Sebagai anak muda yang gampang tergoda diskon, desain minimalis, dan janji manis dari nama kedai, saya dulu pernah berpikir bahwa Janji Jiwa adalah kopi kekinian terbaik yang pernah saya cicipi. Rasanya pas, harganya masuk akal, dan hampir tiap sudut kota punya cabangnya. Apalagi waktu pertama kali mereka merilis es kopi susu. Manisnya nendang, kopinya terasa, dan gula arennya tidak pelit. Pokoknya hidup terasa benar waktu tangan ini menggenggam cup bening bertuliskan “Janji Jiwa”.
Saya bahkan sempat percaya, “Udahlah, kopi kekinian yang lain nggak usah dicoba. Ini udah paling juara.” Ternyata seperti kebanyakan perasaan terkait hidup, itu salah.
Berkenalan dengan Kopken, Fore, Point, hingga Belikopi
Suatu hari, saya mencoba Kopi Kenangan karena seorang teman bilang kopinya “lebih dewasa”. Saya skeptis, tapi begitu seruput pertama, saya paham maksudnya. Ada pahit-pahit elegan yang tidak saya temukan di Janji Jiwa. Manisnya juga tidak lebay.
Fore juga bikin saya terpukau. Butterscotch Sea Salt Lette mereka rasanya stabil. Tidak berubah walau saya tinggalkan 20 menit karena ke-distract notifikasi Shopee. Komposisinya tidak gampang pecah walau es mencair. Bahkan Point Coffee yang sering kita remehkan karena “kopinya di Indomaret”, ternyata punya PSL dan Coconut Aren Latte yang tidak main-main.
Lalu ada Belikopi. Harus saya akui, es kopi susu gula aren mereka enak! Harganya boleh hanya 10 ribu, tapi rasa kopinya bold, gula arennya balance, dan paling penting: konsisten. Dari awal sampai akhir, rasanya tetap enak. Tidak ada plot twist di setengah gelas terakhir.
Baca halaman selanjutnya: Janji Jiwa, kenapa rasamu berubah setelah ditinggal sebentar?