Driver ojol dan taksol di Bali, menurut saya, adalah yang terbaik sejauh ini. Nggak pernah sekali pun saya mengeluh atas pelayanan mereka
Di zaman yang semakin ribet dan stres, saya kira banyak orang di luar sana mendambakan kemudahan untuk hal-hal remeh. Nah, persoalan transportasi adalah satu hal yang kerap kali menjadi momok banyak orang. Gimana nggak, meski sekarang pilihan transportasi sudah sangat mudah tetap saja itu tidak sebanding dengan hidup yang serba cepat dan penuh tekanan ini.
Busway ada, tapi lama dan antre. Taksi juga ada, tapi harganya mahal. Ojek juga ada, tapi nggak nyaman. Alhasil, kemunculan transportasi online seperti Grab dan Gojek tentu bagaikan oase di tengah padang pasir. Tapi tentu saja kemunculan transportasi online ini tidak lantas memberantas kesulitan secara menyeluruh. Ada saja masalah yang mengitarinya.
Tapi, semua hal menyebalkan soal transportasi online seolah hilang ketika saya ke Bali beberapa waktu lalu. Selama seminggu di sana, pelayanan mereka betulan bintang 5.
Daftar Isi
Driver di Bali ramah dan bersih
Hal pertama yang menjadi perhatian saya adalah driver ojol dan taksol, baik itu dari Grab maupun Gojek, hampir semuanya ramah. Saya berani bilang demikian lantaran selama saya berada di Bali, kendaraan saya setiap hari adalah naik Grab atau Gojek. Sehari bisa sampai 2-3 kali, sehingga saya bisa membuktikannya sendiri.
Pertama kali saya pesan taksi online di Bali ini saat saya hendak kembali ke hotel pada dini hari. Awalnya saya mengira driver-nya bakalan sok ramah dengan menanyakan banyak hal layaknya di Surabaya. Apalagi saat itu saya habis dari rumah sakit sehingga rawan banget ditanya ini-itu. Namun, yang mengejutkan adalah driver-nya menyambut dengan senyum dan nada suara yang sangat adem. Kemudian, setelah berkali-kali naik taksol dan ojol dari kedua brand tersebut ternyata driver-nya memang luar biasa ramah. Mereka tidak pernah ceramah ini-itu, mencari tahu hal-hal pribadi, dan yang terpenting nggak jutek.
Bahkan, saking ramahnya mereka sampai memberikan doa sederhana seperti “semoga cepat diberikan kesembuhan”. Di sisi lain, saya juga sangat amaze dengan penampilan driver ojol yang bersih dan rapi banget. Mereka selalu pakai seragam lengkap dan rapi. Jarang banget yang pakai baju santai apalagi jaket buluk.
Fasilitas oke punya
Selain itu, fasilitas taksol di Bali juga keren banget. Ini adalah salah satu culture shock yang saya alami selain soal budaya dan lingkungan. Umumnya, taksol di Surabaya itu hanya sekadar antar-jemput saja. Soal hiburan di mobil itu sudah urusan masing-masing. Kalau di Bali nggak begitu, gaes. Dari pertama kali pesan taksol, drivernya selalu memutar musik. Lha apa istimewanya?
Gini, orang yang punya mobil itu pasti punya kuasa. Kalau dia suka dangdut, ya bisa aja dia memutar lagu dangdut selama perjalanan. Kalau dia nggak suka musik, ya nggak bakal nyetel musik di mobil. Tapi kalau di Bali, mereka selalu memutar lagu yang lagi tren. Kerennya lagi, mereka itu pintar banget dalam memilih lagu. Contohnya mereka lebih memilih lagu slow atau versi cover agar suasana perjalanan jauh lebih nyaman. Selain itu, saya juga pernah menemukan taksol yang menyediakan air minum dan permen untuk para penumpangnya. Minumnya nggak kaleng-kaleng gaes, mereknya Aqua yang berukuran tanggung. Ada juga lho taksol yang menyediakan tempat sampah kecil biar nggak buang sampah di jendela.
Driver di Bali (mau) kooperatif dan siaga
Hal lain yang paling saya suka dari taksol dan ojol di Bali adalah drivernya yang sangat kooperatif. Maksudnya, kalau ada masalah maupun hal-hal nggak terduga selalu bisa didiskusikan bersama. Misalnya nih, saya sempat ada barang tertinggal. Yang bikin saya senang, drivernya itu lho mau mengantarkan kita kembali ke tempat semula. Dia mau menunggu dan nggak ngambek. Berbeda dengan pengalaman saya di Surabaya maupun kota lain yang driver-nya suka ogah-ogahan.
Pernah juga saya salah destinasi. Saat itu saya ingin ke pusat oleh-oleh Krisna yang terbaru dan terbesar, tapi karena saya nggak yakin di mana jadi saya klik yang di Sunset Road. Eh, ternyata salah dan pilihan destinasi di aplikasi tidak bisa diganti ulang. Untungnya, sang driver mau-mau aja mengantar kita ke Krisna yang baru. Tentunya kita memberikan uang lebih sebagai tanda terima kasih.
Oh iya, driver di Bali itu juga selalu siap siaga kalau soal uang kembalian. Selama saya naik taksol, mereka nggak pernah mengeluh minta uang pas atau nggak ada kembalian. Ini nih yang bikin para penumpang senang, khusunya buat orang tua yang nggak tahu soal dompet digital.
Kendaraan terawat
Terakhir, saya juga sangat salut dengan kendaraan ojol dan taksol yang oke. Selama di Bali, saya selalu mendapatkan driver yang kendaraannya bagus-bagus. Bukan berarti kendaraannya pakai BMW atau Ferrari ya, maksudnya tuh kendaraan mereka sangat bersih dan terawat. Meski cuma Sigra, tapi dapat dipastikan joknya nyaman, wewangian nggak bikin pusing, AC-nya dingin, dan lain sebagainya. Bahkan, saudara saya sempat dapat taksol Innova lho. Katanya, mobilnya nyaman sekali seperti baru.
Yang ojol pun sama. Motornya rata-rata terawat serta helmnya layak dan nggak berbau. Kalau kendaraannya terawat dan bersih seperti ini kan jelas bikin penumpang jadi betah. Apalagi lalu lintas di Bali nggak karuan, sehingga sering kali macet. Alhasil, taksol maupun ojol harus nyaman biar penumpang nggak stres selama perjalanan.
Kemunculan transportasi online memang merupakan angin segar di kehidupan yang makin sibuk ini. Layanan ini menawarkan kemudahan bagi penggunanya dalam memesan transportasi motor maupun mobil. Sayangnya, kemunculan layanan ini tentu tidak lantas bebas dari masalah. Ada masalah seputar driver, kendaraan, aplikasi, dll. Namun, semua masalah itu hampir hilang ketika saya mencicipi transportasi online di Bali. Pelayanannya yang luar biasa membuat saya selalu ikhlas ketika membayar, bahkan dilebihkan pun saya rela. Semoga pelayanan seperti ini jadi panutan driver ojol dan taksol kota-kota lain ya.
Penulis: Bella Yuninda Putri
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Culture Shock Orang Jawa yang Merantau ke Bali