Sinetron dan FTV Indonesia kerap punya pola yang sama: cerita cinta antarkelas, disertai bullying, dan Jakarta-sentris. Ramuan tersebut bisa dibilang berhasil. Terutama, bikin penonton tertawa.
Tertawanya itu bukan karena unsur komedi, tapi karena tidak masuk akal. Jatuh cinta antarkelas itu saja sudah bisa dibilang tidak masuk akal. Masih ditambah klise-klise yang jelas nggak mungkin kejadian.
Selain itu, ceritanya selalu tentang masalah-masalah orang yang hidup di kota besar. Jelas itu nggak bakal relate buat banyak orang di Indonesia. Bahkan ketika mereka berusaha “membumi” dengan bawa-bawa Jawa sekalipun, mereka gagal. Contoh nih, dalam FTV, orang Jawa bicaranya medok dan memakai beskap dan blangkon.
Medoknya sih, okelah, lidah susah ditipu. Tapi, beskap dan blangkon? Ayolah.
Kalau yang Jawa saja merasa tidak bisa memahami dan relate cerita FTV Indonesia, apalagi saya yang nggak jawa. Sebagai anak yang tumbuh di pedalaman Borneo, saya begitu asing dengan banyak cerita dan adegan di sinetron dan FTV Indonesia.
Contoh nih, adegan tertabrak truk. Saya waktu nonton adegan tersebut, jujur saja bingung. Kok bisa sih tertabrak truk? Di tempat saya nggak mungkin.
Soalnya, saya keluar rumah langsung berhadapan dengan sungai. Kalau ada truk di sungai malah histeris orang di kampung saya.
Maklum, pola permukiman di kampung saya mengikuti aliran sungai. Jadi, bayangan mobil-mobil beroda lebih dari empat berseliweran itu adalah bayangan nggak masuk akal.
Nah, buat produser atau siapapun yang bertanggung jawab sama cerita FTV, saya beri beberapa ide biar karya kalian bisa relate sama orang luar Jawa. Juga biar akurat aja sih, agar kejadian orang Jawa pake beskap dan blangkon tiap saat itu nggak terulang lagi.
Inilah skenario FTV dan sinetron andai setting mereka di Kalimantan.
#1 Tokoh utama anak cukong sawit
Establish shot sinetron umumnya memperlihatkan rumah ala orang kaya bercat putih tingkat. Biasanya orang tua mereka berprofesi sebagai direktur perusahaan, yang hanya muncul ketika adegan sarapan atau sedang telepon di mobil. Sarapannya roti, itu pun berapa gigit doang. Abis itu langsung pergi sambil bilang, “Dah dulu ya, Mah, Papah udah telat, mau meeting nih!”
Kalau setting-nya Kalimantan, beda. Rumahnya beratap sirap kayu ulin, terus sarapannya ya nggak roti doang. Nggak tau dah sarapannya apa, bebas. Tapi yang jelas, berangkat pagi bukan buat meeting, tapi ngecek kebun. Soalnya bapaknya cukong sawit. Lebih relate itu.
#2 Tidak ada adegan keluar rumah tertabrak truk
Adegan klise tertabrak kendaraan saat keluar rumah nggak bakalan ada. Tokoh koma dengan perban yang mirip sarung dililit itu nggak bakalan ada. Lagian kalau cuman lecet apa bocor, kagak bisa apa dijahit doang? Perasaan nggak perlu sekepala diperban semua.
Sebagai wilayah dengan kepadatan penduduk termasuk rendah, tidak banyak jenis kendaraan yang bisa ditemukan di pedalaman Kalimantan. Untuk daerah yang hanya bisa dijangkau kelotok atau perahu bermesin, adegan tenggelam di speedboat akan lebih terasa masuk akal.
#3 Hardselling Indomie Soto Banjar
Sebelum beredar luas di dua toko ritel paling masif di Indonesia, Indomie Soto Banjar ibarat menjadi oleh-oleh khas perantau asal Kalimantan. Saking eksklusifnya, bahkan saya harus melakukan kalkulasi yang tepat dan akurat agar satu kardus Indomie Soto Banjar cukup untuk dibagi kepada teman-teman di perantauan dan tentunya untuk saya nikmati sendiri.
Saking banyak peminatnya, saya yakin bakal banyak hardselling Indomie Soto Banjar. Contoh nih, sarapan pake Indomie, atau makan malam pake Indomie gitu. Pokoknya adegan makan, menunya Indomie semua. Kan pas tuh kalau cinta antarkelas, tiap saat makannya mi terus sampe rontok ususnya.
#4 Paman pentol keliling
Tak ada yang beda dengan penjaja kaki lima di Kalimantan. Hanya saja pembeli biasanya tidak langsung membawa pulang jajanan, melainkan dimakan di tempat. Terutama pentol. Setiap orang yang makan harus mengingat berapa banyak bulatan yang sudah masuk mulut.
#5 Kuyang lepas dari pemilik tubuhnya
Kalau tadi FTV friendly, sekarang saya kasih ide buat sinetron azab. Kalau ada PH yang berencana bikin sinetron azab ber-setting di Kalimantan, bisa banget tuh ambil cerita kuyang. Nanti ada adegan kuyang lepas dari tubuh gitu dan patroli cari mangsa.
Terus rukyahnya gimana? Ya nggak tahu kan saya bukan tukang rukyah, Bg.
Itulah lima skenario jika FTV Indonesia mengambil setting di luar Jawa, tepatnya di Kalimantan. Biar nggak Jakarta-sentris, ada baiknya PH ambil kesempatan untuk ke luar Jawa. Kalau tertarik sama ide saya, bisa sih japri saya, bisa bangettt.
Penulis: Nabila Afsya Nur Fadhila
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Kalimantan itu Isinya Nggak Cuma Hutan, Kuyang, dan Perdukunan, Bos