Di berbagai perguruan tinggi, Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) atau yang dulu dikenal Ospek tengah berlangsung. Bagaimana adik-adik mahasiswa baru (maba), sudah melihat aksi kating-kating UKM belum? Kalau di Universitas Indonesia (UI), aksi kating UKM Mapala menjadi yang paling heboh karena melakukan akrobat ekstrim seperti meluncur dari langit-langit gedung Balairung pakai tali.
Aksi tersebut kerap mendatangkan protes dari UKM-UKM lain karena berbahaya dan terlalu ekstrem. Akan tetapi, entah mengapa, aksi tersebut selalu saja berhasil memikat hati beberapa maba. Mungkin, sekarang ini memang banyak anak SMA memang punya ketertarikan dengan kegiatan alam ya. Kehadiran para pemengaruh kegiatan alam seperti Fiersa Besari atau Dzawin Nur tidak bisa dimungkiri begitu berdampak pada minat terhadap UKM Mapala.
Akan tetapi, tunggu dulu, kalau gabung Mapala karena ingin berkegiatan alam atau naik gunung saja, kalian sebenarnya merugi. Kalau cuma mau berkegiatan alam, kalian bisa ikutan open trip pendakian. Dari awal sampai akhir tinggal jadi passenger princess. Dokumentasi pun terjamin, pulang-pulang tinggal posting di Instagram.
UKM Mapala lebih dari naik gunung. Banyak hal lain yang bisa kalian petik dengan bergabung dengan UKM yang satu ini.
#1 Bisa berkumpul dengan orang yang sefrekuensi
Kembali ke hakikatnya, UKM Mapala adalah organisasi kampus. Sebuah wadah berkumpul bagi mahasiswa dengan minat yang sama. Memutuskan masuk Mapala, berarti kamu akan bertemu orang-orang yang punya frekuensi selaras dengan organisasi itu sendiri.
Bukan berarti semua anak Mapala itu sama persis ya. Justru di Mapala ada segala jenis manusia. Nggak cuma satu tipe berupa anak begajulan seperti yang selama ini jadi stereotip pecinta alam. Kalau di Mapala UI, organisasi yang saya ikuti, kamu bisa temukan peraih IPK tertinggi sekampus sampai anak begajulan itu di sekretariat kami.
Hanya saja, kami bisa menembus segala perbedaan itu dan berkomunikasi dalam satu frekuensi. Tidak selalu saling setuju tapi tahu tujuan kami sama. Ikatan seperti ini bisa bertahan hingga tua nanti. Sehingga masuk Mapala manfaatnya bukan cuma mendapat teman jalan bareng, tapi juga teman seumur hidup.
Belum lagi kalau berkenalan dengan para alumni. Banyak yang sudah jadi profesional dan pucuk pimpinan dalam bidangnya. Berada dalam satu organisasi dengan mereka bikin kamu bisa kecipratan ilmu dan bahkan memuluskan awal karir kamu nantinya.
#2 Belajar banyak hal di UKM Mapala
“Setelah dilantik, kalian tinggal pilih, mau wasting time atau spending time di Mapala UI,” ujar seorang mentor menjelang pelantikan saya menjadi anggota Mapala tertua se-Indonesia ini.
Wejangan itu betul banget. Sebenarnya, stereotip seputar anak Mapala itu muncul karena segelintir mahasiswa yang hanya ingin buang-buang waktu saja di Mapala. Sementara, anak Mapala yang spending time alias membelanjakan waktu dengan baik, pasti akan banyak belajar dan mengembangkan diri melalui organisasi ini.
Kalau masuk Mapala, kamu bakal merasakan punya jadwal materi di Mapala hampir sepadat jadwal kuliah. Terutama selama masa pendidikan calon anggota. Bukan cuma belajar keterampilan teknis kayak cara mendirikan tenda. Kalian juga diajarkan menghitung asupan kalori, cara menakar resiko, dan banyak lainnya yang butuh kerja otak.
Selain otak, tentu anak Mapala juga perlu melatih otot. Latihannya pun nggak asal, mesti pakai ilmu juga. Jadi kalau masuk Mapala, bisa-bisa kamu bakal menjadi expert dalam kesehatan jasmani sampai analisis risiko. Padahal itu bukan jurusan kuliahmu. Karena kamu memperdalam itu memang bukan di kelas, melainkan saat bergiat di Mapala.
#3 Berproses menjadi dewasa
Nggak hanya melatih otak dan otot, kalau masuk UKM Mapala kamu juga bakal mengalami proses pendewasaan. Segala kegiatan di Mapala itu bener-bener melatih mental. Ini bukan latihan mental dibentak-bentak ala ospek ketinggalan jaman itu ya.
Latihan mental di Mapala cukup dengan melakukan ekspedisi gila di tengah segala keterbatasan yang ada. Bayangin aja, mahasiswa kere kok bisa-bisanya punya mimpi ke Carstensz segala? Tiket PP Jakarta-Timika aja udah lebih mahal daripada uang kuliah satu semester lho.
Tapi beberapa anak Mapala bisa mewujudkan mimpi-mimpi sejenis itu di masa studinya. Soalnya mereka sudah dilatih untuk menjadi orang yang banyak akal dan nggak mudah menyerah.
Dengan masuk Mapala, kamu juga akan berlatih mandiri. Banyak dari teman-teman saya, baik laki maupun perempuan, yang jadi bisa masak karena Mapala. Ya, soalnya kegiatan di Mapala memang menuntut kemandirian itu. Serta banyak karakter lainnya yang nggak bisa disebut semua di sini.
#4 Masuk Mapala untuk berbuah atau berhasil
Kalau kita ngomongin hakikat lagi nih, dan kita tarik lebih jauh ke intisarinya, yaitu makna kata “Mapala”. Maka kita jadi tau apa sebetulnya motivasi paling ultimate untuk bergabung dengan organisasi ini.
Tak seperti yang lazim diketahui, Mapala bukan sekadar akronim “Mahasiswa Pecinta Alam”. Dalam bahasa sansekerta, Mapala artinya “berbuah” atau “berhasil”.
Jadi sebetulnya semangat yang dibawa oleh organisasi ini adalah agar para anggotanya menjadi manusia yang berhasil atau menghasilkan sesuatu. Manusia yang berkarya, bisa kita simpulkan begitu.
Agar menghasilkan sesuatu yang baik, maka mesti ada proses menyerap banyak hal baik terlebih dahulu. Itulah esensi keberadaan Mapala. Tempat para anggotanya belajar pengetahuan dan kebaikan agar di kemudian hari dapat menjadi manusia yang berbuah baik.
Jadi, apakah sekarang motivasi kamu untuk masuk Mapala masih karena mau naik gunung aja. Atau sudah bertambah, yaitu juga karena kamu kepingin jadi orang yang berhasil?
Penulis : Karina Lody
Editor : Kenia Intan
BACA JUGA 3 Dosa yang Dilakukan Mahasiswa Baru Saat Ospek Kampus.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















