuk Kemalasan Pemerintah untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan. Sudah, Hapus Saja!

30 Agustus 2023
Mas Kaesang, Jangankan Etika Ngirim Email, Bilang "Tolong" dan "Terima Kasih" Saja Kita Sering Kelupaan

Mas Kaesang, Jangankan Etika Ngirim Email, Bilang “Tolong” dan “Terima Kasih” Saja Kita Sering Kelupaan

19 Februari 2020
kabut asap

Kalap Berkat Kabut Asap

19 September 2019
Terima Kasih, Pak Jokowi, 10 Tahun Kepemimpinan Anda Penuh dengan Pelajaran yang Begitu Berharga, Beneran

Terima Kasih, Pak Jokowi, 10 Tahun Kepemimpinan Anda Penuh dengan Pelajaran yang Begitu Berharga, Beneran

16 Oktober 2024
Prabowo Bikin Rakyat Bertepuk Sebelah Tangan di Hari Valentine (Pexels)

Ketika Prabowo Bikin Rakyat Bertepuk Sebelah Tangan di Hari Valentine

14 Februari 2025
Jokowi Belum Pernah Ke Kediri (Unsplash)

Bahkan Sampai Masa Jabatan akan Berakhir, Jokowi Belum Pernah Ke Kediri

17 Mei 2023
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

22 Desember 2025
Linux Menyelamatkan Laptop Murah Saya dari Windows 11, OS Paling Menyebalkan

Linux Menyelamatkan Laptop Murah Saya dari Windows 11, OS Paling Menyebalkan

24 Desember 2025
Garut Bukan Cuma Dodol, tapi Juga Tempat Pelarian Hati dan Ruang Terbaik untuk Menyendiri

Garut Itu Luas, Malu Sama Julukan Swiss Van Java kalau Hotel Cuma Numpuk di Cipanas

23 Desember 2025
Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

25 Desember 2025
Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi (Unsplash)

Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi: Menolong Ribuan Perantau, tapi Menyengsarakan Warga Sendiri

22 Desember 2025
Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

21 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.