ADVERTISEMENT
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Profesi

Harga Gula Naik, Penjual Kue Pancong di Tegal Merana. Ingin Beralih Jadi Tukang Kredit Panci di Bulan Puasa

Dyan Arfiana Ayu Puspita oleh Dyan Arfiana Ayu Puspita
23 Maret 2024
A A
Harga Gula Naik, Penjual Kue Pancong di Tegal Ingin Beralih Jadi Tukang Kredit di Bulan Puasa

Harga Gula Naik, Penjual Kue Pancong di Tegal Merana. Ingin Beralih Jadi Tukang Kredit Panci di Bulan Puasa (D.W. Fisher-Freberg via Wikimedia Commons)

Share on FacebookShare on Twitter

Penjual kue pancong di Tegal merana begitu harga gula naik. Akhirnya nggak jualan di bulan puasa.

Pernah makan kue pancong? Sepintas, bentuk kue tradisional ini mirip dengan kue pukis. Sejauh saya menelusur, tidak ada literatur yang menjelaskan bagaimana asal mula jajanan tradisional ini tercipta. Ada yang menyebut kue pancong berasal dari Betawi. Namun, ada pula yang menyebut bahwa kue pancong asli dari Jawa Barat. Entah mana yang benar.

Selain perbedaan pendapat tentang darimana kue pancong berasal, cerita dibalik nama “pancong” juga ada dua versi. Versi pertama, disebut kue pancong karena cara membuatnya menggunakan cetakan kue dari wajan yang bernama pancong. Versi kedua menyebut bahwa pancong adalah singkatan dari pantat dicongkel, yang menggambarkan bagaimana proses pembuatan kue ini.

Jika kamu asing dengan nama kue pancong, mungkin daerah tempat tinggalmu lebih mengenalnya dengan sebutan kue pancung, bandros, ataupun gandos. Intinya, kue pancong adalah jajanan tradisional berbentuk setengah lingkaran yang terbuat dari campuran tepung beras, kelapa parut, santan, dan garam. Adonan tersebut kemudian dipanggang menggunakan wajan cetakan.

Daftar Isi

  • Penjual kue pancong: jual murah, untung tak seberapa
  • Pantang menggunakan bahan sisa
  • Pak Kusnadi, penjual kue pancong di Tegal yang memilih tidak berdagang di bulan puasa
  • Alasan tidak berjualan

Penjual kue pancong: jual murah, untung tak seberapa

Pak Kusnadi adalah salah satu penjual kue pancong yang biasa menjajakan dagangannya di sekitaran Alun-alun Slawi Kabupaten Tegal. Seperti penjual kue pancong pada umumnya, Pak Kusnadi tidak berjualan di dalam lapak yang teduh. Setiap hari, ia harus memikul gerobak khas kue pancong di pundaknya, berjalan puluhan kilo mengais rezeki dari pembeli.

Ketika ada kesempatan ngobrol panjang lebar dengan beliau, Pak Kusnadi banyak bercerita tentang bagaimana suka duka menjadi penjual kue pancong. Ah, tidak tepat disebut suka duka sebetulnya. Cerita yang mengalir dari Pak Kusnadi, kebanyakan mengandung bawang. Sebuah cerita tentang perjuangan yang jauh dari kata suka.

Salah satunya, yang sering Pak Kusnadi alami, yaitu kue pancong dagangannya masih banyak tersisa. Padahal, di hari itu beliau sudah berjalan jauh bersama dengan matahari. Namun apa daya, rezeki belum menjadi miliknya. Meski demikian, Pak Kusnadi menganggap itu sebagai sebuah risiko. Pak Kusnadi sadar, kue pancong yang dijual dengan harga murah meriah tak bisa membuatnya pulang dengan membawa untung melimpah. Habis maupun tidak habis.

“Yang penting ada buat makan hari ini,” begitu kata Pak Kusnadi. Matanya tampak menerawang.

