Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Dilema Penerima Beasiswa yang Susah Untuk Kritis

Iqbal AR oleh Iqbal AR
10 September 2019
A A
penerima beasiswa

penerima beasiswa

Share on FacebookShare on Twitter

“Dapat beasiswa dari pemerintah kok kerjaannya kritik pemerintah,” kalimat itu sering saya temukan di linimasa media sosial, terkait kasus yang menimpa aktivis dan pejuang HAM, Veronica Koman. Apalagi soal posisi Veronica Koman yang berdiri membela masyarakat Papua dalam beberapa kasus belakang. Veronica Koman dianggap tidak bersyukur atas beasiswa yang diberikan pemerintah padanya. Mengutip tulisan Elizabeth Glory Victory di Vice, “apakah bersikap kritis pada pemerintah, yang telah memberimu beasiswa, merupakan tindakan serupa pameo “menggigit tangan yang memberimu makan?” Kalimat ini membuat saya pikir-pikir lagi.

Apa yang menimpa Veronica Koman seakan menegaskan sebuah logika berpikir, bahwa kita tidak boleh kritis, tidak boleh menentang, tidak boleh protes, kepada siapa pun yang memberi kita “uang.” Ibaratnya, balas budi kita kepada yang memberikan “uang” adalah dengan menuruti apa pun rencananya, dan mengiyakan segala perintahnya. Artinya, ketika kita diberikan keuntungan (uang), maka hak kita untuk berpikir kritis otomatis diambil oleh si pemberi uang. Bukan begitu logikanya?

Tapi dalam kasus Veronica Koman, bukankah beasiswa yang diberikan juga berasal dari uang rakyat? Dan bukankah pemerintah memang punya tanggung jawab membantu pendidikan warganya? Kalau begini, logika di atas harusnya tak berlaku lagi, alias nggak benar, dong? Tap nyatanya masyarakat nggak secerdas itu. Termasuk saya, yang mengalami hal yang bisa dibilang mirip-mirip.

Saya adalah mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi, beasiswa pemerintah untuk pendidikan tinggi yang membebaskan biaya kuliah selama 4 tahun. Saya sudah menikmati subsidi pemerintah ini selama tiga tahun, dan tahun depan adalah tahun terakhir subsidi tersebut. Mau nggak mau, saya berterima kasih pada pemerintah, sebagai penyedia dan penyalur beasiswa tersebut. Tanpa beasiswa tersebut, saya mungkin nggak bakal merasakan rasanya kuliah.

Sudah terdengar seperti testimoni, belum?

Tapi saya mengalami satu dilema dalam hidup saya. Sebagai penerima beasiswa pemerintah, saya masih merasa canggung untuk kritis pada pemerintah secara terbuka. Jangankan pada pemerintah, pada kampus saja saya masih canggung untuk kritis. Pada kampus, misalnya, ketika saya tahu bahwa ternyata biaya kuliah di kampus saya semakin mahal, saya tidak bisa bicara anyak tentang hal itu. Kalau saya ikut protes atau semacamnya, saya pasti dibilang, “udah syukur kuliah dibiayain, masih protes saja!” Ya jadinya saya diam saja selama ini.

Saya juga pernah, ketika akan mengkritik soal militerisme di kampus, saya menulis kritik saya dan berencana mengirimkannya ke lomba menulis yang diadakan oleh majalah kampus. Tahu hal itu, salah satu teman saya mengingatkan, bahwa saya itu mahasiswa penerima beasiswa bidikmisi. Lebih baik, jangan menulis tentang hal-hal seperti ini dulu. Teman saya ini takut, kalau misal ada apa-apa, beasiswa saya akan dicabut. Itu baru lingkup kampus, belum lingkup negara yang tentu hantamannya lebih keras.

Gini, deh, lingkup kelurga saja, saya masih canggung untuk kritis. Saya beri contoh kasus saya. Om dan Tante saya adalah orang yang bisa dibilang punya andil dalam membantu hidup dan pendidikan saya. Mereka berdua sering memberi saya uang untuk jajan kuliah, atau untuk beli ini dan itu. Tapi, saya dan mereka berdua punya pandangan dan pemikiran yang berbeda. Misalnya ketika kasus Abdul Somad kemarin. Om dan Tante saya yang seorang Abdul Somad’s die-hard fans, mengajak saya diskusi. Saya yang nggak suka Abdul Somad, pingin banget melawan semua argumen-argumen mereka berdua. Tapi saya nggak mampu. Bukan apa-apa, saya takut dibilang nggak tahu diuntung, nggak tahu terima kasih, dan macamnya.

