Kuliah di Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia sepertinya memang hanya untuk orang yang sabar. Berbagai stigma kurang menyenangkan di kuping seolah tidak ada habisnya. Hanya mahasiswa yang sabar dan bertekad bulat yang bisa bertahan di jurusan ini.
Orang-orang sepertinya tidak banyak mengetahui, atau mungkin tidak mau tahu, soal jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Tidak heran berbagai pernyataan dan pertanyaan ajaib kerap kali terlontar. Mulai dari jurusan yang disepelekan hingga ejekan lulus jual KBBI adalah makanan sehari-hari. Bahkan, tidak sedikit yang salah paham bahwa mahasiswa jurusan ini hanya membuat puisi, pantun, dan quotes.
Itu semua keliru. Kalau membuat puisi, quotes, dan semacamnya, orang patah hati juga bisa. Nggak perlu susah-susah kuliah linguistik, sastra, dan sebagainya. Nih, agar tidak salah kaprah lagi, saya jelaskan lagi apa saja yang dipelajari mahasiswa Jurusan Bahasa Indonesia dan Sastra.
Daftar Isi
Kuliah Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia cakupannya luas
Kalau kalian masuk Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia akan ada dua topik besar yang dipelajari, yakni linguistik (ilmu bahasa) dan sastra. Ingat ini topik besarnya ya, pasti ada topik kecilnya nanti. Kalau kalian masuk ke prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, topik besarnya juga ada tiga, yakni pendidikan, linguistik (ilmu bahasa), dan sastra.
Itu baru topik besarnya, turunannya lebih banyak lagi. Saya spill agar kalian nggak penasaran. Ada linguistik murni, misalnya fonologi, morfologi, sintaksis, dan lain-lain. Ada juga linguistik terapan, misalnya psikolinguistik, sosiolinguistik, dan masih banyak lagi. Sementara untuk topik umum sastra, turunannya ada yang murni dan terapan. Kalian bisa cari sendiri kalau ingin tahu lebih mendalam. Satu tulisan ini tidak akan cukup menjelaskan semuanya.
Sampai di sini, sudah terbayang kan betapa luas cakupan pengetahuan jurusan ini. Jadi nggak ada alasan lagi buat kalian berpikir atau menyataka mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia hanya buat puisi, pantun, dan quotes.
Skripsinya bukan membuat karya tapi menganalisis karya
Bagi mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia yang fokus belajar ilmu sastra, skripsinya biasanya membahas suatu karya sastra. Bisa berupa kumpulan puisi, cerpen, novel, dan sebagainya. Menganalisis karyanya ya, bukan membuat karya sastra.
Asal tahu saja, menganalisis karya sastra bukanlah hal mudah. Berbeda dengan membuat resensi suatu karya sastra yang kerap dilakukan semasa sekolah. Menganalisis karya sastra melibatkan teori-teori sastra cukup sulit dan asing bagi orang awam.
Saya beri salah satu contoh judul penelitian sastra karya dosen saya, Prof. Anas Ahmadi, Bunuh Diri dalam Tiga Novel Indonesia: Perspektif Psikologi Kematian: Suicide in Three Indonesian Novels: A Psychological Study of Death Perspective. Dari judulnya saja sudah terbayang isinya nggak kaleng-kaleng kan? Sampai sini masih mau bilang kalau mahasiswa dan lulusan jurusan ini cuma jago bikin puisi?
Skripsi tetap punya manfaat praktis
Judul skripsi mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia memang terdengar asing dan ndakik-ndakik. Walau begitu, skripsi maupun penelitian bahasa dan sastra Indonesia tetap punya manfaat di tengah masyarakat. Jadi bukan sekedar biar keren saja.
Saya beri sedikit contoh di bidang sastra. Kita bisa belajar mengenai keadaan psikologis dalam suatu karya sastra melalui kajian psikologi sastra. Hal tersebut bukan omong kosong belaka, karena sastra memiliki korelasi yang erat kehidupan nyata. Plato pernah berkata, bahwa sastra merupakan tiruan dari kenyataan.
Contoh lain, dalam hal linguistik (ilmu bahasa), banyak kajian linguistik kontemporer yang membantu masyarakat dalam menyelesaikan berbagai permasalahan saat ini. Jurusan ini juga mempelajari kajian linguistik forensik yang biasanya bermanfaat dalam kasus kejahatan berbahasa, ujaran kebencian misalnya. Penelitian jurusan ini bahkan bisa berkontribusi pada terapi wicara anak berkebutuhan khusus, lho.
Ternyata banyak kan hal-hal yang dipelajari mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Kontribusinya juga nyata di tengah masyarakat. Semoga ke depan tidak ada lagi orang yang memandang sebelah mata jurusan ini. Ingat ya, Bahasa Indonesia itu ramah, bukan remeh.
Penulis: Rahadi Siswoyo
Editor: Kenia Intan
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.