Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kampus Pendidikan

Ironi Perpustakaan Sekolah, (Katanya) Gudang Ilmu tapi Nyaris Tak Tersentuh

Erma Kumala Dewi oleh Erma Kumala Dewi
15 September 2022
A A
Ironi Perpustakaan Sekolah, (Katanya) Gudang Ilmu tapi Nyaris Tak Tersentuh Terminal Mojok jurusan ilmu perpustakaan

Ironi Perpustakaan Sekolah, (Katanya) Gudang Ilmu tapi Nyaris Tak Tersentuh (Unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Selama ini perpustakaan dianggap sebagai gudang ilmu pengetahuan, dan buku adalah jendela dunia. Di masa lalu kita bisa menilai kemajuan suatu peradaban berdasarkan tingkat literasi dan seberapa banyak koleksi manuskrip di perpustakaannya. Perpustakaan memegang peranan penting untuk menjadi media penutur ilmu pengetahuan dari generasi ke generasi.

Islam bahkan pernah meraih masa kejayaan pada abad ke-8 berkat tingginya tingkat literasi dan kemajuan ilmu pengetahuannya. Hingga abad ke-13 bangsa Mongol menyerang Baghdad dan melakukan pembantaian besar-besaran serta membumihanguskan perpustakaan, semenjak itu peradaban Islam mulai meredup. Dari kasus tersebut kita bisa memahami betapa pentingnya peran literasi dan perpustakaan dalam memastikan kemajuan suatu peradaban.

Oleh karena itulah perpustakaan menjadi bagian tak terpisahkan dari setiap institusi pendidikan, termasuk sekolah-sekolah di Indonesia. Sayangnya, saya masih menjumpai perpustakaan sekolah sebagai sarana pelengkap yang asal ada. Setidaknya hal ini terjadi di sekolah negeri, entah di sekolah swasta. Atau kalaupun dikunjungi, biasanya perpustakaan sekolah hanya jadi tempat membolos siswa.

Saya tahu ada siswa yang benar-benar ke perpustakaan untuk membaca dan meminjam buku, tapi jumlahnya tetap minoritas, kan? Apalagi di era internet yang apa-apa bisa ditanyain ke Mbah Google, urgensi baca buku tentu semakin turun. Saya sepakat kalau browsing lebih cepat memberikan jawaban daripada buku, tapi tetap ada hal-hal yang nggak bisa digantikan dari membaca buku.

Biasanya ruang perpustakaan sekolah ada di pojok atau area belakang yang jarang dilewati siswa. Bisa dibilang perpustakaan menjadi tempat yang paling jarang tersentuh di seantero sekolah. Bahkan kamar mandi masih lebih sering dikunjungi siswa daripada perpustakaan. Saking sepinya, perpustakaan sekolah hampir nggak pernah absen dari daftar tempat angker dalam kisah-kisah horor.

Rendahnya minat baca siswa nggak bisa sepenuhnya menjadi kambing hitam dalam masalah ini. Sebab, nggak semua anak tumbuh dalam keluarga yang menanamkan budaya literasi sejak dini. Bisa saja kedua orang tuanya sibuk bekerja sehingga nggak ada yang mengenalkan budaya membaca ini ke anak-anaknya. Dalam hal ini, saya rasa sekolah punya tugas untuk mengenalkan budaya literasi pada siswanya di samping kewajiban mengajar di dalam kelas.

Masalahnya, nggak semua sekolah mau serius mengurus perpustakaan sekolah, apalagi merasa perlu mengevaluasi jumlah kunjungan siswa ke perpustakaan. Karena sebagian besar sekolah masih menganggap perpustakaan sebagai prasyarat saja. Malah terkadang perpustakaan baru diurus dan dibenahi tata letak maupun administrasinya menjelang penilaian akreditasi saja. Mendadak para siswa digiring ke perpustakaan biar suasananya kelihatan semarak di mata tim penilai. Duh, mirip setting-an reality show aja.

Parahnya lagi, di daerah pelosok dan pulau-pulau terluar negeri ini, masalah perpustakaan sekolah nggak cuma kurangnya kunjungan siswa. Ruangan untuk perpustakaan saja seringnya nggak tersedia, mengingat bangunan sekolah di daerah pelosok dan pulau terluar negeri ini masih sekadarnya. Bahkan pemakaian kelas saja masih sering bergantian. Koleksi buku untuk disusun di rak pun nggak ada. Padahal anak-anak di sana punya minat baca yang cukup tinggi, setidaknya lebih tinggi dari anak-anak sebayanya yang saya temui di Pulau Jawa. Sayangnya, anak-anak di pelosok masih kekurangan bahan bacaan dan media untuk belajar, jadi minat baca itu nggak bisa tersalurkan.

Baca Juga:

Menjamurnya Bimbel Bukan karena Pendidikan Kita Ampas, tapi karena Mengajar di Bimbel Memang Lebih Mudah

Kantin Sekolah Adalah Penyelamat Guru yang Gajinya Rata dengan Tanah

Kembali ke pusat keramaian, nggak jarang perpustakaan sekolah hanya berakhir sebagai gudang penyimpanan buku-buku paket dari pemerintah. Kalaupun ada buku jenis lain, jumlahnya sedikit. Nggak heran kalau siswa malas datang ke perpustakaan. Yang lebih parah lagi kalau perpustakaannya lebih sering dikunci—biasanya di SD—dan cuma dibuka pas mau dibersihin. Alasannya karena takut anak-anak yang masih kecil merusak koleksi buku, entah diberantakin, kena kotor, atau sobek. Alasan macam apa ini? Kalau sudah begini, bukankah sekolah yang menjauhkan anak-anak sejak kecil dari buku-buku sehingga mereka tumbuh sebagai anak yang dicap tingkat literasinya rendah?