Pantang menggunakan bahan sisa

Sebetulnya, adonan kue pancong yang tidak habis masih bisa digunakan untuk keesokan harinya. Dengan catatan, adonan tersebut dimasukkan dulu dalam cetakan dan dipanggang setengah matang. Esok harinya, kue pancong tinggal dipanaskan lagi ketika ada pembeli. Dijamin, rasanya masih enak. Pembeli pun tidak akan menyadari bahwa adonan yang digunakan adalah adonan sisa kemarin.

Akan tetapi Pak Kusnadi pantang melakukannya. Daripada menggunakan bahan sisa untuk dijual kembali, Pak Kusnadi memilih untuk membagikan sisa kue pancongnya kepada orang-orang yang dia temui dalam perjalanan pulang. Kadang pula Pak Kusnadi membaginya kepada para tetangga. Jadi, adonan yang dia gunakan tiap harinya adalah adonan yang baru.

Melihat penjual kue pancong seperti Pak Kusnadi, tiba-tiba saya jadi ingat investigasi penjual curang yang pernah ditayangkan di televisi. Demi meraup untung sebesar-besarnya, mereka rela menggunakan bahan sisa bahkan bahan yang sudah kedaluwarsa. Risiko kesehatan pelanggan? Ora urus! Sing penting cuan.

Pak Kusnadi, penjual kue pancong di Tegal yang memilih tidak berdagang di bulan puasa

Mendengar cerita Pak Kusnadi, saya jadi penasaran bagaimana kabar dagangannya di bulan puasa. Dalam benak saya, kue pancong ini pasti bakal kalah pamor dengan takjil lain. Selain itu, bukankah akan sulit bagi penjual kue pancong mendapatkan pelanggan di pagi hingga siang hari? Apalagi Pak Kusnadi biasanya mangkal di depan gerbang sekolah yang ada di Tegal. Rasa-rasanya, libur berjualan adalah pilihan terbaik.

Benar saja. Ketika pertanyaan tentang bagaimana nasib kue pancongnya di bulan puasa, Pak Kusnadi menyebut bahwa setiap bulan puasa, dia tidak hanya menahan lapar dan dahaga tapi juga puasa berjualan.

“Trus untuk sehari-hari bagaimana, Pak?” tanya saya penasaran.

Pertanyaan saya lalu dijawab Pak Kusnadi dengan sebuah tawa. Tawa yang entah kenapa terdengar getir di telinga saya.

Alasan tidak berjualan

Alih-alih menjawab bagaimana cara bertahan di bulan puasa, Pak Kusnadi justru bercerita tentang alasan dia tidak berjualan pancong keliling Tegal selama Ramadan. Rupanya bukan hanya faktor kebanyakan orang sedang puasa yang membuat dia berisiko untuk kehilangan pembeli, tingginya harga bahan baku kue pancong di bulan puasa juga turut menjadi pertimbangan.

Di bulan puasa, harga kelapa memang sering kali lebih mahal dibanding hari-hari biasa. Padahal kelapa adalah bahan baku membuat kue pancong. Bukan hanya itu, gula pasir yang digunakan untuk taburan kue pancong juga sering kali menggila harganya di bulan puasa.

“Pembeli itu kadang minta gula pasirnya yang banyak. Masa mau saya tolak?”

Atas pertimbangan itulah Pak Kusnadi memutuskan untuk berhenti berjualan selama bulan puasa. Dia lebih memilih untuk berkumpul bersama keluarga, makan seadanya dari sisa-sisa uang yang dia sisihkan selama berjualan.

“Kalau ada rezeki, pengin ganti profesi jadi tukang kredit panci. Tidak jadi penjual kue pancong lagi biar tidak bingung kalau harga kelapa dan gula naik,” kata Pak Kusnadi sembari menyerahkan kue pancong pesanan saya.

Saya tidak tahu perkataan terakhir Pak Kusnadi itu guyonan atau serius. Yang jelas, harga gula dan kelapa yang mendadak mahal di bulan puasa itu memang ngeselin. Sialnya, hal itu selalu terjadi lagi dan lagi.

