Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Featured

Gus Baha’ dan Anak Kecil

Puthut EA oleh Puthut EA
22 Oktober 2019
A A
gus baha'

gus baha'

Share on FacebookShare on Twitter

Selain orang alim yang senantiasa berposisi sebagai pembela orang awam dan wong cilik, Gus Baha’ juga pembela anak kecil.

Beliau berkali-kali bercerita, Islam itu mestinya berterimakasih kepada anak kecil. Anak-anak yang ikut ngaji di TPA sore, membuat banyak orangtua atau kakek-nenek mereka akhirnya mulai menjalankan syariat Islam. “Karena anak-anak itu sering mengaji di sore hari, berpuasa, salat di masjid atau musala, mau tidak mau orangtua atau kakek-nenek mereka malu…

“Mulai berpuasa karena anak atau cucu mereka berpuasa. Mulai kenal masjid karena anak atau cucu mereka suka mengaji dan pergi ke masjid. Orang-orang yang awalnya bahkan mungkin anti-Islam, lambat laun mulai dekat kepada Islam. Dan harap diingat, itu jasa anak-anak kecil.”

Sungguh pemikiran seperti itu, di luar pemikiran orang seperti saya. Benar juga, batin saya. Tak perlu jauh-jauh, saya contohnya. Saya ini ke masjid paling seminggu sekali pas salat Jumat. Tapi karena Kali, anak saya yang berusia 7 tahun itu suka ke masjid, saya jadi ikut.

Setidaknya setiap Magrib saya mengantar Kali salat magrib di masjid terdekat dari komplek perumahan kami tinggal. Kalau pas libur, kadang juga ke masjid pas salat Isya’. Karena mulai sering, sesekali saat Subuh dan belum tidur, saya pergi sendirian tanpa Kali ke masjid. Kalau Kali gak merengek-rengek diantar ke masjid setiap Magrib, ya tentu saya cukup magriban di rumah saja.

Gus Baha’ pernah menegur orang yang terbiasa punya paham bahwa anak kecil gak boleh bermain atau rame di masjid. Karena dianggap mengganggu kekhusyukan orang yang sedang beribadah. “Lha kan bagus mereka bermain di masjid. Daripada bermain di pinggir jalan malah bahaya, bisa ketabrak kendaraan…

“Lagian, yang namanya anak kecil ya wajar bermain. Kalian itu kok gemarnya nyalahin orang lain apalagi anak-anak. Kamu gak khusyuk itu ya karena kualitasmu memang belum bisa salat khusyuk. Itu problem kalian. Lha kok yang disalahkan anak-anak. Kalau kalian memang punya kualitas salat khusyuk, mau anak-anak jungkir jempalik, ya tetap saja salat kalian khusyuk…”

Mak jleb betul, Gus Baha’ ini. Orang seperti saya ya tentu saja kualitas salat saya tak bisa khusyuk. Tapi saya tak pernah mau menyalahkan Kali dan kawan-kawan kecilnya. Dua malam lalu, saya salat diapit dua anak kecil. Kali dan satu anak yang mungkin usianya 5 tahun. Mereka berdua sepertinya belum kenal. Jadi saling menengok. Dimulai dari situ, lalu saling goda. Saling sembunyi di balik tubuh saya. Saya menahan tawa. Hampir saja saya mau ikut nggoda anak kecil itu, tapi kemudian ingat kalau saya lagi salat.

Baca Juga:

UIN Adalah Universitas Paling Nanggung: Menjadi Sumber Rasa Malu, Serba Salah, dan Tidak Pernah Dipahami

Saya Muslim, tapi Saya Enggan Tinggal Dekat Masjid dan Musala

Anak-anak di masjid itu bergembira. Barusan tadi, saya telat. Makmum masbuk. Begitu saya parkir sepeda motor dan agak terburu-buru, Kali bukannya ikut terburu-buru, tapi malah main bola. Dia senang sekali di halaman masjid ada bola. “Pak, ada bola di sini, Pak.” Teriaknya sambil nendang-nendang bola itu.

