Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kampus

Dosen Munafik Maksa Mahasiswa Baca Jurnal Biar Skripsi Makin Canggih, tapi Dia Sendiri Nggak Pernah Baca Jurnal Lagi Sejak Lulus S2

Muhammad Asgar Muzakki oleh Muhammad Asgar Muzakki
18 Oktober 2025
A A
Dosen Munafik Berhenti Belajar, Tapi Sok Paling Tahu (Unsplash)

Dosen Munafik Berhenti Belajar, Tapi Sok Paling Tahu (Unsplash)

Share on FacebookShare on Twitter

Dalam multiverse tugas akhir, setiap dosen punya satu mantra sakral yang diulang-ulang di setiap bimbingan: novelty. Kata yang terdengar ilmiah, tapi efeknya seperti jampi. Bikin panik, bikin begadang, tapi nggak jelas hasilnya. Untuk mendapatkannya, mahasiswa mesti membaca penelitian maksimal lima tahun terakhir.

“Harus ada kebaruan!” kata seorang dosen, tanpa menyadari bahwa kalimat itu sendiri sudah diulang ribuan kali tanpa kebaruan. Mahasiswa yang tidak memenuhi syarat itu akan segera dikafirkan secara metodologis.

Padahal, tuntutan kebaruan itu sering datang dari dosen yang, boleh jadi, terakhir membuka jurnal saat masih menulis tesis S2. Ilmu yang mestinya terus mengalir  jadi seperti air di bak mandi: menggenang dan keruh.

Tuntutan aneh dari para dosen

Sebagian dosen menuntut agar penelitian mahasiswa bersanad global atau ada kesinambungan dengan riset luar negeri. Ide yang indah, sebenarnya. Karena ilmu memang tak bisa berdiri sendirian. Ia mesti nyambung ke percakapan akademik yang lebih luas.

Kayak bunyi kutipan di halaman Google Scholar itu: “Berdiri di atas Bahu Raksasa.” Masalahnya, sebagian dari yang menuntut itu bahkan belum pernah naik ke bahu siapa pun, apalagi raksasa.

Dan di balik seruan agar mahasiswa membaca jurnal internasional, ada pula oknum yang sertifikat TOEFL-nya pun hasil nembak. Dengan kemampuan bahasa yang cuma kuat di “i love you” dan “yesterday go where”, tapi sudah berani bicara soal diskursus global dan “state of the art”.

Kondisi ini mirip dengan fenomena motivator di era 2000-an. Mereka piawai memberi nasihat cinta dan keluarga, tapi rumah tangganya sendiri medium ugly. Seperti kata salah satu penulis Mojok, “Kesalahan itu bakal jadi lebih memuakkan kalau datang bersama kemunafikan.” 

Kalau diterjemahkan ke dunia kampus, kemunafikan itu muncul ketika dosen paling getol menyuruh mahasiswa membaca. Eh, dirinya sudah pensiun dari kebiasaan itu sejak lulus S2.

Baca Juga:

Dosen yang Minta Mahasiswa untuk Kuliah Mandiri Lebih Pemalas dari Mahasiswa Itu Sendiri

Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

Guyonan kerja berat, bayaran kecil

Namun tentu saja fenomena itu tidak sepenuhnya salah dosen. Dalam guyon internal mereka, “Dosen itu singkatan dari: kerjanya se-Dos, gajinya se-Sen. Kerjaannya bikin stres, gajinya bikin mengelus dada.”

Untuk mempertahankan sertifikasi, mereka wajib memperbarui tiga hal setiap tahun: mengajar 12 SKS, meneliti, dan mengabdi kepada masyarakat (disingkat PkM). Yang pertama tentu bisa berjalan; dua sisanya bergantung pada dana hibah yang sering tak kunjung turun. Akhirnya, riset dilakukan setengah hati: data seadanya, ide hasil daur ulang, dan laporan yang lebih banyak formalitas daripada penemuan.

Belum lagi beban administratif. Ada laporan BKD, unggah dokumen, validasi di situs yang error di saat genting. Dengan semua itu, kalau mereka masih sempat baca jurnal, sungguh luar biasa. Tapi bukan berarti itu jadi pembenaran untuk berhenti membaca. Karena justru di situ letak martabat dosen: menjaga diri agar tidak kalah rajin dari mahasiswa yang mereka bimbing.

Tidak semua dosen kayak gitu

Mahasiswa hari ini sebenarnya sudah cukup pintar. Kampus, bagi mereka, bukan satu-satunya sumber ilmu, tapi tempat berdiskusi dan menegosiasikan ide. Mereka bisa mengkhatamkan satu RPS mata kuliah dalam satu malam, bukan karena jenius, tapi karena semua bahan sudah rembes ke internet.

