Sebagai orang Indonesia tulen yang sedari kecil telah dicekokin makanan-makanan pedas, ketika dihadapkan dengan makanan yang nggak pedas, rasanya sungguh aneh. Seolah ada yang kurang atau malah kadang bikin nggak selera. Kalau orang Jawa menyebutnya “nggak marem lak nggak sampek ngoweh-ngoweh” yang artinya nggak puas jika nggak sampai kepedesan.
Para pencandu makanan pedas selalu merasa kurang afdol jika setelah makan nggak sampai mengeluarkan suara “Ssshhh… Hah. Ssshhh… Hah” dengan wajah berkeringat, bibir jontor, dan hidung meler. Suatu penyiksaan yang entah kenapa begitu memuasakan.
Beberapa bulan terakhir, harga cabai di pasaran meroket tajam. Hal ini tentu saja dikeluhkan para pencinta pedas. Jangankan pencinta pedas, para petani cabai juga cukup terpukul karena hasil panennya kurang maksimal atau bahkan nggak panen sama sekali. Gimana mau panen, lha wong hujan dan banjir di mana-mana. Jadilah si cabai yang biasa ditanam oleh petani gagal panen lantaran cuaca ekstrem yang kurang mendukung pertumbuhan si cabai. Dampaknya adalah pasokan cabai dari petani berkurang cukup banyak. Di pasaran, cabai menjadi langka. Dan jangan heran jika harga cabai hampir menyerupai harga 1 kilogram daging sapi. Bahkan, harga tertinggi cabai pernah mencapai Rp150 ribu per kilonya, akan tetapi syukurlah kini sudah mulai turun.
Sebagai keluarga yang selalu menyajikan makanan pedas setiap harinya, ibu saya nggak pernah sedikit pun mengeluhkan harga cabai yang selangit. Bukan karena kami banyak duit, dan bukan pula karena kami juragan cabai, melainkan karena Ibu memiliki strategi yang menurut saya sangat tepat untuk dilakukan para pencinta masakan pedas di luaran sana, terutama para ibu rumah tangga yang nggak mau uang belanjanya jebol hanya untuk memuaskan lidah dengan harga yang selangit.
Strategi yang Ibu lakukan adalah pada saat harga cabai murah meriah, yaitu kisaran Rp10 hingga Rp20 ribu per kilogram, blio membeli cabai dalam jumlah yang cukup banyak. Biasanya Ibu membeli langsung dari pemasok cabai karena harganya lebih murah daripada yang sudah dijual di pasaran. Selain itu, cabai tersebut masih fresh karena berasal dari tangan petani secara langsung.
Selanjutnya, oleh Ibu cabai-cabai tersebut dipilih yang kualitasnya baik, dilepaskan dari tangkainya, dan dijemur berhari-hari di bawah sinar matahari hingga cabai-cabai tersebut benar-benar kering dan berwarna merah kecokelatan. Pokoknya sampai kandungan air dalam cabai benar-benar berkurang drastis dan ketika dipegang sangat ringan.
Cabai-cabai tersebut lalu disimpan di dalam wadah yang tertutup atau kedap udara. Tujuannya agar si cabai kering nggak terkena paparan mikroorganisme dari luar. Cabai kering pun sudah siap digunakan untuk persediaan beberapa bulan ke depan atau saat harga cabai melambung tinggi. Cabai kering ini juga bisa tahan lama hingga berbulan-bulan bahkan satu tahun jika disimpan dengan cara yang benar.
Di Jawa Timur, cabai kering ini biasa disebut “lombok kresek”. Kemungkinan sebutan ini berasal dari bunyi cabai kering tersebut ketika dipegang secara bersamaan. Cabai yang sudah kering memang berbunyi “krisik-krisik” ketika sudah benar-benar kering. Cara penggunaannya sendiri tidaklah sulit. Ketika ingin menggunakan cabai kering untuk bumbu masakan atau sambal, cabai dapat kita rebus terlebih dahulu. Tujuannya agar lebih mudah dipotong atau dihaluskan.
Untuk masalah rasa, perbedaan antara cabai kering dan cabai segar nggak jauh berbeda. Namun, kekurangannya adalah warna masakan yang nggak secerah ketika menggunakan cabai merah yang segar. Begitu juga ketika digunakan untuk membuat sambal, cabai kering nggak bisa memberikan efek warna merah menyala pada sambal, melainkan akan memberikan efek warna kecoklatan. Kemungkinan hal ini bagi sebagian orang terasa kurang menggugah selera, akan tetapi soal rasa dijamin nggak kalah dengan cabai segar. Tetap pedas dan nonjok~
Menurut saya cabai kering ini sangat menguntungkan, terutama bagi orang-orang yang suka pedas, tapi kantongnya nggak tebal-tebal amat. Terlebih hanya untuk dibelikan cabai yang notabene hanya untuk memuaskan lidah semata. Sungguh sangat disayangkan jika harus merogoh kocek dalam hanya untuk membeli cabai yang harganya lebih pedas daripada rasanya.
BACA JUGA 4 Hal Ngeri yang Mungkin Terjadi jika Harga Cabai Terus Meroket dan artikel Elisa Erni lainnya.