Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Dosen Ngewajibin Mahasiswa Beli Bukunya Itu Sebenernya Pantes Nggak sih?

Imron Amrulloh oleh Imron Amrulloh
18 Desember 2020
A A
menyikapi dosen yang tak pernah praktik kerja berdebat dengan dosen

menyikapi dosen yang tak pernah praktik kerja berdebat dengan dosen

Share on FacebookShare on Twitter

Saya sih mau-mau saja ketika membeli buku referensi yang disebutkan oleh dosen. Yang jadi masalah itu ketika dosen mewajibkan mahasiswa untuk membeli buku karangannya. Tapi, sebenarnya pantes nggak sih kalau ada dosen yang mewajibkan mahasiswa membeli buku karangannya?

Yang membuat saya bertanya-tanya adalah mengapa harus buku itu, apa nggak ada sumber lain? Atau malah sumber lain itu dianggap nggak kompeten? Apa mungkin dosen mewajibkan membeli buku karangannya sebab akan lebih enak dan bisa lebih jelas saat menjelaskan materi kepada mahasiswa? Yang terakhir yang paling masuk akal aman sih.

Hal di atas adalah masalah umum yang sering dijumpai oleh mahasiswa. Bagaimana kalau kasusnya begini, pada awal perkuliahan dosen menyediakan sepuluh referensi yang bebas dipilih dan tidak harus membeli salah satunya, termasuk satu buku karangan beliau di dalamnya. Dalam proses perkuliahan mahasiswa bebas memilih beberapa sumber asalkan dari sepuluh buku yang sudah disepakati sebelumnya.

Tiba-tiba setelah ulangan tengah semester (UTS) sang dosen sambat jika nilai mahasiswanya jeblok semua, jadinya sang dosen membuat pengumuman begini “Jadi ini kemarin nilai UTS-nya jeblok semua, rencananya minggu depan saya akan adakan remedial. Namun, remedial ini hanya boleh diikuti bagi mahasiswa yang sudah memiliki buku karangan saya, bagi yang tidak memiliki buku saya tidak diperkenankan mengikuti remedial”. Seketika itu hati saya langsung mak deg mak tratap “Wah piye iki, Buos? Tombok aku ngerjakne sak isone, ra tuku bukune neh” kira-kira begitu isi suara hati saya.

Di tengah ketidakjelasan hati saya, tiba-tiba sang dosen datang kembali bagaikan bidadari “Oh iya, kalau ada yang mau beli sekarang, minggu depan boleh ikut remedial” seketika itu keributan di hati saya mulai mereda “wah untung gek iso tuku, bakal remidi iki”. Tapi, sebenarnya saya heran, kenapa beli buku jadi syarat remidi. Belum sempat saya mikir begitu tiba-tiba sang dosen kembali lagi membawa penawar syukur “Tapi tidak bisa kalau pesannya satu-satu, minimal sepuluh orang baru bisa, dan pesannya juga harus lewat saya, jadi bisa saya data”. Masa iya saya harus membentuk koalisi hanya untuk membeli buku?

Kembali lagi ke pernyataan saya yang pertama, Orang tua saya nggak masalah kalau harus beli buku buat kuliah. Yang jadi masalah itu kenapa buku tersebut dijadikan syarat remidi, sudah begitu mendadak banget ngasih pengumumannya. Apa nggak ada syarat lain yang lebih mudah gitu? Misal minimal kehadiran berapa persen atau apa gitu. Masalahnya kuliah kan masih daring, jadinya belum banyak mahasiswa yang kembali ke lingkungan kampus. Kasihan yang ada di luar Jawa, ongkirnya mahal banget, malah bisa setengah dari harga bukunya. Sudah begitu durasi pengirimannya bisa seminggu lebih, jadinya ya nggak bisa buat belajar pas remidi bukunya.

Eh, tapi apa mahasiswa belajar pas mau ngerjain ulangan? Saya rasa tidak. Tapi, ya harusnya dosen memperhitungkan hal tersebut, siapa tahu masih ada mahasiswa yang belajar. Selain itu di kampus saya banyak banget yang berasal dari luar Jawa, khususnya dari wilayah WITA. Selain itu untuk minimal sepuluh pemesan nggak akan bisa kalau sehari, minimal dua hari lah.

Anggap saja sudah terkumpul sepuluh pemesan deh. Setelah terkumpul sepuluh pemesan, baru bisa pesan ke dosennya, setelah itu dosen meneruskan pesanan ke penerbit, penerbit menerima pesanan, packing, setelah packing dikirim ke kantor cabang ekspedisi. Dari kantor cabang diangkut ke gudang, di gudang disortir berdasarkan tujuan, dimasukin ke truk, truk sampai pelabuhan, truk naik kapal, truk turun dari kapal, truk sampai di gudang kota tujuan, dari gudang diantar ke kantor cabang, kantor cabang ngirim ke rumah pemesan. Pokoknya lama banget, belum lagi dipotong hari Minggu. Saya rasa nggak akan cukup kalau seminggu.

