Ngomong bahasa Inggris itu tidak perlu memperhatikan grammar, yang penting ngomong dulu. Ungkapan ini sering saya dengar. Yah, sebenarnya sih dibalik tujuan ungkapan ini bisa jadi positif, yaitu memotivasi orang-orang Indonesia yang kebanyakan minder atau takut ngomong bahasa Inggris karena salah. Grammar yang baik itu bisa belakangan, yang penting pede dulu.
Sekilas memang terdengar begitu memotivasi dan sangat positif. Tapi, sesungguhnya jika ungkapan ini terlalu sering dijadikan nasehat atau motivasi berbahasa Inggris bagi sebagian orang, bisa-bisa aja akhirnya kita pede ngomong bahasa Inggris tapi grammarnya hancur. Dan akhirnya kompetensi kita dalam berbahasa Inggris ya tetep aja di bawah standar.
Berbicara bahasa Inggris dengan grammar yang baik akan sangat membantu orang lain memahami apa yang mau kita maksud. Dan dengan grammar yang benar kita sudah berupaya untuk menggunakan bahasa Inggris dengan benar pula. Grammar yang baik menjamin komunikasi lancar.
Memang benar jika kita menggunakan bahasa Inggris perlu disesuaikan dengan kebutuhan. Ngomong bahasa Inggris saat kita pidato di forum formal dengan ngomong bahasa Inggris buat nawar barang di pasar atau sekedar untuk basa basi sama bule memang beda. Tapi, bukan berarti saat kita ngomong bahasa Inggris bukan di forum formal kita mengesampingkan grammar.
Kebiasaan sikap bodo amat sama grammar ini bisa-bisa membuat kita atau orang lain ya apatis aja sama grammar. Mereka kemudian menganggap grammar yang baik itu tidak penting amat. Eh, tapi perlu saya kasih tahu ya, lha kalau ngomong bahasa Inggris nggak perlu grammar, buat apa grammar itu bahkan sudah diajarkan semenjak SD? Tanpa grammar mungkin nggak sih sebuah ungkapan bisa dipahami dengan benar?
Ada alasan mendasar bahwa saat ngomong bahasa Inggris kita tidak boleh mengabaikan grammar.
Alasan pertama, grammar membentuk makna dalam bahasa. Grammar bahasa Inggris bisa dibilang memiliki unsur yang lebih kompleks dari bahasa Indonesia. Kata ganti orang pada posisi subjek bisa berbeda saat diposisikan sebagai objek. Ini berbeda dengan bahasa Indonesia.
Gampangnya kata “I love you” jika dibalik jadi “You love me”. Nah coba kalau pakai bahasa Indonesia, “Aku cinta kamu” dibalik jadi “kamu cinta aku”. Jika diperhatikan tidak ada perbedaan saat kata ganti orang diubah dari subjek menjadi objek. Kata “kamu” sebagai obyek ya sama aja saat diposisikan sebagai subyek. Sedang, dalam bahasa Inggris “I” sebagai subjek menjadi “me” saat menjadi objek.
Nah nggak lucu kan kalau kita ngomong bahasa Inggris bilang, “Sir, do you want to take picture with I?”
Buat bule yang suka mondar-mandir ke Indonesia bisa jadi nggak bingung dan lebih ke menyadari kalau kita bukan native speaker, jadi salah ya nggak papa. Tapi, ya tetep wagu lhaaa.
Unsur gramatikal lainnya adalah membedakan mana kata benda sama kata kerja. Yang namanya tata urutan kalimat yang benar, kata kerja itu muncul setelah subyek. Tapi, saat kita mengabaikan unsur ini, maka ungkapan yang muncul ya bisa berantakan.
Misal yang sering terjadi, “I school in …”. Lho padahal sekolah itu kata benda, yha nggak bisa muncul setelah subyek. Kalau dalam bahasa Indonesia sering kita bilang “saya sekolah di …”
Nah, masih menganggap grammar yang baik itu nggak penting?
Alasan kedua, bahasa Inggris adalah bahasa yang mendasarkan pada konsep waktu. Ini sangat berbeda dengan bahasa Indonesia. Oleh karena itu sejak SD hingga SMA, saat pelajaran bahasa Inggris kita selalu ketemu sama yang namanya penggunaan tenses. Tidak lain tidak bukan, tenses itu sangat penting untuk dikuasai.
Ada tiga konsep waktu yang mendasar dalam bahasa Inggris, yaitu masa lalu (past), masa sekarang (present), dan masa yang akan datang atau belum terjadi, bisa juga baru direncanakan (future). Nah, saat ngomong bahasa Inggris sangat jelas kita harus memperhatikan konsep waktu ini yang berimbas pada perbedaan penggunaan jenis verb atau kata kerja.
Jadi nggak mengherankan dalam bahasa Inggris Verb ini kita kenal dengan verb 1, verb 2, hingga verb 3. Yaa harus hapal laah! Mosok dapet pelajaran bahasa Inggris dari SD nggak hapal-hapal?
Saat kita membahas masa lalu atau sesuatu yang sudah dilakukan, kita harus menggunakan past tense. Misal kita ngomong “I loved you” sama pacar kita, hya jelas itu berarti kita udah nggak cinta sama doi. Lha ya gimana lha wong kita ngomongnya “loved” kok. Ada akhiran –ed setelah love yang berarti kita cintanya sama pacar itu ya dulu, kalau sekarang ya udah nggak cinta.
Bandingkan sama bahasa Indonesia yang kita ngomong cintanya dulu, sekarang sampai yang akan datang ya nggak ada bedanya. Terutama dalam penggunaan kata kerja. Kita tetep bilang cinta meskipun yo sebenarnya sekarang sudah nggak cinta. Nah ini membuktikan bahwa emang mau ngegombal pakai bahasa Inggris itu lebih rumit karena ketahuan bohong apa enggaknya.
Uniknya, dalam bahasa Inggris saat kita ngomong sesuatu yang sifatnya khayalan atau fiksi maka kita harus ngomongnya memakai past tense. Jika yang mau kita katakan itu sesuatu berupa fakta, maka ya kita pakai present tense. Jadi bisa dibilang, dengan ngomong pakai bahasa Inggris kita bisa meminimalkan penyebaran hoaks atau cerita-cerita yang tidak nyata.
Dari dua alasan ini masih yakin bilang grammar yang baik saat ngomong bahasa Inggris nggak penting?
Jika masih kesulitan belajar grammar, saat ini banyak aplikasi sampai pembelajaran gratis di internet supaya kita mudah memahaminya. Berbagai sumber belajar bahasa Inggris juga bisa mudah didapat, dari buku, internet, kursusan bahasa Inggris sampai guru privat.
Dengan berbagai kemudahan akses belajar bahasa Inggris yang tersedia, kok masih ada yang bilang jika mau ngomong bahasa Inggris nggak perlu grammar yang baik, bisa dipastikan mereka hanyalah orang-orang pemalas saja yang ogah menggunakan waktunya buat belajar. Mereka milih rebahan sambil nggaya ngomong bahasa Inggris cas cis cus tapi kok kalimatnya ambyar semua.
BACA JUGA Manakah yang Lebih Penting, Belajar Grammar atau Speaking Dulu? atau tulisan Hanifatul Hijriati lainnya.