Sebagai seorang yang jarang ke Jogja City Mall (JCM), saya bisa menjudge bahwa parkiran motor di sana itu sudah seperti gelanggang adu mental. Niat datang buat belanja atau nongkrong dengan hati senang, tapi begitu masuk parkiran, rasanya sudah siap dengan berbagai drama yang bikin darah naik. JCM itu mall besar, tapi parkiran motornya bisa jadi sumber stres sendiri. Di tengah keramaian itu, akan selalu muncul kelakuan-kelakuan menyebalkan orang-orang yang parkir motor seenaknya seiring beberapa kali saya ke sana.
Mungkin ada yang punya kesamaan, pas parkir kita sudah merasa kalau cara memarkirkan motor sudah benar, tidak menghalangi jalan atau memenuhi ruang parkir. Tapi pas mau keluar, tiba tiba motor kita berteleportasi entah ke mana. Ini sih pengalaman paling ngeselin!
Setelah puas jalan-jalan atau nongkrong, balik ke parkiran dengan semangat mau pulang, tapi motor mendadak hilang dari tempatnya. Awalnya mikir yang terburuk, “Waduh, jangan-jangan hilang!” Karena kebiasaan saya yang ninggal karcis parkir di dashboard motor. Udah muter-muter parkiran, tanya petugas yang ada cuma dijawab, “Coba dicek lagi, Mbak,” dan akhirnya nemu motor di pojokan tempat yang nggak aku kenali sama sekali. Siapa yang mindahin? Entahlah. Mungkin buat mereka cuma iseng atau mau cari parkir lebih enak, tapi buatku ini ganggu banget. Bikin panik, serius! Jan guathel!
Dalam artikel ini, saya ingin merangkum penderitaan-penderitaan yang saya rasakan saat parkir di JCM.
Daftar Isi
Matic bodi bongsor adalah bencana
Kasus satu ini adalah salah satu alasan betapa saya nggak suka dengan motor matic yang punya body bongsor. Motor dengan bodi bongsor pasti menyusahkan motor yang parkir di sebelahnya karena makan tempat. Mau geser, makin susah. Bisa dibayangkan kan, bagaimana susahnya nggeser motor bebek obesitas ini?
Udah capek hati, ditambah malah harus drama dorong-dorong motor orang dulu biar bisa keluar. Lucunya, kalau petugas parkir JCM ada di situ, mereka sering cuma lihat-lihat doang tanpa berusaha bantu. Kalian digaji kan ya dari uang kita-kita juga yang mbayar tarif parkir. Mbok ya bantu.
Maksa parkir di pintu masuk mall JCM
Hal kocak lainnya adalah lihat orang parkir maksa di depan pintu masuk mall JCM, sampai effort nggeser kerucut pembatas segala. Entah mereka nggak lihat tanda larangan atau sengaja tutup mata, parkir di akses jalan dan pintu keluar itu seolah seperti hal yang normal. Kalau lagi ada petugas, mungkin langsung ditegur, tapi seringnya ya dibiarkan saja. Padahal jelas-jelas bikin macet, orang yang mau lewat jadi terhalang. Pernah lihat ada yang marah-marah karena mau keluar tapi terhalang motor yang parkir sembarangan.
Petugas? Lagi-lagi cuma geleng-geleng tanpa solusi.
Kok helmnya ada 2?
Yang satu ini, sumpah, ini ngeselin banget! Belum lama kejadiannya. Lagi buru-buru mau pulang, eh ada helm entah dari mana nongkrong manis di spion motor saya. Awalnya saya cuman mbatin, lah kenapa helmnya jadi 2, perasaan saya ke JCM sendiri. Apa ada yang kelupaan atau salah naroh. Kalau hilang atau jatuh, siapa yang mau tanggung jawab?
Udah gitu, petugas parkir malah bilang, “Coba cari yang punya aja, Mbak.” Lah, kenapa jadi saya yang harus cari? Kenapa jadi saya yang repot?! Lha anda itu kan petugasnya, gimana sih. Harusnya Anda punya SOP terkait hal-hal random tak terduga kalau terjadi di lokasi parkiran.
Sebagai tambahan, apakah kalian pernah menemui orang markir dengan motor dikunci setang dengan arah terbalik? Kalau belum, Anda sangat beruntung dan semoga jangan pernah ketemu sama yang satu ini karena ini adalah hal absurd yang bikin saya mau menghancurkan seisi parkiran di JCM.
Bayangkan, ngunci setangnya dengan posisi ekstrem—belok ke arah yang bikin motor di sebelahnya susah banget buat keluar. Udah motornya mepet, setangnya dikunci terbalik pula! Mau geser sedikit takut ada yang lihat terus dikira maling. Kalau sudah begini, sering cuma bisa ngelus dada dan berharap pemiliknya cepat balik. Petugas? Nggak dulu.
Parkiran JCM sudah bagus, tapi…
Saya merasa petugas parkir JCM itu kayak lagunya UTOPIA, “Antara Ada dan Tiada”. Petugas parkir seharusnya bisa bantu mengatur parkiran, memastikan motor nggak parkir sembarangan, atau setidaknya membantu orang-orang yang lagi ribet cari motor yang dipindahin sembarangan. Tapi sering kali mereka cuma duduk-duduk, ngobrol, atau malah main HP. Ketika kita tanya bantuan, jawabannya cuma normatif: “Dicari lagi aja, Mbak.” Mau komplain tapi percuma, karena mereka lebih banyak jadi penonton daripada pengelola parkir.
Pada akhirnya, parkiran JCM itu sebenarnya sudah cukup tertata dengan petugas yang berjaga. Tapi, kelakuan menyebalkan kayak gini bikin suasana parkir jadi kacau. Aku tahu parkiran sering penuh dan sempit, tapi bukan berarti kita bisa seenaknya sendiri tanpa mikirin orang lain. Kita semua bayar parkir, kita semua pengin parkir nyaman, tapi nggak perlu kan egois sampai bikin orang lain kesel?
Buat yang mau ke Mall JCM, yuk jadi pengguna parkiran yang bijak. Parkir rapi, jangan asal geser motor orang, jangan parkir di area terlarang, pastikan kunci setangmu nggak bikin ribet orang lain, dan tolong, buat petugas parkir, bantulah kami dengan lebih serius! Karena jujur aja, nggak ada yang mau pulang dari mall dengan mood hancur cuma gara-gara masalah parkiran.
Penulis: Shila Nurita
Editor: Rizky Prasetya