Penulis: Dyan Arfiana Ayu Puspita
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Duka Penjual Ikan Hias Keliling di Malang Kala Ramadan, Hanya Ingin Laku agar Ada Uang untuk Lebaran.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 22 Maret 2024 oleh

Tags: alun-alun tegalBulan Puasabulan ramadanjajanan tradisionjawa tengahkabupaten tegalkota tegalkue pancongpenjual kue pancongRamadantegal
Dyan Arfiana Ayu Puspita

Dyan Arfiana Ayu Puspita

Seorang istri, ibu dan guru di SMK Swasta yang suka nggak bisa tidur kalau tiba-tiba ada hasrat menulis

ArtikelTerkait

Kalau di Kota Ada Kirim Parsel, di Desa Ada Ater-ater Tipe-tipe Orang saat Menunggu Lebaran Datang Terima kasih kepada Tim Pencari Hilal! Ramadan Sudah Datang, eh Malah Menanti Bulan Syawal Ramadan Sudah Datang, eh Malah Menanti Lebaran Buku Turutan Legendaris dan Variasi Buku Belajar Huruf Hijaiyah dari Masa ke Masa Serba-serbi Belajar dan Mengamalkan Surah Alfatihah Pandemi dan Ikhtiar Zakat Menuju Manusia Saleh Sosial Inovasi Produk Mushaf Alquran, Mana yang Jadi Pilihanmu? Tahun 2020 dan Renungan ‘Amul Huzni Ngaji Alhikam dan Kegalauan Nasib Usaha Kita Nggak Takut Hantu, Cuma Pas Bulan Ramadan Doang? Saya Masih Penasaran dengan Sensasi Sahur On The Road Menuai Hikmah Nyanyian Pujian di Masjid Kampung Mengenang Asyiknya Main Petasan Setelah Tarawih Horornya Antrean Panjang di Pesantren Tiap Ramadan Menjadi Bucin Syar'i dengan Syair Kasidah Burdah Drama Bukber: Sungkan Balik Duluan tapi Takut Ketinggalan Tarawih Berjamaah Opsi Nama Anak yang Lahir di Bulan Ramadan, Selain Ramadan Panduan buat Ngabuburit di Rumah Aja Sebagai Santri, Berbuka Bersama Kiai Adalah Pengalaman yang Spesial Panduan buat Ngabuburit di Rumah Aja Pandemi Corona Datang, Ngaji Daring Jadi Andalan Tips Buka Bersama Anti Kejang karena Kantong Kering Mengenang Asyiknya Main Petasan Setelah Tarawih Rebutan Nonton Acara Sahur yang Seru-seruan vs Tausiyah Opsi Nama Anak yang Lahir di Bulan Ramadan, Selain Ramadan Drama Bukber: Sungkan Balik Duluan tapi Takut Ketinggalan Tarawih Berjamaah Sebagai Santri, Berbuka Bersama Kiai Adalah Pengalaman yang Spesial Aduh, Lemah Amat Terlalu Ngeribetin Warung Makan yang Tetap Buka Saat Ramadan Tong Tek: Tradisi Bangunin Sahur yang Dirindukan Kolak: Santapan Legendaris Saat Ramadan

Terima Kasih kepada Tim Pencari Hilal!

21 Mei 2020
Sejarah Martabak Telur, Berawal dari Lebaksiu Tegal hingga ke Penjuru Indonesia Terminal Mojok

Sejarah Martabak Telur, Berawal dari Lebaksiu Tegal hingga ke Penjuru Indonesia

10 April 2022
Polanharjo, Kecamatan Ternyaman untuk Ditinggali di Kabupaten Klaten

Polanharjo, Kecamatan Ternyaman untuk Ditinggali di Kabupaten Klaten

17 Januari 2024
Pengendara Lemah Jangan Lewat Jalan Raya Banjar-Majenang, Bahaya!

Pengendara Lemah Jangan Lewat Jalan Raya Banjar-Majenang, Bahaya!

