Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Jerinx, Nora, dan Kemarahan yang Salah Sasaran

Suwatno oleh Suwatno
23 Juni 2021
A A
jerinx musik hardcore rock post hardcore punk mojok

post hardcore punk mojok

Share on FacebookShare on Twitter

Brak!!! Pardi, yang sedari tadi sekrol-sekrol gawainya mendadak menggebrak amben galar di emperan warung Yu Marmi. Kopi di cangkir kami meluber, menggenang di permukaan lepeknya, seiring dengan gebrakan tangan Pardi itu.

“Orang-orang ini udah pada mati hati nuraninya ya, Cak.” ucapnya setengah marah.

Cak Narto, menarik badannya yang sejak awal menyandar pada dinding anyaman bambu warung. Tidak keluar kalimat dari mulutnya. Ia hanya mendorong dagu ke arah Pardi diiringi mata yang sedikit membelalak.

“Kamu ini kenapa, Pi, orang-orang siapa?” tanya saya penasaran.

“Netijen ini, Lur. Masak yang bikin kontroversi si suami yang diserang malah istrinya, sih” jawab Pardi dengan tatapan masih ke arah gawainya.

Ohhhhhh… serempak dan tanpa aba-aba kami bertiga merespon jawaban itu. Kami tahu tahu betul yang dimaksud Pardi adalah “serangan” warganet kepada Nora, istri Jerinx, penggebuk drum Superman Is Dead (SID) itu. Di tongkrongan, Pardi memang sudah terkenal sebagai seorang OutSIDer (sebutan untuk pemuda penggemar SID) kawakan sebelum akhirnya menikah dan membuka usaha sablon di seberang Koramil.

“Tapi, harusnya si Jerinx sedari awal sudah mengerti resiko dari sikap yang dia ambil, Di” Kanapi berusaha memberikan pemakluman.

“Maksudmu, Pi?” kejar Pardi.

Baca Juga:

Fakta Kerja di Bali Tidak Seindah Kata Orang

Sudah Saatnya Banyuwangi Pindah Ibu Kota, agar Pembangunan Kota Ini Merata dan Tidak di Situ-situ Aja

Kanapi melipat kakinya, bersiap menjelaskan. “Begini lho, Di, si Jerinx kan sudah sejak awal memilih mengambil posisi kontra di tengah hiruk pikuk pandemi ini. Statement-nya kan selalu kontroversial gitu. Pake segala bilang kalau Korona ini hoaks dan konspirasi. Kan berbahaya kalau seorang public figure yang punya banyak penggemar bikin pernyataan yang menyesatkan seperti itu? Ketika penjara tidak membuatnya melunak, wajar dong jika orang-orang dekatnya ikut dirujak?”

“Di bagian Jerinx kontroversial, aku setuju, Pi…tapi kan itu nggak serta merta memberikan kita hak untuk merundung istrinya. Sampe brand-brand yang kerja sama Nora ikut diprovokasi. Itu kan membawa dampak ekonomis. Bukan kah itu namanya bengis. Zalim.” Pardi tampak mbesengut membela idolanya itu.

“Lagian…” pembelaan Pardi belum selesai rupanya, “Apa sih kemungkinan terburuk yang bisa terjadi jika Jerinx tetap pada sikapnya menjadi kontroversial? Dia kan cuma mengungkapkan opininya di ruang publik. Kalau memang opininya melanggar hukum, silakan dilaporkan ke polisi lagi. Kalau opininya dirasa konyol ya silakan ditertawakan. Kalau opininya bodoh tinggal tidak usah dibaca. Jangan malah keluarganya yang diserang!”

Mendengar itu kami bertiga terdiam. Kami bertiga tahu kecintaan Pardi kepada SID dan Jerinx. Selalu terlihat pendar emosional di matanya ketika Ia berbicara tentang band dari Bali itu. Pardi bahkan menikahi seorang Ladyrose (sebutan untuk pemudi penggemar SID) yang Ia kenal dari perjalanan menumpang truk menuju konser SID di sebuah kota di pesisir utara Pulau Jawa.

Tak tahan dengan suasana hening, saya pun menyenggol ujung lutut Cak Narto yang sedari tadi diam. Tapi, Ia tetap bergeming.