Saya hanya geleng-geleng kepala sambil bilang kalau kami berdua sudah telat. Tapi ya anak kecil, mau gimana lagi?

Suatu saat Gus Baha’ bercerita. Ini mungkin cerita yang juga saya ulang beberapa kali. Sebagai orang alim, beliau juga sering diberi salam tempel dari orang kecil. Kadang isinya 10 ribu, kadang 20 ribu. Kalau sudah diberi seperti itu, langsung diberikan kepada istrinya. Tolong berikan beras, dan beras itu dimakan bersama anak-istrinya. Kenapa begitu, kalau istilah Gus Baha’ sebagai pengeling-eling, bahwa di dalam tubuhnya, dan anak-anaknya, ada darah dan daging yang tumbuh dan dialiri oleh rezeki orang kecil.

Hal lain yang menarik adalah kerap kali Gus Baha’ mengingatkan, jangan berlebihan memberi beban pada anak kecil. “Anak itu cerminan dari orangtuanya. Kalau kelakuanmu masih gak baik, sangat tidak adil memaksa anakmu untuk hapal Alqur’an.

“Ini penting saya utarakan. Kalau mau anakmu tumbuh alim, hal yang pertama dan utama kalian lakukan adalah memperbaiki dirimu dulu. Bukannya memberi beban yang berat pada anakmu. Wong tuwane isih kakehan maksiat kok pengen anake ngalim… Pemahaman seperti itu kacau sekali!”

Jleb sak jleb-jlebnya.

BACA JUGA Indonesia Lagi Lucu-lucunya… atau tulisan Puthut EA lainnya. Follow Facebook Puthut EA.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 22 Oktober 2019 oleh

Tags: Gus Baha'islammesjid
Puthut EA

Puthut EA

Anak Kesayangan Tuhan

ArtikelTerkait

Bagi Pria Madura, Songkok Hitam Tak Sekadar Penutup Kepala

Bagi Pria Madura, Songkok Hitam Tak Sekadar Penutup Kepala

16 April 2022
Dituduh Tidak Islami, Persatuan Klepon Indonesia Justru Ingin Ajak Kurma Colab Bikin Produk Klepon Saus Kurma MOJOK.CO

Dituduh Tidak Islami, Persatuan Klepon Indonesia Justru Ingin Ajak Kurma Colab Bikin Produk Klepon Saus Kurma

22 Juli 2020
Menderita Ditinggal Kekasih Berhijrah, Kena Cap Dajjal Pula (Unsplash)

Derita Ditinggal Kekasih Berhijrah: Sudah Sakit Hati, Kena Cap Dajjal Pula

3 Juli 2023
syiah indonesia muslim sunni mojok

Begini Rasanya Jadi Orang Syiah di Indonesia

7 Oktober 2020
mati, surga, dan neraka MOJOK

Mati Rasa pada Surga dan Neraka

3 Juli 2020
fiqih lalu lintas

Asal Usul Fikih Lalu Lintas

27 Oktober 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

30 November 2025
Madiun, Kota Kecil yang Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya Mojok.co

Madiun, Kota Kecil yang Sudah Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya

2 Desember 2025
Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

30 November 2025
Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang Mojok.co

Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang

5 Desember 2025
Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

1 Desember 2025
Video Tukang Parkir Geledah Dasbor Motor di Parkiran Matos Malang Adalah Contoh Terbaik Betapa Problematik Profesi Ini parkir kampus tukang parkir resmi mawar preman pensiun tukang parkir kafe di malang surabaya, tukang parkir liar lahan parkir

Rebutan Lahan Parkir Itu Sama Tuanya dengan Umur Peradaban, dan Mungkin Akan Tetap Ada Hingga Kiamat

2 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.