Akhir-akhir ini banyak orang yang pengin slow living di wilayah pedesaan. Lingkungan yang masih asri, alami, dan udara bersih menjadi alasan kuat orang mau menetap di desa. Salah satu daerah yang dianggap cocok buat slow living adalah tanah kelahiran saya, Gunungkidul.
Keinginan tersebut tentu sangat bisa dimaklumi. Sebab, banyak sekali tempat-tempat di Bumi Handayani yang punya suasana tenang dan nyaman untuk ditinggali. Selain itu, panorama keindahan alam di Gunungkidul juga sangat memukau. Nggak heran kalau daerah ini disebut-sebut sebagai benteng terakhir orang-orang melarikan diri dari bisingnya kota.
Akan tetapi, tinggal di Gunungkidul bukan tanpa risiko. Ada begitu banyak tantangan yang harus dihadapi ketika seseorang memutuskan hidup di wilayah pedesaan, khususnya di Gunungkidul. Dan, tantangan tersebut saya rasa hanya bisa dilalui oleh orang-orang yang memang sejak lahir sampai tumbuh dewasa hidup dan akrab dengan keadaan Bumi Dhaksinarga. Sederhananya, nggak semua orang cocok tinggal di tanah kelahiran saya.
Nah, berikut beberapa orang yang sebaiknya nggak usah tinggal di Gunungkidul, di antaranya:
#1 Orang yang takut ulat jati jangan sekali-kali membayangkan tinggal di Gunungkidul
Setiap pergantian musim dari kemarau ke musim hujan, sudah bisa dipastikan Gunungkidul selalu “diserang” ulat jati bergelantungan. Perlu kalian tahu, setiap wilayah di Bumi Handayani itu (nyaris) ada pohon jati. Jadi bisa dipastikan jumlah pohon jati di Gunungkidul sangat banyak, begitu pula ulatnya.
Pohon-pohon ini juga tumbuh subur di sepanjang jalan. Nah, biasanya ulat-ulat jati itu akan turun dari ranting-ranting pohon secara bergelantungan. Buat kalian yang takut bin “alergi” dengan segala jenis ulat, saya pastikan nggak cocok tinggal di Gunungkidul. Sebab, setiap kita berkendara di jalan, ulat-ulat itu bakal nempel di badan. Kayak di helm, tangan, leher, dan anggota tubuh lainnya.
#2 Orang yang suka keluar malam nggak cocok tinggal di Gunungkidul
Orang yang nggak cocok tinggal di Gunungkidul selanjutnya adalah mereka hobi keluar malam. Buat kalian yang suka nongkrong di warung kopi atau rumah teman di malam hari, nggak usah menetap di Bumi Dhaksinarga. Percayalah, mayoritas jalan-jalan umum di Gunungkidul itu masih sangat minim penerangan.
Sudah berpuluh-puluh tahun kami yang hidup di Gunungkidul terbiasa melewati jalur-jalur gelap saat malam hari. Padahal kita tahu, ruas jalan di Bumi Handayani itu banyak yang curam dan berliku tajam. Risiko mengelami kecelakaan pun cukup tebal. Jadi, sangat tidak cocok ditinggali orang-orang yang takut dengan suasana gelap.
Baca halaman selanjutnya: #3 Nggak cocok buat yang …