Jangan Berhenti di Situbondo, Jalan Tol Probowangi Harus Beneran Lanjut Sampai Banyuwangi!

Jangan Berhenti di Situbondo, Jalan Tol Probowangi Harus Beneran Lanjut Sampai Banyuwangi!

Jangan Berhenti di Situbondo, Jalan Tol Probowangi Harus Beneran Lanjut Sampai Banyuwangi! (Unsplash.com)

Di Situbondo, belakangan cukup ramai pembahasan soal jalan Tol Probowangi (Probolinggo-Banyuwangi). Kabarnya ada anggota DPR RI yang menolak rencana pembangunan tol dari Probolinggo sampai Banyuwangi tersebut. Alasannya takut pertumbuhan dan perkembangan UMKM di Situbondo terkena dampaknya, sehingga beliau meminta pembangunan jalan tol cukup sampai di Kecamatan Suboh, salah satu area di Situbondo bagian barat.

Sebagai warga ori Situbondo, saya cuma mau urun ricuh saja biar makin ramai yang membahas jalan Tol Probowangi ini. Tapi kali ini saya nggak bakalan berpihak pada warga Situbondo yang koar-koar takut UMKM di sini jadi nggak berkembang. Soalnya selama ini perkembangan UMKM di sini ya gitu-gitu saja.

Para pelaku UMKM Situbondo baru banyak yang menggunakan QRIS tahun 2023 kemarin. Padahal sistem pembayaran digital ini kan sudah efektif sejak 2020 lalu. Saya anggap ini adalah sebuah keterlambatan. Iya, 3 tahun, Situbondo memang seterlambat itu. Tambah lagi ada informasi kalau kepengurusan UMKM di Situbondo baru terbentuk agar lebih terarah dan ada yang membina mereka. Itu pun berita tahun lalu. Berarti selama ini memang nggak terarah dan kurang dibina, dong?

Jadi, dari sini mohon maaf banget kalau saya menyimpulkan, Situbondo memang sudah dari dulu tertinggal dalam banyak hal. Ibarat mau berangkat perang, daerah saya ini sudah ketinggalan kereta duluan. Padahal sudah tahu ketertinggalan ini gara-gara ulah sendiri, eh, yang disalahin malah “kereta” yang sudah berangkat.

Pantas cuma dilewatin, di Situbondo memang nggak ada apa-apa

Dulu, saya pernah menulis di Terminal Mojok kalau di Situbondo memang nggak ada apa-apa. Pantainya itu-itu saja, tempat wisatanya biasa saja bagi saya, bahkan di sini nggak ada bioskop dan toko buku bacaan.

Kemarin ada wisata kebun binatang, tapi hewannya cuma kambing yang badannya dicat dengan warna macan tutul, zebra, jerapah, dan beberapa binatang ikonik lainnya. Aneh, tapi kemarin beneran ada di Situbondo.

Nah, dengan “kekosongan” Situbondo ini, wajar banget kalau pemerintah pusat hanya akan menjadikan kota kecil ini sebagai “keset” dari jalan Tol Probowangi.

Baca halaman selanjutnya: Padahal kalau ada jalan tol…

Padahal kalau ada jalan Tol Probowangi, manfaatnya justru besar bagi Situbondo

Pertama, terjadi percepatan transportasi Jawa-Bali yang tentu bakal membuat perputaran perekonomian nasional lebih gacor. Kedua, Situbondo nggak pernah memberi nilai tambah signifikan untuk negara, entah dalam perekonomian, budaya, wisata, dan sejenisnya. Eh, tapi ini mohon dikoreksi, kalau salah silakan kalian balas tulisan saya.

Ha, poin kedua kok malah jadi manfaat??? Iya, biar sadar diri kalau Situbondo sudah kalah dari tetangga dan ketinggalan jauh. Memangnya apa yang bisa ditawarkan dari kota kecil ini? Sejarah karena jadi ujung timur proyek jalan raya Anyer-Panarukan? Pantai yang nggak ada ombaknya? Ketiadaan universitas negeri? Atau apa nih yang bisa ditawarkan?

Kalau katanya dunia itu keras, dengan Situbondo yang begini, jangan marah kalau tergilas.

Kekhawatiran tak berdasar

Saya menemukan satu komentar di media sosial yang cukup apik buat menjelaskan kalau pembangunan jalan tol itu nggak kontra-produktif dengan perkembangan di suatu daerah. Dia memberi contoh pembangunan jalan Tol Semarang-Solo. Sampai saat ini tolnya sudah beroperasi, tapi ternyata kekhawatiran daerah yang dilewati tol bisa nggak berkembang sama sekali tidak terjadi.

Pasarnya selalu ada, soalnya segmen pasar dari pengguna jalan tol dan non-tol itu saja sudah berbeda. Kalau yang pakai tol tujuannya memang ke Banyuwangi mau nyeberang ke Bali misalnya, ya ngapain mampir Situbondo. Jadi, nanti bakal terbagi secara otomatis.

Waktunya Situbondo Mentas di tengah ramai-ramai soal jalan Tol Probowangi

Sebenarnya soal proyek jalan Tol Probowangi, ini jadi momen pas buat Situbondo mentas, menunjukkan diri—yang maaf, saya sendiri nggak tahu harus menunjukkan bagian apanya dari kota ini. Soalnya dengan adanya ramai-ramai begini, nama Situbondo sudah mulai terangkat. Sebelumnya ya memang sudah terangkat, tapi beritanya suram kayak berita begal payudara, video asusila, dll.

Nah, dengan ramainya pemberitaan soal jalan Tol Probowangi, inilah saatnya Situbondo mengenalkan diri. Menunjukkan gigi manis sajalah, soalnya kalau taring sudah pasti nggak punya. Ini juga waktu yang pas untuk menunjukkan apa yang bisa diperbuat kota tak dianggap ini. Misalnya dengan beneran menggarap UMKM sampai ekspor, memberi dampak perekonomian signifikan dari potensi kelautan, atau mungkin minimal menggali asal-usul yang benar-benar pasti dari Situbondo karena selama ini masih punya banyak versi.

Ini sama sekali bukan tanggung jawab warga Situbondo buat ngembangin kotanya. Kan sudah ada pemerintah yang punya kewajiban secara total berusaha menyejahterakan warganya. Sudah ada pihak penyelenggara yang harus mendukung kita-kita warga biasa.

Tapi, ya sekarang ini waktunya, mau dibiarin ramai tanpa diapa-apain, atau beneran direspons biar kotanya bisa sedikit lebih baik. Bebas sih caranya mau gimana. Mau mendukung mati-matian usaha yang ada di sini, beneran mau memaksimalkan potensi terbaik Situbondo, atau sekadar menjadikan program kampanye karena setelah ini ada pemilihan pemimpin baru. Boleh-boleh saja. Saya sih terserah.

Saya hanya berharap semoga warga biasa kayak saya ini bisa terus berbahagia. Kalau saya pribadi sih mendukung saja jalan Tol Probowangi tembus sampai Banyuwangi. Jangan berhenti hanya di Situbondo. Sayang, dong. Sekian, urun ricuh saya~

Penulis: Firdaus Al Faqi
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Situbondo, Tempat Tinggal Terbaik dan Kota Sederhana yang Saking Sederhananya, Nggak Ada Apa-apa di Sini.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version