Gedung Birao Tegal dan Lawang Sewu Semarang serupa bentuknya, tapi tidak sama nasibnya. Gedung Birao lebih sial.
Di dekat pintu keluar Stasiun Tegal terdapat sebuah bangunan tua dengan arsitektur Belanda yang kental. Bangunan itu bernama Gedung Birao. Pada masa pemerintahan Belanda, gedung ini digunakan untuk kantor perusahaan kereta api swasta Semarang-Cheribon Stoomtram Matschappij (SCS), anak perusahaan Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) yang ada di Semarang.
Saat pertama kali melihat bangunana lawas ini, saya yakin kalian akan merasa tidak asing. Seolah-olah kalian pernah melihat atau bahkan mengunjunginya. Apa yang kalian pikirkan tidak salah kok. Gedung Birao yang terletak di Jalan Pancasila, Kota Tegal memang mirip dengan bangunan bersejarah terkenal Lawang Sewu Semarang.
Disebut adiknya Lawang Sewu
Saking miripnya dua gedung itu, Gedung Birao Tegal kerap disebut sebagai adiknya Lawang Sewu. Kemiripan dua bangunan itu bukan tanpa alasan. Sang arsitek, Henri Maclaine Pont, memang sengaja membangunnya mirip dengan Lawang Sewu. Dia ingin memunculkan kesan keseragaman antar kantor-kantor milik NIS di berbagai kota.
Keduanya sama-sama punya banyak pintu. Itu mengapa warga menyebut Gedung Birao sebagai Lawang Satus yang berarti seratus pintu. Julukan itu mirip dengan Lawang Sewu yang berarti seribu pintu. Warga menyertakan kata “satus” yang lebih kecil dari “sewu” karena Gedung Birao memang tidak seluas Lawang Sewu. Bangunan itu berdiri di atas lahan seluas 7.106 meter persegi, sementara luas Lawang Sewu mencapai dua kali lipatnya 18.232 meter persegi.
Kemiripan lainnya, kedua bangunan itu punya bagian pelengkung pada gang sekeliling ruang kantor dan tangga utama. Konsep bangunan juga sama-sama dibuat meninggi agar terkesan megah. Tidak lupa penggunaan jendela yang besar supaya ruangan memiliki sirkulasi udara yang baik.
Baca halaman selanjutnya: Gedung Birao Tegal dari …