Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Featured

Guyonan World War III dan Rendahnya Empati Manusia

Indah Evania Putri oleh Indah Evania Putri
6 Januari 2020
A A
Guyonan World War III dan Rendahnya Empati Manusia
Share on FacebookShare on Twitter

Tagar #WorldWarIII yang menjadi trending di jagat maya dunia memang pada awalnya cukup menghibur. Hal ini berkat ciptaan konten-konten super kreatif para netizen yang mengkontekstualisasikannya dengan ramalan jika terjadi (((world war III))) suatu saat. Tapi, bukannya cuma sebagai satir untuk menyindir sang negara superpower Amerika Serikat, kok guyonan ini malah jadi berlebihan dan menjatuhkan empati manusia, ya?

Siapa pun yang pernah belajar IPS di sekolahnya seharusnya tahu betul bahwa perang dunia, baik yang pertama maupun kedua berakibat besar pada kehancuran perekonomian dan infrastruktur dunia. Bukan hanya bagi negara-negara yang ikut berperang, Indonesia bahkan harus kena imbasnya. Penjajahan Jepang dan aplikasi kerja paksa Romusha yang membawa penderitaan rakyat Indonesia pun merupakan dampak dari adanya perang dunia kedua tersebut.

Tak terhitung sudah berapa banyak korban berjatuhan akibat perang dunia itu. Tak hanya rakyat Indonesia yang dipaksa bekerja membantu tentara Jepang, seluruh dunia juga kena dampaknya. Kebencian yang melanda seluruh dunia menjatuhkan banyak sekali korban. Genosida dan Kejahatan massal terjadi di mana-mana. Salah satu peristiwa genosida yang paling terkenal ialah Holokaus, yakni pembunuhan massal para kaum Yahudi Eropa oleh Nazi.

Perang beradu kekuataan itu juga melumpuhkan beberapa kota di dunia. Pada perang dunia pertama, kota Pearl Harbor di Amerika Serikat dibom tentara Jepang hingga menimbulkan banyak korban Jiwa. Pembalasan pun dilakukan oleh Amerika saat perang dunia kedua berlangsung. Pasukan Amerika Serikat menjatuhkan bom nuklir ke dua kota besar Jepang yakni Hiroshima dan Nagasaki. Tak hanya menewaskan banyak warga Jepang di sana, peristiwa itu membuat kedua kota tersebut harus dihantui radiasi nuklir hingga berpuluh-puluh tahun lamanya.

Berbicara mengenai perang dunia pun tak terlepas dari sumber daya manusia yang terlibat di dalamnya. Berbagai negara yang terlibat perang itu berlomba-lomba mengirimkan pasukan terbaiknya di medan perang. Sukarelawan yang dibekali pelatihan militer super minim pun dikirim ke medan pertempuran asalkan negaranya dapat bertarung dalam perang. Beberapa dari mereka banyak yang tewas, sedang beberapa di antaranya harus dihantui risiko trauma seumur hidup.

Warga serta masyarakat pun harus hidup dilanda kecemasan saat perang itu berlangsung. Banyak yang hidup ketakutan dan dihantui ancaman bahaya seumur hidupnya, disiksa hingga dipaksa menyaksikan kematian anggota keluarganya. Berbagai penderitaan yang dimiliki manusia saat perang dunia berlangsung pun bisa menimbulkan luka mendalam seumur hidupnya. Belum lagi dengan dampak penderitaan yang harus dijalaninya pasca perang berlangsung.

Para pejuang bangsa, baik di dunia maupun Indonesia telah berjuang sekuat tenaga untuk mengembalikan dunia dalam payung perdalamaian. Pakta perdamaian antar negara pun telah dibuat dan telah dijaga selama bertahun-tahun agar peristiwa memilukan itu takkan terjadi lagi. Akan tetapi, bayangkan perasaan mereka jika mengetahui perdamaian yang telah mereka bela mati-matian, bahkan rela ditukarkan dengan nyawa dapat seenaknya dijadikan guyonan di masa kini. Ironis memang, tapi perjuangan mereka itu seperti dikhianati oleh orang yang diperjuangkannya.

Para hipokrit pecinta perdamaian saat ini sangat gentar menyuarakan perdamaian dalam berbagai platform. Apabila mereka serius dan berkomitmen dengan prinsip mereka, itu bagus. Akan tetapi, kalau ada trending seperti ini dan mereka ikut menyemarakkan guyonan ini, bukankah itu sama saja mereka menjilat ludah sendiri?

Baca Juga:

Demi Pacar, Saya Rela Menyukai Minuman Matcha yang Selama Ini Dibenci karena Rasanya Mirip Rumput

Pengalamanku sebagai Warga Lokal Jepang Merasakan Langsung Sistem Siaga Bencana di Jepang: Jauh Lebih Siaga Menghadapi Bencana, Jauh ketimbang Indonesia

Memang tidak ada yang salah dengan menjadikan sesuatu sebagai hiburan. Akan tetapi, perlu diperhatikan dulu konteks yang dibicarakannya. Melihat situasi politik dan ekonomi dunia yang sedang memanas, terlebih setelah adanya peristiwa tewasnya Jenderal Soleimani di Iran oleh pasukan Amerika Serikat, tampaknya hal ini menjadi sangat senstitif. Bukan tak mungkin hal yang dijadikan bahan bercandaan ini malah menimbulkan kekhawatiran masyarakat dunia dan memunculkan luka lama para veteran perang dan para warga yang menjadi saksi mata perang dunia tersebut.