“Tapi, Di…” Saya pun akhirnya mulai berargumen, semata agar keheningan malam ini terhenti, “Kalaupun Jerinx tidak setuju dengan narasi formal bahwa Covid itu nyata dan berbahaya, menurutku Ia tak perlu sefrontal itu ke pihak lain. Sampai menyerang selebriti dan lembaga-lembaga. Pake kata-kata yang pedas pula. Track record netijen kita kan sudah terbukti. Jangankan cuma seleb lokal, perusahaan raksasa sekelas Microsoft aja digergaji. Organisasi bulutangkis dunia aja dibikin hilang akunnya. Maka kalau Ia cuma diserang istrinya menurutku kok masih wajar ya. Ada aksi ada reaksi. Hehehe…”

Demi menjaga perasaan kawan, saya memilih mengakhiri pernyataan dengan tertawa datar. Tapi seperti putus asa, Pardi tampak tak lagi bergairah untuk berdebat.

“Gimana menurut Sampean, Cak?” Kanapi memaksa Cak Narto bersuara.

“Hah…” Ia hanya melenguh, terlihat tidak tertarik dan kembali menyandarkan punggungnya pada dinding warung.

“Ayolah, Cak! setidaknya Sampean hibur sedikit si Pardi ini…idolanya baru keluar penjara sekarang malah istrinya yang dirujak netijen. Kasihan betul ini, Cak.” Kanapi mengatakan itu dengan nada sejenis mengolok. Sejurus kemudian Cak Narto menggerus kreteknya yang tinggal beberapa isap itu pada permukaan asbak di depan kami.

“Gini lho, nDessss.” Meski terlihat tak bertenaga tapi saya menduga kalimat yang akan keluar dari mulut Cak Narto pasti akan panjang. “Di masa ontran-ontran Korona seperti saat ini, semua orang tampaknya memang dalam mode marah-marah. Wajar. Situasi yang serba tak menentu. Orang banyak di-PHK. Banyak yang usahanya gulung tikar. Banyak yang ditinggalkan orang tercinta. Lantas kalau ada orang yang berdiri di posisi kontra dengan pandangan umum konsekuensinya ya jelas di-brakoti sama masyarakat. Sampek sini paham, to?”.

Cak Narto dengan cepat menyelipkan kretek di ujung bibir dan membakarnya lantas melanjutkan kalimatnya.

“Aku tidak sedang ingin ikut dalam palagan ­brakot-brakotan netijen kepada Jerinx dan Istrinya, lho, Di…” Cak Narto melirik ke arah Pardi. “Maksudku begini, di tahun kedua pagebluk Korona ini kalaupun harus ada yang diserang, dikecam, dikuliti, bahkan diadili itu sebenarnya ya pemerintah kita ini… kemarahan netijen ini salah sasaran sejak awal.”

“Sampean mbok jangan ikut-ikutan bikin pendapat kontroversial to, Cak!” Ujar Kanapi mengingatkan.

“Lha gimana, Jerinx itu kan sebenarnya seperti kita-kita ini juga. Terombang-ambing di tengah ke-tidak jelas-an kebijakan pemerintah dalam mengelola pandemi. Tapi, bedanya Ia frontal dalam berpendapat di ruang publik dan kita hanya berani rasan-rasan di sini. Jika ada pihak yang tersinggung dengan kata-katanya yang pedas dan menohok, itu masalah pilihan reaksi saja. Tidak ada kata-kata yang membuat emosi, kita lah yang memasukkan emosi dalam kata-kata. Tidak ada rakyat yang pantas dipenjara hanya karena kata-kata.”

“Tapi kan kata-katanya itu provokatif lho, Cak…berbahaya jika ada penggemarnya yang percaya dengan narasi si Jerinx, Cak!” Kali ini saya berusaha menggunting argumen Cak Narto.

“Kalau ada penggemarnya yang terprovokasi memangnya mereka bisa apa, sih? Kuncinya kan di kepastian dan penegakan hukum. Kalau ada yang ikut narasi Jerinx dan melanggar hukum, dengan tidak taat prokes di tempat umum, misalnya, ya ditindak saja, to. Kan sesederhana itu. Kalau harus ada pihak yang harus disalahkan menurutku, ya pemerintah, sejak awal tidak ada ketegasan dan kepastian. Dari awal pandemi rakyat disuguhi atraksi politisi, sirkus korupsi dana bansos, institusi kesehatan yang menggunakan alat rapid test bekas, dan berbagai ke-absurdan-an lainnya. Sejenak kita marah, lalu kemudian kita lupa, dan mencari siapa lagi yang patut disalahkan!”

Nampak segaris kemarahan di ujung mata Cak Narto.

