Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Jangan Salah, Lawakan Bapak-bapak Itu Butuh Strategi Tinggi!

Ahmad Sulton Ghozali oleh Ahmad Sulton Ghozali
1 Maret 2021
A A
lawakan bapak-bapak mojok

lawakan bapak-bapak mojok

Share on FacebookShare on Twitter

Apa yang lebih bahaya dari bapak-bapak? Iya, lawakan bapak-bapak. Fenomena ini barangkali sudah menjadi virus yang tidak dapat dihindari oleh para pemuda. Gombalan mereka yang aduhai sewaktu menjadi bujang akan berevolusi menjadi lawakan garing nan kering. Barangkali leluhur pencetus genre lawakan ini sendiri tidak lepas dari karmanya karena sewaktu muda memperdaya banyak perempuan dengan sifat humorisnya. Siapa tahu, bukan?

Ada beberapa strategi dari guyonan yang diutarakan oleh mereka yang sekaligus menjadi ciri khasnya. Strategi pertama sekaligus andalannya bapak-bapak adalah plesetan. Mereka sering menggunakan kaidah bahasa yang diplesetkan agar dapat menimbulkan kesan lucu dan kocak. Misalnya saja, “Kereta apa yang imut? Kereta api, karena katanya naik kereta api, cute, cute, cute~”, yang sebenarnya memplesetkan suara kereta api uap dalam lirik lagu anak-anak.

Strategi kedua adalah tipuan logis. Bukan bapak-bapak namanya jika mempermainkan logika seolah ia yang paling bijak sedunia. Bukan hal yang aneh pula bila tongkrongan bapak-bapak di pos ronda serasa turnamen kebijaksanaan melalui adu guyonan. Misalnya saja, “Soto kalau dibalik menjadi apa?” Ketika para penjawab sudah berusaha membalik urutan baca ejaannya, si bapak malah menjawab, “Ya tumpah, dong” sembari tertawa mendesis dan perutnya kembang kempis. Wajar pula jika geregetan dan gemes dapat timbul sebagai efek samping dari menikmati lawakan bapak-bapak. Apalagi setelah berpikir keras memikirkan jawabannya yang ternyata semudah membalik celana dalam.

Strategi ketiga adalah standar lucunya sengaja menyamar dengan berada di bawah standar. Seringkali beberapa kritikus lawakan (entah munculnya dari mana) menggeneralisir lawakan yang di bawah rata-rata kelucuannya dianggap sebagai lawakan bapak-bapak. Di sinilah ketidaksetujuan saya sebagai salah satu penggemar beratnya. Mengapa demikian? Saya memang tidak bekerja dalam ranah industri hiburan lawak, namun sila dipertimbangkan jika ternyata argumen ini cukup kuat.

Suka tidak suka, taraf lucu dari lawakan bapak-bapak tidak hanya bergantung dari teknik dan penyajiannya semata. Meskipun garing atau terlalu sederhana, guyonan tersebut membuat kita terpingkal karena garingnya itu sendiri. Lawakan yang terlalu sederhana ini berbanding terbalik dengan stereotip bapak-bapak itu sendiri sebagai lelaki dewasa yang penuh kebijaksanaan. Kita juga dapat melihat pada sosok bapak lainnya yang keras, sudah punya menelan pahit manisnya hidup, dan bahkan menjadi tokoh yang dianut oleh anak laki-lakinya ketika sudah berkeluarga atau diidamkan anak perempuan untuk suaminya nanti.

Tentunya setelah mendengar lawakan garing dari bapak-bapak yang dianggap sedemikian dewasanya, bukankah hal pertama yang ditangkap adalah kejutan yang lebih hebat dari standar kejutan dalam humor pada umumnya? Itulah sebabnya lawakan bapak-bapak sebenarnya mampu menimbulkan daya ledak tawa yang lebih hebat dari lawakan jenis lainnya.

