Kalau ngomongin transportasi umum, kita tidak bisa untuk tidak menyebut transportasi umum di Jepang sebagai kiblat. Negara tersebut mungkin punya “keanehan” dan masalah-masalahnya sendiri, tapi perkara transportasi, negara tersebut bisa menepuk dada. Ya karena saking bagusnya, tentu saja.
Jepang bikin standar transportasi umum jadi tak lagi masuk akal. Ketika negara-negara lain masih menyusun blueprint, negara ini sudah punya inovasi yang jika ditiru negara lain, butuh waktu yang lama serta niat yang amat besar.
Di sisi lain, Indonesia, masih berjibaku dengan urusan-urusan dasar. Meski begitu, ada fakta-fakta mencengangkan yang bikin kalian bisa sedikit optimis, bahkan menyusul Jepang pun tak lagi mimpi yang gila-gila amat.
Tapi, kita bicara dulu tentang transportasi umum Jepang.
Semua demi kenyamanan warga
Transportasi umum di Jepang itu benar-benar melayani warga dengan sepenuh hati, lho. Di Jepang, umumnya orang akan menggunakan transportasi umum bus atau kereta. Soal fasilitas, jangan ditanyalah. Stasiun praktis dan lengkap fasilitas untuk disabilitas. Akses menuju stasiun juga sangat efektif. Kalau terpaksa harus naik sepeda, stasiun juga menyediakan parkir berbayar untuk sepeda dan sepeda motor.
Ada juga diskon atau promo tiket kereta. Selain juuhachi kippu yang diadakan setahun tiga kali untuk naik kereta JR Jepang sepuasnya, ada juga promo/ diskon waktu tertentu. Harga tiket juga masih sangat terjangkau. Malah ada harga khusus untuk anak dan yang berlangganan.
Sistem pembayaran pun mudah dan dipermudah. Ketika naik kereta atau bus pun bisa menggunakan kartu transportasi, seperti Suica, Icoca, maupun Pasmo. Sekarang juga ada yang bisa menggunakan aplikasi alias e-money. Praktis lah. Kalau mau cash, juga masih diterima. Pokoknya, tak ada uang pas pun, bakal ada uang kembalian yang keluar dari mesin kondekturnya. Kalau pakai kartu, tidak perlu ribet karena tinggal nge-tap saja.
Kita tidak bisa untuk tidak menyebut Shinkansen jika ngomongin transportasi umum di Jepang. Meskipun shinkansen hanya ada di kota besar, tapi tetap saja mempermudah perjalanan. Bayangkan saja, jarak dari Kyoto ke Tokyo yang kalau naik bus bisa sampai 8,5 jam dengan biaya 8.000-an yen, bisa dipersingkat menjadi 2 jam 13 menit saja (dengan tarif 13.320 yen). Padahal kalau naik kereta ekspress ya menghabiskan waktu 7,5 jam (15.000 yen) atau kalau naik mobil sekitar 5,5 jam (10.910 yen).
Kereta dan bus Jepang biasanya akan datang sesuai jadwal yang tertera. Tidak datang duluan maupun datang terlambat, selalu tepat waktu. Jadi, selain kursi duduk untuk menunggu bus, biasanya halte bus Jepang dilengkapi dengan kertas jadwal kedatangan busnya. Pada 2018 dulu, tak ada aplikasi untuk jadwal bus dan benar-benar hanya mengandalkan kertas jadwal di halte. Di kota lain pun sama kala itu, entah sekarang bagaimana.
Bus Jepang amat jarang terlambat. Mereka sudah menghitung waktu perjalanan dan kemungkinan macetnya. Kurang keren gimana?
Di Jepang tidak ada jalur khusus bus. Hampir tak ada jalan berlobang sehingga sangat nyaman naik bus, meski berdiri sekalipun. Lagian, penumpang baru boleh berdiri setelah pintu bus terbuka. Sopir juga sabar menanti penumpang lansia naik dan turun bus, bahkan mau turun demi melayani kenyamanan penyandang disabilitas.
