Saya sudah menggunakan kartu pascabayar Indosat selama 7 tahun. Saya semacam terjebak taktik upselling ketika pertama kali memutuskan menggunakan nomor ini. Pada waktu itu, saya membeli ponsel. Di saat bersamaan saya mendapat kartu pascabayar Indosat.
Ya sudah, saya bawa pulang ponsel dan nomor baru itu. Kebetulan, nomor WhatsApp yang diregistrasikan sebelumnya sudah tidak aktif. Saya pikir nggak ada salahnya mencoba berganti ke nomor baru, ke nomor pascabayar. Hitung-hitung bisa menambah pengalaman baru.
Tidak terasa, tahun demi tahun berlalu setelah saya terjebak taktik upselling itu. Sampai hari ini saya masih menggunakan kartu yang sama. Jujur saja, sebenarnya tidak ada yang benar-benar spesial dari Indosat pascabayar. Selama ini saya hanya malas mengganti nomor registrasi WhatsApp.
Akan tetapi, setelah dipikir-pikir lagi, sepertinya bukan hanya karena malas ganti nomor registrasi WA. Secara nggak langsung saya sudah terbiasa dan menikmati sistem pascabayar. Walau banyak ruginya, ada beberapa keunggulan dari pascabayar Indosat. Bukan layanan yang besar atau spesial, tapi lama-lama saya nyaman juga.
Indosat pascabayar ada kuota abonemen tiap bulan
Internet sudah jadi kebutuhan primer di era sekarang ini. Mungkin itu mengapa banyak orang sudah mengalokasikan uangnya untuk membeli kuota internet. Sekalipun di rumah atau di kantor sudah ada WiFi, orang-orang tetap membeli kuota internet. Rasanya ada yang kurang kalau bepergian tanpa koneksi internet.
Nah, di sinilah keuntungan kartu pascabayar Indosat. Setidaknya saya punya kuota abonemen sebesar 1 GB per bulannya. Kuota abonemen adalah kuota atau paket data yang didapat dari skema berlangganan. Jumlahnya tidak besar memang, tapi lumayanlah untuk pegangan ketika ke luar rumah.
Memang sih tagihan Indosat pascabayar saya bisa tembus Rp100 ribu per bulan. Tapi, setidaknya, saya nggak harus siap sedia kuota per bulan. Setidaknya ada rasa tenang dulu kalau mau pergi dari rumah.
Beli dulu, bayar belakangan
Ini bukan keuntungan. Ini memang tugas utama dari kartu pascabayar. Tapi, saya anggap keuntungan karena saya jadi nggak pernah kebingungan kalau habis kuota. Berbeda dengan kebanyakan teman saya yang pakai kartu prabayar. Biasanya, mereka kalau kehabisan kuota seminimal-minimalnya minta hotspot karena mereka beli via aplikasi yang butuh koneksi internet. Lebih jauh lagi, ada yang minta belikan via dompet digital.
Sementara saya, kalau kehabisan kuota, tinggal beli dengan cara klasik. Lewat kode USSD. Nggak perlu koneksi internet. Tinggal masukkan kodenya saja lewat aplikasi telepon. Nggak perlu pusing juga bayarnya gimana. Yang penting ada kuota dulu deh. Nanti ketika kuotanya sudah ada, baru mikir yang lain-lain.
Akan tetapi, sistem pasca bayar juga punya sisi menyebalkan, yakni perpanjangan otomatis. Sering kali terjadi, saya lupa kapan terakhir kali beli kuota. Eh, tau-tau kuota sudah diperpanjang dan nominal tertentu sudah masuk tagihan. Padahal, kita belum butuh-butuh amat sama kuotanya. Kalau sudah begitu, nggak bisa apa-apa lagi.
Jatuh tempo pembayaran lama
Saat ini, sistem langganan apapun itu terasa begitu saklek. Sebab, tanggal jatuh tempo langganan disamakan dengan tanggal pembayaran bulan sebelumnya. Apabila terlambat, fasilitas langsung diputus dan membayar denda di bulan depannya. Untuk orang pelupa dan lalai seperti saya, sistem langganan seperti ini jelas merepotkan.
Untung saja, Indosat pascabayar tidak demikian. Rentang pembayaran jatuh tempo tergolong lama. Kalau nomor Indosat pascabayar saya, sekitar tanggal 9-12 tiap bulannya. Seingat saya, nggak pernah lebih cepat dari tanggal 6. Saya sih nggak tahu apa yang akan terjadi kalau nggak bayar sampai terlewat dari tanggal jatuh tempo. Selain lama, saya juga takut kartunya mati dan jadi nggak aktif.
Intinya, Indosat Pascabayar tidak spesial
Setelah berusaha keras mengingat-ingat pengalaman selama 7 tahun, sepertinya memang hanya itu alasan saya bertahan. Alasan terkuat tetap pada malas berganti nomor Whatsapp. Selebihnya, keuntungan-keuntungan yang ditawarkan hampir nggak pernah saya pakai. Misalnya, poin bulanan yang ditukarkan voucher belanja. Saya nggak pernah memanfaatkannya karena belum butuh.
Hal-hal yang lebih fundamental menurut saya nggak begitu memuaskan. Misalnya, pilihan kuota yang dari dulu itu-itu saja. Harganya juga segitu-segitu saja. Banyak kartu lain yang lebih murah pilihan kuotanya. Saya pernah mencoba beli kartu voucher kuota yang digosok nomor serinya, eh malah nggak bisa diregistrasi. Katanya, itu khusus kartu prabayar.
Soal kecepatan internet sih nggak pernah ada masalah bagi saya karena saya tinggal di kota besar. Kualitas sinyal juga saya kira biasa-biasa saja. Kuat di area yang memang sewajarnya kuat, dan lemah di area yang kita semua kira akan lemah.
Perlu diingat, ini kartu dan nomor yang saya gunakan. Kartu yang sudah tergolong tua. Mungkin pengalaman tiap orang bisa berbeda. Banyak faktor yang bermain. Dan, meski nggak terlalu nguntungin, saya kira umur 7 tahun sudah cukup panjang. Dan dari sana, saya bisa mengambil kesimpulan bahwa saya lumayan termakan penawaran Indosat. Atau kadang memang saya cuma malas ganti nomor.
Penulis: Muhammad Fariz Akbar
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Sisi Mengecewakan Kartu Tri yang Selama Ini Terkenal Dermawan ke Penggunanya
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.


















