Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Klaim Warisan Budaya Pemerintah Jogja Itu Tidak Masuk Akal karena Malah Mengorbankan Ekonomi Rakyat

Jati Nurbayan Shidiq oleh Jati Nurbayan Shidiq
9 Juni 2025
A A
Jogja Kota yang Tega Menyingkirkan Rakyat Sendiri (Unsplash)

Jogja Kota yang Tega Menyingkirkan Rakyat Sendiri (Unsplash)

Share on FacebookShare on Twitter

Semua ini berawal dari penyelesaian tugas bersama BPMF PIJAR. Saya diajak untuk meliput rangkaian diskusi dan konsolidasi mengenai penolakan warisan budaya sumbu filosofi Jogja pada Februari 2025 yang lalu. 

Rangkaian peristiwa yang panjang seperti garis sumbu filosofi Jogja ini merupakan respons warga Malioboro atas desas-desus penggusuran dan tata kota. Selain itu, seperti banyak berita yang berseliweran di media sosial, ini merupakan upaya untuk mewujudkan warisan budaya tak benda Jogja. Yang dimaksud adalah sumbu filosofi yang terbentang dari utara-selatan dalam satu garis lurus. 

Penyingkiran rakyat Jogja

Muncul keresahan ketika saya mendengarkan dengan tekun jalannya diskusi. Respons organik saya mempertanyakan kok bisa? Demi mewujudkan warisan budaya tak benda, lagi dan lagi, ada penyingkiran rakyat Jogja akibat dari klaim historis. 

Derai tangis Upik, salah satu PKL Malioboro, makin menyentuh hati kuno saya. Membayangkan, ketika mereka memiliki tanggungan pendidikan anak yang layak tapi harus menatap kenyataan bahwa ekonomi mereka seperti pegawai yang diancam surat PHK. 

Saat menyambangi warga PKL Malioboro, saya mendengar cerita kalau ada buah hati mereka yang terpaksa putus kuliah akibat penggusuran. Dan sudah tentu, penghasilan mereka anjlok drastis. 

Sebelum digusur, PKL Malioboro seakan digantung hidupnya. Mengapa? Mereka kehilangan arah antara tetap berdagang atau berhenti. Alhasil, mereka kebingungan dan kehilangan pendapatan pokok. 

Masalah klaim historis Jogja ini berlanjut pada penggusuran Taman Parkir Abu Bakar Ali. Jika kita menyambangi ABA hari ini, lihatlah sudah ditutup dengan pagar putih seperti kain kafan dan tulisan yang berkesan arogan dengan font dengan format bold seakan mempertegas bahwa pemerintah seperti mematikan ekonomi rakyatnya. 

Lalu-lalang bus dan motor sudah tidak terlihat lagi. Di balik jerih payah pedagang dan petugas ABA, tengok sedikit kebelakang. Adanya ABA adalah untuk menertibkan sayap-sayap parkir yang ada di Malioboro. 

Baca Juga:

Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

4 Aturan Tak Tertulis Berwisata di Jogja agar Liburan Tetap Menyenangkan

Rakyat kecil kehilangan pekerjaan

Farsun namanya. Pria yang sebenarnya sudah lanjut usia ini terlihat seperti masih di usia produktif. Sampai saat ini, dia masih memikul tanggung jawab sebagai seorang kepala keluarga. Pekerjaan Pak Farsun adalah tukang parkir di ABA.

Sebelum ada Taman Parkir Abu Bakar Ali, Pak Farsun bekerja sebagai tukang parkir di sayap-sayap Malioboro. Saat itu, dia bisa mendapatkan penghasilan setara gaji pegawai negeri. Sampai kemudian saat penghidupannya diusik DISHUB, semua tak sama lagi. 

Relokasi ke Abu Bakar Ali artinya semuanya berubah. Kini, dia hanya mendapatkan Rp25 ribu per 2 hari. Dengan bebannya sebagai kepala keluarga, apakah Rp25 ribu dalam 2 hari mampu mencukupi kebutuhannya? Tentu tidak. 

Anak Pak Farsun terpaksa tidak lanjut kuliah. Kini, dia terpaksa bekerja untuk membantu ekonomi keluarga. Sekarang, tempat penghidupannya kini telah ditutup dan mereka digantung kehidupannya kembali.