Padahal membaca buku untuk anak-anak usia TK dan SD terbukti bisa merangsang imajinasi dan rasa ingin tahu mereka. Sekalipun yang mereka baca cuma cerita bergambar bukan ensiklopedia, setidaknya masih ada hikmah yang bisa dipetik dari suatu cerita untuk diaplikasikan ke kehidupan sehari-hari mereka.

Saya yakin kalau ada petugas yang mengarahkan baik-baik cara membaca buku perpustakaan yang benar, anak-anak akan patuh, mengingat bocil paling gampang didikte. Penting juga untuk membuat dekorasi perpustakaan sekolah yang ceria dan menarik sesuai umur anak-anak. Kalau bisa jangan monoton diisi rak buku yang kesannya seram dan kuno.

Sementara itu di sekolah menengah, biasanya perpustakaan sudah terurus dengan lebih baik. Ruangannya nyaman, ber-AC, dan jarang dikunci ketimbang perpustakaan anak-anak. Koleksi bukunya juga lebih beragam. Biasanya ada satu orang petugas yang dipekerjakan khusus di perpustakaan, atau mungkin guru-guru piket secara bergantian.

Saya punya cerita membekas soal penjaga perpustakaan di sekolah saya dulu. Saat itu, penjaga perpustakaan di sekolah saya terkenal judes meskipun masih muda. Para siswa jadi malas buat berkunjung ke sana. Nah, soal keramahan petugas perpustakaan ini mungkin bisa diperhatikan oleh kepala sekolah biar nggak nakut-nakutin siswa yang mau belajar terliterasi. Lebih baik lagi kalau pustakawannya enak diajak ngobrol dan bisa ngasih rekomendasi buku yang bagus buat dibaca kalau ada siswa yang bertanya. Atau bisa juga bikin daftar book of the month yang dipajang biar para siswa bisa update buku bacaan yang sedang populer.

Lebih menarik lagi kalau perpustakaan nggak sekadar jadi tempat baca dan pinjam buku. Mungkin di luar jam belajar, sekolah bisa mengadakan forum diskusi bedah buku atau bedah film yang sedang populer dan sekiranya memuat pesan moral yang positif untuk siswa. Saya rasa kegiatan seperti ini cukup baik untuk mengasah mental kritis pada siswa biar nggak jadi mahasiswa pemalu pas kuliah.

Kalau sekolah mau serius memberikan fasilitas dan membangun iklim literasi yang nyaman bagi siswanya, saya sangat yakin perlahan tapi pasti para siswa mau menyemarakkan perpustakaan tanpa disuruh. Bukan nggak mungkin jika tingkat literasi siswa akan meningkat dan ke depannya stigma anak muda malas membaca akan musnah seiring berjalannya waktu.

Penulis: Erma Kumala Dewi
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Begini Rasanya Menjaga Perpustakaan Sekolah sampai Tengah Malam.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 15 September 2022 oleh

Tags: Baca Bukuilmu pengetahuanLiterasiPerpustakaanSekolahSiswa
Erma Kumala Dewi

Erma Kumala Dewi

Penggemar berat film kartun walaupun sudah berumur. Suka kulineran dan kekunoan.

ArtikelTerkait

Warga Kendal Sudah Sepatutnya Bersyukur Punya Perpustakaan Daerah dengan Fasilitas Bagus dan Nyaman

Warga Kendal Sudah Sepatutnya Bersyukur Punya Perpustakaan Daerah dengan Fasilitas Bagus dan Nyaman

8 September 2024
Saya Akui, Saya Masuk Jurusan IPS demi Terlihat Edgy terminal mojok.co

Akademi Shinobi, SMA Karasuno, dan UA: Sekolah Mana yang Cocok buat Anak Anda?

23 November 2020
ipusnas aplikasi baca buku gratis legal ebook reader cara pakai mojok

iPusnas Adalah Aplikasi Andalan untuk Membaca E-Book Legal

11 Mei 2020
Bertahun-tahun Merantau di Kediri Bikin Saya Sadar, Nggak Semua Orang Cocok Hidup di Daerah Ini Mojok.co surabaya

Kediri yang Lupa Ingatan: Tingkat Kegemaran Membaca Rendah, padahal Sejarah Kediri Erat dengan Literasi

23 September 2024
bullying perundungan sekolah mojok

Bullying Masih Subur karena Sekolah Lebih Fokus Ngurusin Rambut dan Kaos Kaki

8 Oktober 2022
Suka Duka Asisten Guru SD Swasta, Berharga walau Dipandang Sebelah Mata

Suka Duka Menjadi Asisten Guru SD Swasta

8 Mei 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Feeder Batik Solo Trans, Angkutan yang Bikin Iri Orang Magelang Mojok.co

Feeder Batik Solo Trans, Angkutan yang Bikin Iri Orang Magelang

2 Desember 2025
Pengalaman Transit di Bandara Sultan Hasanuddin: Bandara Elite, AC dan Troli Pelit

Pengalaman Transit di Bandara Sultan Hasanuddin: Bandara Elite, AC dan Troli Pelit

1 Desember 2025
Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

2 Desember 2025
Pengajar Curhat Oversharing ke Murid Itu Bikin Muak (Unsplash)

Tolong, Jadi Pengajar Jangan Curhat Oversharing ke Murid atau Mahasiswa, Kami Cuma Mau Belajar

30 November 2025
4 Hal yang Membuat Orang Solo seperti Saya Kaget ketika Mampir ke Semarang Mojok.co

4 Hal yang Membuat Orang Solo seperti Saya Kaget ketika Mampir ke Semarang

3 Desember 2025
Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

1 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.