Ini pula pada akhirnya mengantarkan kepada strategi terakhir dari lawakan bapak-bapak. Ya itu dilakukan oleh pelakunya sendiri. Kok, masih nanya? Memang, tidak mesti bapak-bapak yang bisa membuat lawakan sedemikian rupa. Ibu-ibu juga boleh, mas-mas juga boleh, mbak-mbak juga boleh, adik-adik juga boleh. Guyonan mereka kurang lebih dapat diterima semua umat, asal tidak menyinggung SARA.

Akan tetapi, lawakan bapak-bapak memang sudah melekat kepada kelompok bapak-bapak itu sendiri. Entah dicetuskan dari status pengguna Facebook yang rata-rata memang sudah bapak-bapak maupun sudah membudaya di masyarakat sejak sebelum media sosial ada. Meskipun terlihat konyol dan garing, lawakan bapak-bapak pun butuh rancangan dengan tingkat kematangan yang tinggi, seperti strategi di atas.

Baca Juga:

Adegan Tutup Mata di Sinetron: Romantis Kagak, Cringe Iya

Kok Bisa Ada Warga Jogja Bangga sama Spot Foto ala Squid Game? Ra Isin?

Barangkali, lawakan bapak-bapak di masa depan akan berevolusi sebagai bagian dari kebudayaan yang dinamis. Namun, lawakan ini sendiri akan terus bertahan melintasi zaman, Mengapa? Ya selama ada bapak-bapak itu sendiri, lawakan ini tak akan mati.

BACA JUGA Pokoknya Belum Kaffah Kalau Belum Ada Link-nya dan tulisan Ahmad Sulton Ghozali lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 1 Maret 2021 oleh

Tags: cringelawakan bapak-bapak
Ahmad Sulton Ghozali

Ahmad Sulton Ghozali

Lahir di Trenggalek, sedang singgah di Depok. Sedang belajar pula perihal bahasa dan sastra Indonesia. Kunjungi hasil tulisannya yang lain di bit.ly/angindanraga.

ArtikelTerkait

Kok Bisa Ada Warga Jogja Bangga sama Spot Foto ala Squid Game? Ra Isin?

Kok Bisa Ada Warga Jogja Bangga sama Spot Foto ala Squid Game? Ra Isin?

30 Oktober 2021
5 Postingan Orang Baru Menikah di Status WhatsApp: Cringe dan Langsung Saya Bisukan terminal mojok.co

5 Postingan Orang Baru Menikah di Status WhatsApp: Cringe dan Langsung Saya Bisukan

14 Maret 2021
Katanya Konten TikTok Itu Banyak yang Cringe: Masak, sih? terminal mojok.co

Katanya Konten TikTok Itu Banyak yang Cringe: Masak, sih?

11 Juli 2021
Adegan Tutup Mata di Sinetron: Romantis Kagak, Cringe Iya

Adegan Tutup Mata di Sinetron: Romantis Kagak, Cringe Iya

12 Juli 2022
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Brakseng, Wisata Hidden Gem di Kota Batu yang Menawarkan Ketenangan

Brakseng, Wisata Hidden Gem di Kota Batu yang Menawarkan Ketenangan

2 Desember 2025
Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang (Unsplash)

Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang dengan Pesona yang Membuat Saya Betah

4 Desember 2025
Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

1 Desember 2025
Video Tukang Parkir Geledah Dasbor Motor di Parkiran Matos Malang Adalah Contoh Terbaik Betapa Problematik Profesi Ini parkir kampus tukang parkir resmi mawar preman pensiun tukang parkir kafe di malang surabaya, tukang parkir liar lahan parkir

Rebutan Lahan Parkir Itu Sama Tuanya dengan Umur Peradaban, dan Mungkin Akan Tetap Ada Hingga Kiamat

2 Desember 2025
Madiun, Kota Kecil yang Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya Mojok.co

Madiun, Kota Kecil yang Sudah Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya

2 Desember 2025
Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

4 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.