Seperti kata Tom Nichols dalam “The Death of Expertise”, informasi hari ini sudah terlalu mudah diakses. Kampus bukan lagi tangga menuju ilmu, tapi hanya menjadi tangga menuju gelar.

Di tengah dunia yang berubah ini, sebagian dosen mencoba bertahan. Mereka merasa tech-savvy, percaya diri karena sudah tahu cara nanya ke ChatGPT, Claude, Deep Seek, dan sejenisnya. Selama kuota masih ada, mereka tak gentar menghadapi pertanyaan aneh-aneh dari mahasiswa. Tapi begitu kuotanya habis, maka hilang juga ilmunya.

Namun, di balik semua itu, kita perlu ingat. Tidak semua dosen seperti itu. Banyak yang tetap membaca, menulis, dan menyalakan semangat ilmiah di kelas. Mereka yang mempersiapkan materi bukan sekadar copy-paste dari ppt lama, tapi juga dengan semangat ingin tumbuh bersama mahasiswa.

Sayangnya, citra mereka sering mahjub, tertutup oleh segelintir oknum yang berhenti belajar tapi tetap ingin tampak paling tahu. Akibatnya, kampus yang semestinya menjadi ruang pencarian kebenaran justru berubah menjadi panggung pencitraan. Tempat ilmu dipamerkan, bukan dipelajari.

Penulis: Muhammad Asgar Muzakki

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Kelakuan Dosen yang Bikin Ngelus Dada, Seenaknya Sendiri dan Bikin Naik Pitam Mahasiswa

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 18 Oktober 2025 oleh

Tags: Dosenjurnal internasionalMahasiswaskor toeflSkripsi
Muhammad Asgar Muzakki

Muhammad Asgar Muzakki

Suka Blokees. Nggak suka gacha.

ArtikelTerkait

demonstrasi tolak omnibus law uu cipta kerja garut pt chang shan reksa jaya alasan buruh ikut aksi mojok.co

Bertanya Langsung Alasan Buruh Garut Ikut Demo Omnibus Law Cipta Kerja 

9 Oktober 2020
Pengalaman Saya Menjadi Joki Skripsi yang Penghasilannya Nggak Main-main terminal mojok.co joki tugas

Kok Bisa Ada Mahasiswa yang Bangga Pakai Jasa Joki Tugas, Sehat, Bos?

5 Februari 2023
5 Istilah Unik yang Cuma Diketahui Mahasiswa UT Terminal Mojok

5 Istilah Unik yang Cuma Diketahui Mahasiswa UT

12 November 2022
masa lalu

Mahasiswa Sekarang dan Romantisme Masa Lalu yang Bikin Kesel

30 September 2019
Bagi Saya, Nggak Masalah kalau Ada Teman Minta Jasa Gambar Gratis terminal mojok.co

Masa Bodoh Dibilang Antisosial, Kerja Kelompok Emang Banyak Nggak Enaknya kok

27 Mei 2020
Cari Beasiswa di Kampus Swasta Sulit, Masih Lebih Banyak Stok Mie Instan di Kosan

Cari Beasiswa di Kampus Swasta Sulit, Masih Lebih Banyak Stok Mie Instan di Kosan Saya

10 Agustus 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Indomaret Tidak Bunuh UMKM, tapi Parkir Liar dan Pungli (Pixabay)

Yang Membunuh UMKM Itu Bukan Indomaret atau Alfamart, Tapi Parkir Liar dan Pungli

6 Desember 2025
Ketika Warga Sleman Dihantui Jalan Rusak dan Trotoar Berbahaya (Unsplash)

Boleh Saja Menata Ulang Pedestrian, tapi Pemerintah Sleman Jangan Lupakan Jalan Rusak dan Trotoar Tidak Layak yang Membahayakan Warganya

3 Desember 2025
Betapa Merananya Warga Gresik Melihat Truk Kontainer Lalu Lalang Masuk Jalanan Perkotaan

Gresik Utara, Tempat Orang-orang Bermental Baja dan Skill Berkendara di Atas Rata-rata, sebab Tiap Hari Harus Lawan Truk Segede Optimus!

30 November 2025
3 Alasan Saya Lebih Senang Nonton Film di Bioskop Jadul Rajawali Purwokerto daripada Bioskop Modern di Mall Mojok.co

3 Alasan Saya Lebih Senang Nonton Film di Bioskop Jadul Rajawali Purwokerto daripada Bioskop Modern di Mall

5 Desember 2025
Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

2 Desember 2025
4 Aturan Tak Tertulis Berwisata di Jogja agar Tetap Menyenangkan Mojok.co

4 Aturan Tak Tertulis Berwisata di Jogja agar Liburan Tetap Menyenangkan

30 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lagu Sendu dari Tanah Minang: Hancurnya Jalan Lembah Anai dan Jembatan Kembar Menjadi Kehilangan Besar bagi Masyarakat Sumatera Barat
  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.