Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Hiburan Musik

Kangen Lagu Pengamen di Bis Solo-Yogyakarta

Andrian Eksa oleh Andrian Eksa
19 Mei 2019
A A
pengamen Bis Jurusan Solo-Yogyakarta

pengamen Bis Jurusan Solo-Yogyakarta

Share on FacebookShare on Twitter

Rumah saya di Boyolali dan kuliah di Yogyakarta. Penginnya naik sepeda motor saja, la wong cuma dua jam. Sayangnya, sampai sekarang belum punya, jadi terpaksa naik bis ke Solo dilanjutkan naik kereta sampai Yogyakarta.

Sebelumnya, hampir empat tahun saya bolak-balik naik bis jurusan Solo-Yogyakarta. Keputusan naik kereta berawal dari ketidakbetahan saya dengan kepenatan suasana di dalam bis. Bis ekonomi jurusan Solo-Yogyakarta kan suka banget mengisi penuh ruang yang ada. Beneran lo, saya sering sesak.

Bukan hanya itu, terkadang bis yang saya tumpangi, berhenti banyak kali dengan laju yang segitu-segitu saja. Perjalanan Solo-Yogyakarta atau sebaliknya, bisa lo sampai tiga atau empat jam. Saya tidak bohong. Kejadian itu pernah saya alami. Rasanya pengin tak pisuhi sopirnya. Tapi saya ingat diri, siapa to saya ini? Cuma penumpang yang banyak bacot. Biarin dong, ya~

Belum lagi kalau ada pedagang asongan yang memaksa masuk, meskipun kondisinya ra masok. Dalam keadaan yang sesak, pedagang asongan kan sebenarnya gak leluasa menawarkan dagangannya. Saya sih yakin, cara kerja tersebut tidak efektif. Inget lo, memaksakan secara berlebih itu nggak baik. Tapi, saya mahfum kok, memang kebutuhannya seperti itu. Ya sudah, saya menghela napas panjang-panjang saja.

Ketika pedagang asongan sudah turun, naiklah para pengamen. Saya pikir, merekalah penyelamat hidup penumpang. Lagu-lagu yang mereka bawakan membuat pikiran kami sedikit mengendur dari kepenatan. Kami pun serasa mendapat udara segar.

Kamu pasti mengerti. Di dalam bis tanpa AC seperti ini, apa yang lebih segar dibandingkan dengan lagu-lagu pengamen? Udara di luar bis sudah terlanjur busuk. Polusi oh polisi polusi~

Saya masih ingat, pengamen-pengamen tersebut tampil dengan beragam alat pengiring. Kebanyakan pengamen adalah pria yang sendirian dengan gitar akustik. Lagu-lagu yang dibawakan biasanya lagu-lagu pop mellow pujaan para gadis.

Lain waktu, terkadang datang pengamen rombongan. Personilnya mulai dari tiga sampai lima orang. Alat yang dimainkan biasanya kentrung, kendang yang dibuat dari paralon dan karet ban, serta icik-icik dari tutup botol. Pengamen-pengamen seperti ini biasanya membawakan lagu-lagu “Ngamen” dengan berbagai angka versi yang mengikutinya.

Di samping itu, ada dua tipe pengamen yang benar-benar masih saya ingat. Pertama, seorang bapak-bapak dengan gitar dan harmonika. Seingat saya, harmonika yang dimainkannya dikalungkan di leher, sehingga ia pun fasih memainkan dua alat bersamaan. Lagu-lagu yang dibawakan bapak ini, semuanya lagu-lagu Iwan Fals. Lengkap dengan peniruan suara dan gaya bermainnya. Kalau ketemu pengamen ini, saya pasti ngasih lebih.

Kedua, pengamen, siapa pun dan dalam format yang bagaimana pun, yang menyanyikan lagu “Ngamen 6”. Judul ini saya dapat dari google. Meskipun baru tahu ketika menulis tulisan ini, ingatan saya tentang lagu tersebut masih begitu hangat. Kamu pasti tidak luput mendengarnya ketika sempat menaiki bis jurusan Solo-Yogyakarta ataupun sebaliknya.