Tega sekali

Bagaimana bisa, demi sebuah klaim histori, pemerintah mengorbankan ekonomi rakyat Jogja? Pemerintah Jogja ini tidak belajar dari Malioboro. Memindahkan pedagang nyatanya bukan dan gagal menjaga kesejahteraan rakyat. Mereka mengulanginya lagi di kasus Abu Bakar Ali.

Pada akhirnya, rakyat kecil Jogja yang menjadi korbannya. Kenapa tega sekali?

Mungkin pemerintah Jogja mengalami dilema terkait pengambilan keputusan yang tepat. Bisa jadi mereka pusing hingga muntah. Tapi, muntahnya mereka adalah muntah yang masih dapat penghasilan.

Berbeda dengan rakyat kecil. Mereka pusing hingga muntah karena memikirkan bagaimana caranya bertahan hidup esok hari.

Penulis: Jati Nurbayan Shidiq

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Mendengar Kepiluan Pak Tua Tanpa Rumah yang Terkatung-Katung di Sepanjang Sumbu Filosofi

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 9 Juni 2025 oleh

Tags: JogjaMalioboropenggusuranPKL Malioborosumbu filosofis jogjataman parkir abu bakar aliteras malioboro
Jati Nurbayan Shidiq

Jati Nurbayan Shidiq

Mahasiswa Filsafat yang berusaha sophis.

ArtikelTerkait

Jalan Letjen Suprapto, Jalan Paling Problematik di Kota Jogja yang Meresahkan Warga dan Pengendara Mojok.co

Jalan Letjen Suprapto, Jalan Paling Problematik di Kota Jogja yang Meresahkan Warga dan Pengendara

5 Agustus 2024
7 Tahun Kuliah di UNY Berakhir Jadi Tertawaan dan Beban (Unsplash)

Saya Sempat Menyesal dan Malu setelah 7 Tahun Kuliah di UNY, Berakhir Jadi Beban Keluarga dan Ditertawakan Banyak Orang

25 April 2025
3 Rekomendasi Coffee Shop Bernuansa Hijau di Jogja Terminal Mojok

3 Rekomendasi Coffee Shop Bernuansa Hijau di Jogja

14 Januari 2023
Jogja: Mengaku Terbuat dari Angkringan, tapi Tak Tahu Teh Kampul Itu Apa bogor

Jogja: Mengaku Terbuat dari Angkringan, tapi Tak Tahu Teh Kampul Itu Apa

14 Agustus 2022
Lesehan Pring Ori Sorowajan Cocok untuk Mahasiswa Jogja Mendang-mending yang Berkantong Tipis Mojok.co

Lesehan Pring Ori Sorowajan Cocok untuk Mahasiswa Jogja Mendang-mending yang Berkantong Tipis

30 Juli 2024
Jogja Nggak se-Istimewa Itu Setelah Saya Merantau (Unsplash)

Pandangan Saya Terhadap Jogja Berubah Setelah Merantau, Ternyata Kota Ini Nggak Istimewa Amat

22 Mei 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Sebagai Warga Pemalang yang Baru Pulang dari Luar Negeri, Saya Ikut Senang Stasiun Pemalang Kini Punya Area Parkir yang Layak

Sebagai Warga Pemalang yang Baru Pulang dari Luar Negeri, Saya Ikut Senang Stasiun Pemalang Kini Punya Area Parkir yang Layak

29 November 2025
Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

2 Desember 2025
Pengakuan Pengguna Tumbler Lion Star: Murah, Awet, dan Tidak Mengancam Masa Depan Karier Siapa pun

Pengakuan Pengguna Tumbler Lion Star: Murah, Awet, dan Tidak Mengancam Masa Depan Karier Siapa pun

29 November 2025
Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

2 Desember 2025
Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

1 Desember 2025
Malang Nyaman untuk Hidup tapi Bikin Sesak Buat Bertahan Hidup (Unsplash)

Ironi Pembangunan Kota Malang: Sukses Meniru Jakarta dalam Transportasi, tapi Gagal Menghindari Banjir

5 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana
  • Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.