22 April 2024
Kereta Api Serayu, Kereta yang Menguji Kesabaran Penumpang

Kereta Api Serayu, Kereta yang Menguji Kesabaran Penumpang

21 Januari 2024
7 Kota dan Provinsi di Indonesia yang Selalu Apes Dapat Pemimpin Korup Terjerat KPK

7 Kota dan Provinsi di Indonesia yang Selalu Apes Dapat Pemimpin Korup Terjerat KPK

28 November 2023
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
Bus Bojonegoro–Ngawi, Bus Kualitas Seadanya, tapi Jadi Pilihan Terbaik untuk Menuju Yogyakarta

Bus Bojonegoro–Ngawi, Bus Kualitas Seadanya, tapi Jadi Pilihan Terbaik untuk Menuju Yogyakarta

Pasar Barongan Jombang, Pasar Paling Kalcer yang Wajib Dikunjungi Muda-Mudi Masa Kini Mojok.co

Pasar Barongan Jombang, Pasar Paling Kalcer yang Wajib Dikunjungi Muda-Mudi Masa Kini

Senjakala Lapak Buku Bekas di Pasar Alun-alun Tegal: Mati Tak Ingin, Bertahan (Hampir) Tak Mungkin

Senjakala Lapak Buku Bekas di Pasar Alun-alun Tegal: Mati Tak Ingin, Bertahan (Hampir) Tak Mungkin

Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Jurusan Sastra Jawa Nggak Bergengsi: Mahasiswa Lebih Sering Disangka Dukun daripada Akademisi

Jurusan Sastra Jawa Nggak Bergengsi: Mahasiswanya Lebih Sering Disangka Dukun daripada Akademisi

12 Juni 2025
Pengalaman Naik Kapal Pelni Menuju Banda Neira: Berkawan dengan Kecoa, dan Berakhir Memahaminya

Pengalaman Naik Kapal Pelni Menuju Banda Neira: Berkawan dengan Kecoa, dan Berakhir Memahaminya

10 Juni 2025
Kampung Tuguran Magelang Idaman Maba Untidar karena Dekat, Aman, dan Minim Pergaulan Bebas. Dijamin Bisa Fokus Belajar Mojok.co

Kampung Tuguran Magelang Tempat Ngekos Idaman Maba Untidar karena Dekat, Aman, dan Minim Pergaulan Bebas

10 Juni 2025
Penderitaan Tinggal di Rumah Mepet Kolam Lele (Unsplash)

Sok Tahu Bikin Kolam Lele Mepet Rumah, Kini Tersiksa karena Bau Busuk dari Kolam yang Bikin Malu

13 Juni 2025
Berkunjung ke Perpustakaan Daerah Wonosobo Bikin Saya Salah Fokus. Niat Baca Malah Jadi Nonton Ibu-ibu Senam di Taman

Berkunjung ke Perpustakaan Daerah Wonosobo Bikin Saya Salah Fokus. Niat Baca Malah Jadi Nonton Ibu-ibu Senam di Taman

9 Juni 2025
Nasib Anak Seni di Sekolah Favorit Bagai Acar di Nasi Goreng: Ada, tapi Dilupakan dan Akan Selalu Diabaikan

Nasib Anak Seni di Sekolah Favorit Bagai Acar di Nasi Goreng: Ada, tapi Dilupakan dan Akan Selalu Diabaikan

13 Juni 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=jS-m10azBto

DARI MOJOK

  • Mahasiswa Baru Kaget Pertama Kali Ngopi di Coffee Shop Jogja, Niat Nugas Malah Boncos dan Malu karena Nggak Tahu Espresso
  • Merelakan Gaji Besar dari Perusahaan di Dubai daripada Mental Rusak karena Tekanan Hidup dan Pilih Slow Living di Gunungkidul
  • Orang Kaya Naik Bus Ekonomi: Coba-coba Berujung Tersiksa, Dimaki Pengamen sampai Tahan Kencing Berjam-jam
  • Lulusan SMK “Hanya” Jadi Karyawan Alfamart dan Indomaret: Sekolah Harus Tetap Bangga, Karena Sukses Tak Dilihat dari Status
  • Coba-coba Naik KA Airlangga Jakarta-Surabaya: Bahagia Tiketnya Cuma Seharga 2 Porsi Pecel Lele, tapi Berujung Tak Tega sama Penumpangnya
  • Lulusan SMA-SMK Awalnya Malu Tak Kuliah dan Kerja di Alfamart-Indomaret, Direndahkan Guru Sendiri tapi Kini Merasa Lebih Terhormat

AmsiNews

  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.