Lagu ini naik daun sejak 2011 dan dipoluperkan oleh Eny Sagita. Saya masih mengingatnya, karena ketika ada yang menyanyikan lagu tersebut, saya langsung pura-pura tidur. Jujur saja, saya tidak suka dengan lagu ini. Apalagi ketika dinyanyikan oleh beberapa pengamen yang kreatif. Liriknya diganti-ganti seenaknya sendiri.

Untuk menyegarkan ingatan saya, ingatanmu, dan ingatan tentang kita begini kira-kira lirik lagu “Ngamen 6” tersebut.

moto merem raiso melek jarene keno belek
sekolahe dhuwur dhuwur nyambut gawe pancen angel
jebul malah ngamen

 

ono kadal jare tekek tangine merem melek
simbah lagi menek e kathoke suwek
tak rewangi golek recek, golek duwek soko cepek
jebul malah dinyek

Jika diperhatikan, sebenarnya tidak ada yang menyakitkan hati. Malahan, lirik lagu tersebut memotret fenomena-fenomena yang masih aktual sampai hari ini. Tidak jarang kan kita melihat mahasiswa-mahasiswa ngamen untuk memenuhi kebutuhan makan atau dalam rangka usaha dana sebuah acara.

Sayangnya, ngamen ini masih saja dianggap sebagai pekerjaan yang berkelas rendah. Padahal, yang terpenting kan halalan toyiban. Bukankah tuntutan kita setelah belajar adalah bekerja? Karena dianggap rendah, akhirnya tidak jarang orang-orang memberi upah rendah pada pekerjaan ini. Hal tersebut dapat dibaca dalam lirik lanjutan berikut ini.

pakde mbokde sampeyan opo ngeyek
kulo ngamen ditanggap dudo tuwek
matur suwun diparingi cepek
nopo maleh gambar kethek rambute entek

 

pakde mbokde sampeyan opo ndelok
kulo ngamen ditanggap bakul klopo
matur suwun diparingi dungo
nopo maleh dipek mantu putumu sing joko

Saya mengerti, pasti sedikit sakit hati ketika sudah menyanyi dengan begitu gembira, eh kok cuma dikasih doa. Bukannya tidak mensyukuri nikmatnya didoakan. Tapi, kan, yang lebih dibutuhkan mereka itu uang. Kebutuhan keluarganya kan tidak selesai dengan nerima dan berdoa saja.

Saya sebagai penumpang bis yang ketar-ketir dengan tingkah sopir, terkadang kok, ya, suka gak nyaman kalau dinyanyikan lagu tersebut. Selain khawatir dengan masa depan saya setelah sekolah tinggi dan ingat kemiskinan hidup ini, saya mengingat akhir lagu tersebut. Lirik terakhir yang kalau iseng, pengamennya suka mengganti-ganti sesuka hati. Berikut ini liriknya.

sing maringi tak dongakno slamet
sing ora maringi tak dongakno pilek
sing etok etok turu tak dongakno lemu koyok sapiku

Saya sih tidak masalah kalau didoakan pilek. Menjengkelkannya itu akhir lirik ini biasanya ditekankan berlebihan untuk memberi peringatan kepada penumpang. Kalau begini, kesannya kan malah jadi maksa.

Lebih menjengkelkannya lagi, kalau sudah diganti-ganti. Seperti ini misalnya, sing maringi tak dongakno slamet, sing ora maringi tak dongakno ra slamet. Sedih, nggak, sih, didoakan seperti itu? Saya kan pengin menghilangkan kepenatan, kok malah tambah tidak menyenangkan?

Tapi, hari ini, setelah lama tidak naik bis jurusan Solo-Yogyakarta, saya kangen lagu tersebut.  Lagunya lo, bukan doanya. Kalau doa mah, saya kangen didoakan ibu biar nikahnya sama kamu. Yihaaa~

Terakhir diperbarui pada 5 Oktober 2021 oleh

Tags: BisBis Jurusan Solo-YogyakartaBis Solo-YogyakartaPengamen
Andrian Eksa

Andrian Eksa

Kelahiran Boyolali, 15 Desember. Saat ini sedang bergiat di Dolanan Anak Jogja.