Baca Juga:

4 Hal yang Perlu Kalian Ketahui Sebelum Bercita-cita Menjadi Dosen (dan Menyesal)

Dosen yang Mewajibkan Mahasiswa Beli Bukunya Sendiri Itu Kenapa, Sih?

Nah, ada cerita menarik dari teman saya yang berasal dari luar Jawa. Berdasarkan pengalamannya, teman saya ini sudah bisa memastikan jika bukunya nggak akan sampai dalam seminggu. Alasan sebenarnya sih nggak mau bayar ongkir lebih dari separuh harga bukunya. Untuk menyiasati hal tersebut, teman saya ini tetap pesan bukunya tapi dikirim ke rumah temannya yang ada di Jawa, yang penting memenuhi syarat untuk remidi. Wajib dan nggak wajib itu terserah dosen, tapi urusan beli dan nggak beli juga harusnya jadi urusan mahasiswa. Jangan dipaksakan, ujung-ujungnya cuma jadi syarat remidi, bukannya jadi bahan pembelajaran soal remidi.

Lagian, hal kek gitu kan bikin curiga. Ah mainnya nggak cantik.

BACA JUGA Vaksin Gratis Bukan Berarti Masalah Selesai, Ingat, Ini Indonesia dan tulisan Imron Amrulloh lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 18 Desember 2020 oleh

Tags: BukuDosenMahasiswawajib
Imron Amrulloh

Imron Amrulloh

Seorang pengangguran baru yang sedang mencoba dan terus mencoba.

ArtikelTerkait

5 Hal Lumrah di UNS, tapi Bikin Mahasiswa Kampus Lain Melongo Mojok.co

5 Hal Lumrah di UNS yang Bikin Mahasiswa Kampus Lain Keheranan

19 November 2025
buku bajakan buku-buku baru buku musik mojok

Membeli Buku-buku Baru walau yang Lama Belum Dibaca Bukanlah Sebuah Dosa

27 Juli 2020
hidup tanpa circle pertemanan itu asyik dan simpel mojok.co

5 Alasan Nggak Punya Circle Itu Nggak Buruk-buruk Banget

27 Agustus 2020
Derita Saya Menjadi Mahasiswa Jurusan Pertanian di Universitas Negeri

Derita Saya Menjadi Mahasiswa Jurusan Pertanian di Universitas Negeri

5 September 2023
10 Jurusan Kuliah Terfavorit, Panduan bagi Mahasiswa yang Ingin Punya Karier Cemerlang di Dunia Kerja Mojok.co

10 Jurusan Kuliah yang Bakal Punya Karier Cemerlang di Dunia Kerja, Sebuah Panduan bagi Calon Mahasiswa Baru

24 Oktober 2023
Trik Bertanya Ke Dosen biar Nggak Dikira Caper

Trik Bertanya Ke Dosen biar Nggak Dikira Caper

19 Oktober 2023
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

3 Rekomendasi Brand Es Teh Terbaik yang Harus Kamu Coba! (Pixabay)

3 Rekomendasi Brand Es Teh Terbaik yang Harus Kamu Coba!

18 Desember 2025
Jalur Wlingi-Karangkates, Penghubung Blitar dan Malang yang Indah tapi Mengancam Nyawa Pengguna Jalan

Jalur Wlingi-Karangkates, Penghubung Blitar dan Malang yang Indah tapi Mengancam Nyawa Pengguna Jalan

17 Desember 2025
Selo, Jalur Favorit Saya untuk Pulang ke Magelang dari Solo Mojok.co

Selo, Jalur Favorit Saya untuk Pulang ke Magelang dari Solo

14 Desember 2025
Niat Hati Beli Mobil Honda Civic Genio buat Nostalgia, Malah Berujung Sengsara

Kenangan Civic Genio 1992, Mobil Pertama yang Datang di Waktu Tepat, Pergi di Waktu Sulit

15 Desember 2025
Bali, Surga Liburan yang Nggak Ideal bagi Sebagian Orang

Pengalaman Motoran Banyuwangi-Bali: Melatih Kesabaran dan Mental Melintasi Jalur yang Tiada Ujung  

19 Desember 2025
Kasta Sambal Finna dari yang Enak Banget Sampai yang Mending Skip Aja

Kasta Sambal Finna dari yang Enak Banget Sampai yang Mending Skip Aja

19 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Nyaris Menyerah karena Tremor dan Jantung Lemah, Temukan Semangat Hidup dan Jadi Inspirasi berkat Panahan
  • Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang
  • Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas
  • UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar
  • Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi
  • Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.