Yang bikin melongo lagi, saking mengayomi warganya, trayek yang hanya ada satu penumpang pun tetap dilayani. Penumpang berkebutuhan khusus juga diperlakukan dengan santun. Memang di desa Jepang yang sepi, operasional bus lebih terbatas, tetapi transportasi umumnya setidaknya masih ada dan bisa diandalkan.
Intinya, Jepang sudah memenuhi 13 indikator untuk evaluasi sistem transportasi publik menurut Marie Thynell (2007), pakar transportasi dari University of Gothenburg Swedia. 13 indikator tersebut adalah aksesibilitas, mobilitas, ketersediaan, keterjangkauan, ketepatan, keandalan, keselamatan, keamanan, kesehatan, informasi, menghemat waktu, manfaat ekonomi, dan keterlibatan masyarakat.
Transportasi umum, memang, orientasinya pada kebutuhan warga. Bukan untuk memenuhi hasrat politisi yang hanya ingin terlihat mengayomi warga. Dan untuk perkara ini, sebaiknya, Indonesia perlu belajar dengan tekun.
Baca halaman selanjutnya
Indonesia bisa mengejar Jepang!
Memang, rasanya amat halu jika ada yang bilang, suatu saat nanti, transportasi umum di Indonesia akan seperti Jepang. Tapi, yang nggak disadari, meski masih baby steps, Indonesia mulai menuju ke arah itu. setidaknya, di bidang kereta api.
Ngomongin kereta api, kita kudu menyebut Pak Jonan sebagai orang yang harus kita beri ucapan terima kasih tertinggi. Tanpa Pak Jonan, kenyamanan kereta masa kini bisa jadi nggak akan kita rasakan. Ya mungkin tetep nyaman sih, tapi nggak akan senyaman ini.
Beliau merevolusi kereta api kita, hingga standarnya naik dan jadi andalan banyak orang. Tak ada lagi orang naik di atas gerbong, tak ada lagi kereta yang overload. Tak ada lagi kereta yang kotor. Ketepatan waktu jadi hal yang tak mengagetkan. Sedikit, meski sedikit, arah kereta api Indonesia mulai mirip Jepang.
Tapi, kalau kalian ada yang tak setuju dengan pendapat bahwa kereta api Indonesia sebenarnya B aja, kalian sebaiknya melihat ke Eropa. Atau jika mau bersyukur, lihat Amerika.
Kereta api Indonesia boleh jumawa
Kalau saya bilang, kereta api di Indonesia, lebih tepat waktu ketimbang Belanda dan Amerika Serikat, kalian percaya? Saya harap, harusnya kalian percaya.
Benar, untuk seperti Jepang, kita masih jauh. Tapi setidaknya ketimbang beberapa negara di luar sana, kereta api kita masih amat sangat bagus. Saya dapat informasi ini dari menyelami forum reddit. Banyak yang bilang, meski availability-nya kalah, Indonesia masih superior ketimbang Belanda secara general.
Apalagi dibanding Amerika. Please, do not even try to compare. Amtrak, salah satu penyedia kereta antarkota, kalah jauh ketimbang Indonesia. Udah outdated, lemot lagi. Kalau kalian penasaran kenapa kereta Amerika bisa seburuk itu, coba deh telusuri seberapa besar pengaruh The Big 3 of Detroit di Amerika.
Standar yang kelewat tinggi
Segala keluhan tentang transportasi umum kita, saya rasa, bersumber dari standar kita yang kelewat tinggi. Itu nggak buruk, sangat bagus malah. Kita terlalu sering melihat Jepang hingga kita merasa, ya transportasi umum kita harusnya begini. padahal, Jepang sendiri keknya udah masuk God tier transportasi umum.
Tapi memang itulah yang diperlukan, menurut saya. Standar (kelewat) tinggi bisa bikin kita selalu aware dengan keadaan transportasi umum kita, dan itu akan bikin kualitas transportasi umum kita meningkat.
Menjadi seperti Jepang, memang masih jadi impian yang gila. Tapi, melihat bagaimana kereta api kita makin lama makin baik, rasanya, impian tersebut nggak gila-gila amat.
Penulis: Primasari N Dewi
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Punya Mobil di Jepang Itu Mahal dan Ribet