Setiap tempat punya enak dan nggak enaknya masing-masing. Termasuk tinggal di permukiman padat penduduk. Kenyataannya, tinggal di kawasan padat penduduk nggak kalah asik. Dan Jogja, punya banyak permukiman padat penduduk.
Permukiman padat penduduk di Jogja memang nggak kayak di Jakarta. Tapi ya, di beberapa aspek, keduanya mirip. Kalau di Jogja, yang terkenal antara lain Kampung Gondolayu, Kampung Ketandan, dan beberapa kampung di sekitaran Keraton alias Njero Beteng.
Buat saya pribadi, permukiman padat penduduk di Jogja itu relatif lebih nyaman dibanding Jakarta, meski nggak mengurangi sisi uniknya. Berikut empat keunikan yang saya rasakan.
Daftar Isi
#1 Punya hubungan sosial yang erat khas Jogja
Karena tinggal di kawasan yang jarak rumahnya itu sangat mepet, interaksi individu jadi sangat intens. Mungkin ini agak repot untuk yang introvert.
Namun, bagi saya yang juga introvert, intensitas interaksi individu di sana masih kategori bukan masalah besar. Modal sosial yang paling dasar dimiliki untuk tinggal di permukiman padat penduduk adalah unggah-ungguh. Anda kalau nggak punya tata krama, apalagi ini di Jogja, bisa-bisa kena usir.
Karena unggah-ungguh ini, tinggal di pemukiman padat penduduk di Jogja jadi aman. Kalau perlu apa-apa, tetangga pasti bersedia membantu. Belum bilang saja, kadang sudah dibantu, saking deketnya hubungan satu sama lain. Seperti slogan yang terkenal, “Anda sopan, kami segan.”
#2 Terganggu sama musik kencang
Saking banyaknya orang yang tinggal di perkampungan padat penduduk, kita bisa menemukan berbagai perilaku random orang-orang tersebut. Yang paling sering adalah pagi-pagi sudah nyetel lagu dengan speaker dan suaranya kenceng banget.
Sudah begitu genre musiknya pun macam-macam. Mulai campursari, dangdut koplo, sampai sholawat yang juga dikoplo. Belum lagi kalau mereka juga karaoke, lengkap sudah penderitaan.
Nggak cuma di perkampungan padat penduduk di Jogja saja sebetulnya. Fenomena ini ada di mana-mana.
Tapi, karena jarak satu rumah ke rumah tetangganya sangat dekat bahkan temboknya saja nempel, jadi bikin nyetel speaker kenceng di pemukiman padat penduduk itu benar-benar ancaman buat tetangga. Bayangkan saja, kalau nyetel lagu kenceng, bisa-bisa kuping tetangga sebelahnya bisa pecah saking kerasnya suara musik dan nggak enaknya suara yang nyanyi.
#3 jadi tahu rahasia tetangga
Lagi-lagi karena jarak rumah yang nggak sampai satu kali buangan ingus itu, bikin obrolan seseorang bahkan di dalam rumah berpotensi kedengaran oleh tetangga. Jangankan dengan suara keras, bisik-bisik saja bisa kedengaran.
Nggak heran kalau tinggal di permukiman padat penduduk di Jogja, Anda bisa tahu obrolan tetangga, tetangga mau ke mana, mau ngapain, bahkan sampai rahasia rumah tangga. Pastikan privasi diri dan keluarga Anda bener-benar terjaga.
#4 Pasti punya tetangga yang kepo
Selaras sama rahasia tetangga yang mudah bocor, kalau tinggal di permukiman padat penduduk di Jogja, pasti ada tetangga kepo. Praktik ini nyatanya cukup masif dan sistematis.
Mungkin karena sudah terbiasa dengar rahasia tetangganya, bikin praktik ingin tahunya berkembang. Yang awalnya diam-diam mendengarkan percakapan tetangga dari dalam rumah, perlahan mulai mengintip di jendela, sampai terang-terangan kepo tetangga di depan rumah tetangganya tersebut.
Itulah beberapa suka duka tinggal di permukiman padat penduduk di Jogja yang saya rasakan selama ini. Mungkin nggak hanya hal-hal itu saja, tapi ada juga yang lainnya tergantung di kampung mana kamu tinggal. Kunci tinggal di permukiman padat penduduk adalah sabar. Kalau nggak punya sabar yang cukup, pasti nggak betah untuk tinggal lama.
Penulis: Rizqian Syah Ultsani
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Mantrijeron, Kecamatan di Kota Jogja dengan Vibes Bantul yang Kental
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.