“Kalian itu sadar nggak sih, nDes, kondisi kebatinan Jerinx sebagai orang Bali. Buminya sudah dieksploitasi sedemikian rupa. Masyarakatnya dibikin bergantung dengan pariwisata. Begitu pandemi di depan mata dan ekonomi rakyat Bali amburadul yang mereka dapatkan hanya ketidakpastian. Diam-diam pemerintah menggelontorkan dana untuk men-endorse pariwisata Bali, dan tak berselang lama harapan itu ditumbangkan juga dengan kebijakan-kebijakan last minute. Maksudku, mbok ya jangan menghakimi Jerinx seolah dia kriminal gitu, lah, yang sesuai aja porsinya. Yang tepat sasaran gitu, lho. Kalau kalian hidup dalam ketidakpastian dan disuguhi atraksi absurd tak berkesudahan, maka percaya kepada konsipirasi itu rasanya cukup beralasan. Hehehe”

Cak Narto tersenyum simpul seolah memberikan penghiburan kepada Pardi. Sejurus kemudian saya meraih papan karambol di bawah amben dan segera kami lupakan semua keriuhan dunia maya.

***

Hujan yang tak begitu deras membasahi tanah di emperan warung Yu Marmi malam itu. Angin yang datang bersamanya meniup tirai kumal yang bergantung pada daun jendela, entah sejak kapan. Daun pohon srikaya berterbangan membawa keputusasaan. Kilat di cakrawala seolah mengisyaratkan bahwa hanya harapan yang bisa membuat bertahan. Gelegar guntur yang bersahutan seakan berkata bahwa tak ada yang bisa diharapkan dengan meneriakan kemarahan.

BACA JUGA 5 Hal yang Bisa Diteladani Kaum Muda dari Sosok Jerinx dan tulisan Suwatno lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 26 Oktober 2021 oleh

Tags: balicoronajerinxNetizenNoraPojok Tubir TerminalSID
Suwatno

Suwatno

Penulis adalah bapak (muda) dengan tiga orang anak. Tinggal di Palangka Raya.

ArtikelTerkait

4 Alasan Seseorang Menanyakan Pekerjaan Orang Lain Saat Ngumpul

Arus Pulang Kampung di Tengah Covid-19: Mereka Bukan Pemudik, Mereka Pengungsi

27 Maret 2020

Membayangkan Indonesian Wave Bangkit dan Mendunia seperti Hallyu

21 Juni 2021
Mencermati Logo Baru Ancol yang Katanya Nggak Ancol-ancol Banget Terminal Mojok

Mencermati Logo Baru Ancol yang (Katanya) Nggak Ancol-ancol Banget

25 Juli 2022

Dari Oppa Nassar hingga Slank: Kolaborasi Lain dari McD yang Pantas untuk Dinanti

11 Juni 2021
Netizen Twitter Adalah Antagonis Paling Kejam dan Fakta-fakta Lainnya Kenapa Becandaan di Twitter Nggak Laku Dibawa ke Facebook?

Netizen Twitter: Antagonis Paling Kejam dan Fakta Lainnya

15 Mei 2020
7 Ide Buah Tangan untuk Membesuk Orang Sakit yang Kebal dari Nyinyiran Netizen

7 Ide Buah Tangan untuk Membesuk Orang Sakit yang Kebal dari Nyinyiran Netizen

7 Juni 2023
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

1 Desember 2025
Betapa Merananya Warga Gresik Melihat Truk Kontainer Lalu Lalang Masuk Jalanan Perkotaan

Gresik Utara, Tempat Orang-orang Bermental Baja dan Skill Berkendara di Atas Rata-rata, sebab Tiap Hari Harus Lawan Truk Segede Optimus!

30 November 2025
Pengalaman Transit di Bandara Sultan Hasanuddin: Bandara Elite, AC dan Troli Pelit

Pengalaman Transit di Bandara Sultan Hasanuddin: Bandara Elite, AC dan Troli Pelit

1 Desember 2025
Angka Pengangguran di Karawang Tinggi dan Menjadi ironi Industri (Unsplash) Malang

Ketika Malang Sudah Menghadirkan TransJatim, Karawang Masih Santai-santai Saja, padahal Transum Adalah Hak Warga!

29 November 2025
Lamongan Megilan: Slogan Kabupaten Paling Jelek yang Pernah Saya Dengar, Mending Diubah Aja Mojok.co Semarang

Dari Wingko Babat hingga belikopi, Satu per Satu yang Jadi Milik Lamongan Pada Akhirnya Akan Pindah ke Tangan Semarang

30 November 2025
3 Alasan Saya Lebih Senang Nonton Film di Bioskop Jadul Rajawali Purwokerto daripada Bioskop Modern di Mall Mojok.co

3 Alasan Saya Lebih Senang Nonton Film di Bioskop Jadul Rajawali Purwokerto daripada Bioskop Modern di Mall

5 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.