Baca Juga:

Sisi Gelap Jadi Penerima Beasiswa Luar Negeri

Mahasiswa Kelas Menengah: Tidak Miskin Menurut Data, Tetap Sengsara Menurut Realitas

Ya wajar, lah, pemikiran orang Indonesia kebanyakan kan masih seperti itu. Seakan-akan, kita itu dilarang kritis pada orang yang berjasa pada hidup kita. Padahal, kalau memang ada yang nggak benar, ya harus dikritisi, dong. Meskipun itu adalah orang tua kita, saudara kita, atau orang-orang yang berjasa pada hidup kita. Ya kalau pemikirannya masih seperti itu, ya sama saja mematikan nalar kritis masyarakat, dong!

Kembali soal beasiswa, memang masyarakat kita, dan pemerinta, masih belum paham soal ini. Mereka masih beranggapan bahwa penerima beasiswa adalah agen mereka, buzzer mereka. Seakan-akan penerima beasiswa diharamkan bersikap kritis pada pemerintah. Padahal, uang beasiswa kan juga dari rakyat, uang kita-kita juga, dan nggak dari kantong pribadi mereka. Jadi, mereka juga nggak punya hak mengatur nalar dan pikiran kita. Sebenarnya, ya. (*)

BACA JUGA Djarum Itu Rokok atau Alat Menjahit? atau tulisan Iqbal AR lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 10 September 2019 oleh

Tags: bdiikmisibeasiswabeasiswa pemerintahpenerima beasiswa
Iqbal AR

Iqbal AR

Penulis lepas lulusan Sastra Indonesia UM. Menulis apa saja, dan masih tinggal di Kota Batu.

ArtikelTerkait

Kuliah dengan Beasiswa Tetap Butuh Biaya Besar, Nggak Bisa Nol Rupiah

Kuliah dengan Beasiswa Tetap Butuh Biaya Besar, Nggak Bisa Nol Rupiah

20 Juli 2024
Bidikmisi Jadi Ajang Adu Miskin dan Manipulasi Data Beasiswa (Unsplash.com)

Bidikmisi Jadi Ajang Adu Miskin dan Manipulasi Data Beasiswa

8 Oktober 2022
Daftar Beasiswa Turki Adalah Cara Paling Mudah bagi Kalian yang Ingin Kuliah di Luar Negeri Mojok.co

Daftar Beasiswa Turki Adalah Cara Paling Mudah bagi Kalian yang Ingin Kuliah di Luar Negeri

29 Januari 2025
Sulitnya Mahasiswa Kelas Menengah yang Tak Pintar-pintar Amat Mendapatkan Beasiswa di Indonesia Terminal Mojok middle class

Sulitnya Mahasiswa Kelas Menengah yang Tak Pintar-pintar Amat Mendapatkan Beasiswa di Indonesia

8 Januari 2021
Lolos Beasiswa ke Luar Negeri Memang Hebat, tapi Tak Perlu Juga Menyebarkan Pikiran Sesat

Lolos Beasiswa ke Luar Negeri Memang Hebat, tapi Tak Perlu Juga Menyebarkan Pikiran Sesat

17 Agustus 2024
Panduan Lengkap Mendaftar Beasiswa LPDP 2024 (Unsplash)

Panduan Lengkap Mendaftar Beasiswa LPDP 2024: Syarat, Jenis, dan Cara Mendaftar

6 Desember 2023
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Niat Hati Beli Mobil Honda Civic Genio buat Nostalgia, Malah Berujung Sengsara

Kenangan Civic Genio 1992, Mobil Pertama yang Datang di Waktu Tepat, Pergi di Waktu Sulit

15 Desember 2025
Tombol Penyeberangan UIN Jakarta: Fitur Uji Nyali yang Bikin Mahasiswa Merasa Berdosa

Tombol Penyeberangan UIN Jakarta: Fitur Uji Nyali yang Bikin Mahasiswa Merasa Berdosa

16 Desember 2025
Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

17 Desember 2025
Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

20 Desember 2025
Toyota Vios, Mobil Andal yang Terjebak Label "Mobil Taksi"

Panduan Membeli Toyota Vios Bekas: Ini Ciri-Ciri Vios Bekas Taxi yang Wajib Diketahui!

18 Desember 2025
Tangsel Dikepung Sampah, Aromanya Mencekik Warga, Pejabatnya ke Mana?

Tangsel Dikepung Sampah, Aromanya Mencekik Warga, Pejabatnya ke Mana?

14 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Nyaris Menyerah karena Tremor dan Jantung Lemah, Temukan Semangat Hidup dan Jadi Inspirasi berkat Panahan
  • Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang
  • Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas
  • UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar
  • Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi
  • Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.