Jogja City Mall, Tempat yang Cocok untuk Melepas Penat Tanpa Takut Melarat 

Jogja City Mall, Tempat yang Cocok untuk Melepas Penat Tanpa Takut Terlihat Melarat  Mojok.co

Jogja City Mall, Tempat yang Cocok untuk Melepas Penat Tanpa Takut Terlihat Melarat  (unsplash.com)

Tinggal di Gamping membuat saya jarang main ke mal. Maklum saja, di kapanewon Sleman sisi barat itu tidak ada mall. Walau perlu energi lebih, saya tetap sesekali mengusahakan main ke pusat perbelanjaan modern itu untuk melepas penat. Dan, pilihan saya selalu jatuh pada Jogja City Mall atau yang biasa disingkat menjadi JCM.

JCM yang terletak di Jalan Magelang adalah tempat yang paling mudah diakses dari Gamping. Mengingat, mal ini terletak paling barat di Yogyakarta. Selain itu, Jogja City Mall terletak di rute saya berangkat/pulang kantor. Itu mengapa saya sering ke tempat ini selepas dari kantor untuk melepas penat. 

Mal sejatinya hiburan yang murah meriah

Saya pikir-pikir lagi, orang-orang pinggiran yang jarang ke mal seperti saya sebenarnya tidak perlu membeli apa-apa ketika masuk mal. Kami hanya ingin melihat pemandangan yang berbeda dari yang sehari-hari dialami. Pemandangan itu bisa berupa melihat-lihat barang rumah tangga di Ace Hardware (sekarang AZKO), update buku-buku baru di Gramedia, hingga melihat model pakaian teranyar di Matahari Department Store. Dan, semua itu bisa dilakukan gratis. Minimal bayar parkir saja. 

Hiburan yang murah kan? Itu mengapa saya kurang setuju kalau sering ke mal itu perilaku hedon. Mungkin iya ada banyak orang ke mal untuk berbelanja, tapi tidak sedikit juga yang menjadikan pusat perbelanjaan megah ini sebagai sarana hiburan murah meriah. 

Tidak perlu khawatir terlihat melarat karena Jogja City Mall adalah mal yang ramah kaum mendang-mending

Untuk kaum mendang-mending seperti saya, main ke mall sebenarnya jadi semacam tantangan. Di satu sisi, ingin merasakan hiburan kebanyakan orang. Di sisi lain, kebanyakan harga produk yang dijajakan di mal cukup menguras kantong. Memang, beberapa main ke mal untuk lihat-lihat atau window shoping saja. Tapi, kalau tidak kuat tahan godaan dan punya siasat yang tepat, kaum mendang-mending yang main ke mal bukan tidak mungkin bisa tekor juga.

Akan tetapi, kekhawatiran itu tidak banyak saya rasakan ketika main ke JCM. Satu hal yang bikin saya cinta mati dengan JCM selain lokasinya adalah banyak gerai dengan harga terjangkau bagi kaum mendang-mending seperti saya, khususnya tenant makanan. Kalian masih bisa menemukan makanan dan minuman di bawah Rp20.000 di sebuah mal besar, hal yang jarang terjadi. Tenant makanan ini bisa kalian temui di food court lantai dasar. Di sana ada berbagai pilihan makanan mulai dari mi ayam hingga nasi goreng yang rasanya enak, porsinya lumanyan, dan yang terpenting, ramah di kantong. 

Kalian cuma ingin nongkrong cantik sambil ngadem atau menikmati suasana mal? Kalian bisa langsung menuju lantai 2 dan jajan di kafe-kafe lucu di sana. Tenang saja, ada menu kopi yang harganya masih Rp18 ribuan kok. Menarik bukan ngemal di JCM? Kalian tetap bisa refreshing tanpa takut melarat setelahnya. 

Parkiran Jogja City Mall ramah pengendara sepeda motor

JCM yang ramah terhadap kaum mendang-mending juga terlihat dari parkirannya. Saya adalah satu dari jutaan orang Jogja yang mengendarai sepeda motor untuk mobilitas sehari-hari. Selain lebih praktis, motor jadi pilihan karena tabungan kaum mendang-mending ini belum cukup untuk membeli kendaraan roda empat. Seolah memahami kebutuhan kaum mendang-mending seperti saya, JCM menyediakan parkiran kendaraan motor yang nyaman. Tempat parkir motor sama nyamannya dengan parkir mobil. Tidak dibeda-bedakan. 

Di atas beberapa alasan yang membuat saya jatuh cinta pada Jogja City Mal. Mal yang satu ini begitu ramah pada kaum mendang-mending. Orang-orang seperti saya jadi lebih nyaman ketika mampir ke sana. Saya bisa sesekali melepas penat tanpa takut tekor atau melarat setelahnya. 

Penulis: Janu Wisnanto
Editor: Kenia Intan 

BACA JUGA Tidak seperti Namanya, Ramai Mall Jogja Kini Malah Sepi

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version