ArtikelTerkait

Pengalaman Buruk Bertemu Pengemis di Jalanan: Nggak Dikasih Uang, Kendaraan Saya Digores Paku

Pengalaman Buruk Bertemu Pengemis di Jalanan: Nggak Dikasih Uang, Kendaraan Saya Digores Paku

12 September 2023
Alun-alun Jember Itu Tempat Nongkrong Asyik asalkan Nggak Ada Pengamen yang Mengusik

Alun-alun Jember Itu Tempat Nongkrong Asyik asalkan Nggak Ada Pengamen yang Mengusik

14 Oktober 2023
melacak koordinator manusia silver pengemis Boneka Mampang hingga Manusia Silver: Bukti Bahwa Mengemis Itu Ada Seninya terminal mojok.co

Boneka Mampang hingga Manusia Silver: Bukti Bahwa Mengemis Itu Ada Seninya

11 November 2020
Alun-alun Kidul Jogja Penuh Pengemis dan Pengamen yang Kadang Agresif, Masalah yang Menggerogoti Pariwisata Jogja

Alun-alun Kidul Jogja Penuh Pengemis dan Pengamen yang Kadang Agresif, Masalah yang Menggerogoti Pariwisata Jogja

18 Agustus 2024
lampu merah

Ini Loh Faedahnya Lampu Merah Berdurasi Lama

30 September 2019
ibu-ibu

Keuntungan Naik Bis Bersama Ibu-Ibu

27 Mei 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Kenapa Salatiga Menjadi Kota Madya, tapi Kudus yang Lebih Mewah Justru "Cuma" Kabupaten?

Kenapa Salatiga Menjadi Kota Madya, tapi Kudus yang Lebih Mewah Justru “Cuma” Kabupaten?

14 Juli 2025
Perjalanan Pertama Lidah Saya Mengenal Couvee: Kesan Pertama Biasa Saja, tapi Jadi Penasaran dengan Menu Lainnya

Perjalanan Pertama Lidah Saya Mengenal Couvee: Kesan Pertama Biasa Saja, tapi Jadi Penasaran dengan Menu Lainnya

18 Juli 2025
Di Gresik, Baju Bandmu Tidak Ada Apa-apanya di Hadapan Sarung BHS, Kalah Telak!

Di Gresik, Baju Bandmu Tidak Ada Apa-apanya di Hadapan Sarung BHS, Kalah Telak!

19 Juli 2025
Ironi Mahasiswa Jurusan Pendidikan: Buangan dan Tidak Ingin Menjadi Guru Mojok.co

Menyesal Kuliah Jurusan Pendidikan, Tiga Tahun Mengajar di Sekolah Nggak Kuat, Sekolah Menjadi Ladang Bisnis Berkedok Agama

15 Juli 2025
3 Alasan yang Membuat Orang Purwokerto Minder dan Iri pada Warga Jogja Mojok.co

Surat Terbuka untuk para Kreator Konten Jogja: Segitu Saja Konten Kalian? Yakin Cuma Tugu-Malioboro-Titik Nol doang nih?

19 Juli 2025
3 Pantai di Pangandaran yang Tidak Layak Dikunjungi, Wisatawan Sebaiknya Berpikir Dua Kali Mojok.co

3 Pantai di Pangandaran yang Tidak Layak Dikunjungi, Wisatawan Sebaiknya Berpikir Dua Kali 

15 Juli 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=GyP2I7Gxgvg

DARI MOJOK

  • Pengalaman Naik Bus Malam: Laptop Berisi Skripsi Digondol Maling, Ganti Rugi Tak Seberapa tapi Mimpi Jadi Sarjana Harus Tertunda
  • Kok Bisa Menyesal Ambil KPR di Tanah Rantau, Memangnya Sebelum Ambil Rumah Nggak Pake Mikir?
  • Film “Sore: Istri dari Masa Depan” Memberi Penyesalan, Harapan Semu, dan Dendam pada Kehidupan Rumah Tangga di Masa Lalu
  • Rekomendasi 7 Drama Korea Medis Terbaik Sepanjang Masa
  • Profesi Relawan Menyadarkan Saya Pentingnya Kata Selamat Tinggal dan Terima Kasih di Kehidupan yang “Chaos”
  • Rasanya Ditipu Berkali-kali sama Suami Saat Naik Sepeda Jarak Jauh, Menempuh 55 Kilometer via Jalur Biadab Menuju Waduk Sermo

AmsiNews

  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.