Sebelumnya saya perlu berterima kasih ke Pemkab Gresik. Setelah sekian tahun berlalu, akhirnya pemerintah sudi membangun, memperbaiki, bahkan melakukan pelebaran jalan di banyak wilayah Gresik Selatan. Itu semua sesuai janji kampanye bupati yang akan lebih memperhatikan area Gresik pinggiran. Ya, meskipun perhatian baru dicurahkan menjelang masa akhir jabatan.
Saat ini, kebanyakan daerah di Gresik Selatan sedang mengalami perbaikan jalan. Sebut saja, Kecamatan Balongpanggang tempat saya tinggal, Cerme, Duduk Sampeyan, hingga Menganti. Namun, pembangunan jalannya hanya di titik-titik tertentu, tepatnya pusat kecamatan dan sekitarnya saja. Padahal, bicara jalan rusak di Gresik pinggiran, bisa sampai ke desa-desa.Â
Ambil contoh di Kecamatan Balongpanggang tempat saya tinggal, pembangunan jalan hanya di di area pasar yang nggak begitu jauh dari kantor kecamatan. Saya melihat kasus serupa di Kecamatan Cerme dan Duduk Sampeyan. Di Kecamatan Menganti, pembangunan jalannya hanya beberapa meter di sekitaran pertigaan yang sering dilalui truk industri. Kenapa seperti itu nggih, Pak Bupati? Â
Mempercantik jalanan di kota, tapi tebang pilih di Gresik pinggiran
Saya tidak berlebihan kalau merasa perbaikan jalan di Gresik pinggiran digarap kurang serius. Ya bagaimana mau tidak berpendapat demikian kalau jalan-jalan di dekat kecamatan saja yang diperindah. Sementara jalan lain sama saja, buruk.Â
Saya rasa bukan karena Pemkab Gresik tidak punya uang. Lha wong Gresik sering banget mengadakan festival, acara, atau perayaan megah yang tampaknya menelan biaya cukup besar. Selain itu, kalau Pemkab nggak punya uang, tidak mungkin Gresik Kota jadi sangat cantik seperti sekarang ini.Â
Sebagai pengingat, belum lama ini Pemkab Gresik meresmikan sebuah jalan di kota yang sepanjang 50 meter saja. Jalan bernama Hos Cokroaminoto itu menjadi kawasan wisata Bandar Grissee. Bukan hanya pusat kebudayaan, jalan itu sebagai pusat ekonomi UMKM masyarakat setempat.
Selaku warga Gresik tentu bangga punya jalan yang ikonik itu. Menunjukkan betapa perhatiannya Pemkab pada kebudayaan dan ekonomi rakyat. Tapi, sepertinya rakyat itu-itu saja ya. Warga Gresik pinggiran tetap sebagai penonton pembangunan jalan-jalan cantik di kota.Â
Mungkin bukan prioritasÂ
Pemkab bukannya tidak punya duit atau keahlian. Saya rasa Gresik pinggiran memang bukan prioritas saja, itu mengapa perbaikan jalannya hanya di kecamatan dan sekitarnya saja. Sedikit gambaran, jalan raya di dusun Klotok dan Ngablak yang jauh dari pusat kecamatan saat ini masih banyak yang rusak parah. Bahkan, tidak sedikit warga yang kecelakaan saking buruknya kondisi jalan. Padahal saat ini sudah memasuki musim hujan, apa tidak tambah bahaya jalan-jalan itu dibiarkan begitu saja?Â
Kalau menurut Laporan Kinerja Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUTR) tahun 2022 memang sebanyak 52,60 persen kondisi jalan di Gresik itu dalam keadaan baik. Sementara 21,99 persen lainnya dalam kondisi sedang dan hanya 25,70 persen dalam kondisi rusak. Namun, angka 25,7 persen itu bisa menyumbang angka kecelakaan di jalan yang besar, lho. Jangan disepelekan.Â
Saya juga mempertanyakan, perbaikan jalan yang hanya di titik-titik tertentu itu saja itu atas pertimbangan apa, Pak Bupati? Apakah pertimbangan aktivitas ekonomi mengingat sebagian besar perbaikan jalan terjadi di dekat pasar dan titik-titik lalu-lalang truk industri? Kalau memang prasangka saya ini benar, saya sih tidak heran. Pasalnya, kata sosiolog Henri Lefebvre, ruang kota itu diproduksi, dikuasai dan dimekanisasi sedemikian rupa untuk kepentingan kapital. Ruang sosial selalu diperebutkan untuk memenangkan tujuan-tujuan ekonomis sang penguasa.Â
Tidak heran kalau ruang-ruang yang tidak bernilai ekonomis seperti di Klotok dan Ngablak tadi tidak menjadi prioritas. Saya rasa begitu pula dengan Gresik pinggiran secara umum, pembangunan dan perbaikan jalan tidak menjadi prioritas ya karena kurang mendatangkan cuan daripada jalan-jalan di kota.Â
Penulis: Mohammad Maulana Iqbal
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Nggak Enaknya Menjalani Hidup sebagai Orang Gresik Pinggiran Bagian Selatan
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.