Selain itu, bukankah seharusnya manusia saling berempati pada sesamanya? Kata “perang” ataupun “world war III” seharusnya tidak digunakan, apalagi dijadikan bahan tertawaan karena hal itu tidak pantas serta tidak empati-empatinya. Perang bukanlah suatu hiburan. Seharusnya kita bisa lebih berempati pada mereka yang saat ini masih hidup dalam ketakutan dan bahaya perang seperti warga di Palestina, Irak, dan Iran. Kita juga harus bisa berempati terhadap para pejuang bangsa dan veteran perang yang telah berjuang keras mengembalikan dunia pada perdamaian.

BACA JUGA Isu World War III: Berhenti Jadikan Perang Bahan Guyonan! atau tulisan Indah Evania Putri lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 6 Januari 2020 oleh

Tags: amerika serikatjepangperang dunia tiga
Indah Evania Putri

Indah Evania Putri

ArtikelTerkait

5 Fakta Menarik tentang Yakuza Jepang yang Perlu Kamu Ketahui Terminal Mojok

Fakta Menarik tentang Yakuza Jepang yang Perlu Kamu Ketahui

26 Maret 2022
5 Alasan Banyak Pemain Asal Jepang Memilih Berkarier di Liga Indonesia

5 Alasan Banyak Pemain Asal Jepang Memilih Berkarier di Liga Indonesia

7 Juni 2022
Di Jepang, Belanja Baju di Uniqlo dan GU Itu Biasa Aja Terminal Mojok.co

Di Jepang, Belanja Baju di Uniqlo dan GU Itu Biasa Aja

18 April 2022
Hitachi Seaside Park, Tempat Mekarnya Bunga-bunga Indah di Tepi Samudra

Hitachi Seaside Park, Tempat Mekarnya Bunga-bunga Indah di Tepi Samudra

11 Juni 2022
Benci Amerika Serikat Nggak Bisa Dijadikan Alasan untuk Dukung Agresi Rusia

Benci Amerika Serikat Nggak Bisa Dijadikan Alasan untuk Dukung Agresi Rusia

25 Juni 2022
Jerome Polin Nggak Salah, Nyatanya Acara TV di Jepang Memang Jauh Lebih Bermutu Terminal Mojok

Jerome Polin Nggak Salah, Nyatanya Acara TV di Jepang Memang Jauh Lebih Bermutu

10 Juli 2022
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Dosen Bukan Dewa, tapi Cuma di Indonesia Mereka Disembah

4 Hal yang Perlu Kalian Ketahui Sebelum Bercita-cita Menjadi Dosen (dan Menyesal)

17 Desember 2025
Isuzu Panther, Mobil Paling Kuat di Indonesia, Contoh Nyata Otot Kawang Tulang Vibranium

Isuzu Panther, Raja Diesel yang Masih Dicari Sampai Sekarang

19 Desember 2025
Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan Mojok.co

Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan 

23 Desember 2025
Hal-hal yang Harus Diketahui Calon Perantau sebelum Pindah ke Surabaya agar Tidak Terjebak Ekspektasi

Hal-hal yang Harus Diketahui Calon Perantau sebelum Pindah ke Surabaya agar Tidak Terjebak Ekspektasi

18 Desember 2025
Tinggal di Kabupaten Magelang: Dekat Borobudur, tapi Tidak Pernah Merasa Hidup di Tempat Wisata

Tinggal di Kabupaten Magelang: Dekat Borobudur, tapi Tidak Pernah Merasa Hidup di Tempat Wisata

18 Desember 2025
Jalur Wlingi-Karangkates, Penghubung Blitar dan Malang yang Indah tapi Mengancam Nyawa Pengguna Jalan

Jalur Wlingi-Karangkates, Penghubung Blitar dan Malang yang Indah tapi Mengancam Nyawa Pengguna Jalan

17 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Melacak Gerak Sayap Predator Terlangka di Jawa Lewat Genggaman Ponsel
  • Regenerasi Atlet Panahan Terancam Mandek di Ajang Internasional, Legenda “3 Srikandi” Yakin Masih Ada Harapan
  • Jogja Mulai Macet, Mari Kita Mulai Menyalahkan 7 Juta Wisatawan yang Datang Berlibur padahal Dosa Ada di Tangan Pemerintah
  • 10 Perempuan Inspiratif Semarang yang Beri Kontribusi dan Dampak Nyata, Generasi ke-4 Sido Muncul hingga Penari Tradisional Tertua
  • Kolaboraya Bukan Sekadar Kenduri: Ia Pandora, Lentera, dan Pesan Krusial Warga Sipil Tanpa Ndakik-ndakik
  • Upaya “Mengadopsi” Sarang-Sarang Sang Garuda di Hutan Pulau Jawa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.