Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Diksar Mapala Kembali Memakan Korban: Haruskah Ada Tindak Kekerasan?

Aldhiyansyah Noerman oleh Aldhiyansyah Noerman
3 Oktober 2019
A A
diksar mapala

diksar mapala

Share on FacebookShare on Twitter

Pendidikan Dasar (Diksar) merupakan tahap yang biasa dilakukan untuk membentuk karakter serta mental setiap individu yang akan bergabung di dunia Pencinta Alam, tak terkecuali organisasi maupun Unit Kegiatan Mahasiswa lain di dalam kampus yang membutuhkan keterampilan tertentu di dalamnya.

Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala) selalu melaksanakan diksar kepada mahasiswa/i yang akan bergabung dengan konsep yang bermacam adanya, Diksar Mapala dilakukan di alam bebas sesuai dasar keterampilan anggotanya di dunia kepencintaalaman.

Dalam 5 tahun terakhir terdapat beberapa kasus Diksar Mapala yang memakan korban, tak perlu disebutkan Mapala mana saja yang pernah dibekukan oleh pihak kampus karena pendidikan mereka yang memakan korban. Bahkan awal Oktober 2019 ini muncul lagi korban keganasan Diksar Mapala di salah satu Universitas di Lampung, selain korban meninggal dunia terdapat satu korban lagi yang masih dirawat di rumah sakit dan ditemukan luka lebam dan memar di tubuhnya.

Saya adalah salah satu anggota Mahasiswa Pencinta Alam di salah satu Universitas Negeri di Surabaya, saya juga merupakan peserta Diksar pada tahun 2017 lalu sehingga bagi saya Diksar masih penting untuk dilakukan demi terjaganya kualitas anggota baru yang akan bergabung, sebab kegiatan Mapala harus dilakukan Standard Operating Procedure (SOP) yang jelas karena kita harus siap di segala kondisi ketika berkegiatan di alam bebas. Namun, haruskah Diksar identik dengan kekerasan, bentak-bentak dan hukuman?

Dua tahun lalu ketika mengikuti kegiatan Diksar, saya sudah mempercayakan kegiatan kepada panitia, pada saat itu panitia sudah mengedepankan SOP sejak awal saya mengikuti Technical Meeting mulai dari memeriksa riwayat penyakit setiap peserta, mewajibkan seluruh peserta untuk memenuhi paling tidak 75% jadwal latihan dan materi, serta harus menyertakan izin orang tua untuk mengikuti kegiatan di lapangan.

Ketika tiba pada hari-H, saya dan teman sejawat mendapat tekanan dari panitia dalam bentuk teriakan, bentakan, namun tak ada kontak fisik di sini. Saya harus melintasi bukit, lembah, tebing, serta sungai deras diiringi bentakan-bentakan panitia yang cukup membuat saya frustasi dan dengan terpaksa terus berjalan. Setelah di akhir kegiatan, seperti biasa ada malam keakraban antara panitia Diksar dan peserta, panitia menjelaskan seluruh kegiatan yang dilakukan serta maksud dan tujuannya. Saya bersyukur tentunya, Diksar yang saya ikuti tidak memakan korban yang pada saat itu banyak orang melabeli Mapala identik dengan kekerasan.

Dua tahun sudah berlalu, ternyata konsep Diksar yang saya ikuti, menggunakan konsep Experiental Learning yang diberikan kepada peserta agar selalu belajar sesuatu melalui pengalaman yang dialami secara langsung di lapangan.

Sebenarnya, setiap UKM Mapala di setiap kampus sudah memiliki SOP masing-masing, didalam SOP tersebut dilampirkan pula jalur evakuasi, detail alur komunikasi, rundown, dan muatan di lapangan yang seluruhnya harus bisa dipertanggungjawabkan panitia.

Baca Juga:

4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

4 Dosa Pemilik Jasa Laundry yang Merugikan Banyak Pihak

Akan tetapi, jika ada kelalian yang menyebabkan jatuhnya korban, panitia juga harus menanggungnya. Sebenarnya banyak Mapala tidak menggunakan konsep Diksar yang neko-neko yang menggunakan konsep pendidikan tanpa kekerasan, disamping itu ketegasan panitia penyelenggara untuk mengedepankan kedisiplinan diperlukan untuk membentuk mental peserta yang kuat, tabah, dan bertanggungjawab sebab berkegiatan di alam bebas harus siap di segala kondisi.

Saya berharap tidak ada lagi Diksar Mapala yang memakan korban, alangkah baiknya jika konsep Diksar disamakan dalam Forum Nasional Mapala seperti Temu Wicara dan Kenal Medan (TWKM), sehingga seluruh Mapala saling kontrol dan menunjukkan bahwa tanpa kekerasan Diksar mampu menghasilkan calon anggota yang berkualitas. Apalagi di era digital seperti sekarang ini, Mapala tidak harus identik dengan muka lusuh, rambut gondrong, dan tidak pernah mandi.

Akan tetapi mulai memanfaatkan segala fasilitas yang ada untuk kegiatan yang positif, sehingga citra Mapala di masyarakat luas sesuai kode etik Pencinta Alam Indonesia yang selama ini menjadi dasar. (*)

BACA JUGA Menjadi Pecinta Alam Tanpa Naik Turun Gunung atau tulisan Aldhiyansyah Noerman lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 3 Oktober 2019 oleh

Tags: diksar mapalakorban meninggalMahasiswamahasiswa pecinta alampecinta alam
Aldhiyansyah Noerman

Aldhiyansyah Noerman

ArtikelTerkait

Mahasiswa Universitas Terbuka Nggak KRS-an, Nggak Masalah. Tetap Bisa Kuliah dengan Tenang, kok

Mahasiswa Universitas Terbuka Nggak KRS-an, Nggak Masalah. Tetap Bisa Kuliah dengan Tenang, kok

6 Juli 2023
Mahasiswa Masih Nungguin Uang Kiriman dari Orang Tua Aja Sok-sokan Punya Paylater, buat Apa?

Mahasiswa Masih Nungguin Uang Kiriman dari Orang Tua Aja Sok-sokan Punya Paylater, buat Apa?

24 Oktober 2023

Testimoni Mahasiswa yang Kerja Part Time di Restoran, Dunia Dapur Itu Keras!

5 November 2023
Derita Mahasiswa yang (Sok-sokan) Kerja Part Time, Baru Kerja Sehari Langsung Mundur Teratur

Derita Mahasiswa yang (Sok-sokan) Kerja Part Time, Baru Kerja Sehari Langsung Mundur Teratur

27 Januari 2024
Tawangmangu, Pilihan Jalur yang Tepat untuk Pulang Kampung ke Ponorogo dari Solo Mojok.co

Tawangmangu, Pilihan Jalur yang Tepat untuk Pulang Kampung ke Ponorogo dari Solo

20 Agustus 2024
26 Shortcut Microsoft Word dari A sampai Z yang Wajib Dikuasai Mahasiswa dan Pekerja Kantoran

26 Shortcut Microsoft Word dari A sampai Z yang Wajib Dikuasai Mahasiswa dan Pekerja Kantoran

6 Januari 2024
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Kasta Sambal Finna dari yang Enak Banget Sampai yang Mending Skip Aja

Kasta Sambal Finna dari yang Enak Banget Sampai yang Mending Skip Aja

19 Desember 2025
Tangsel Dikepung Sampah, Aromanya Mencekik Warga, Pejabatnya ke Mana?

Tangsel Dikepung Sampah, Aromanya Mencekik Warga, Pejabatnya ke Mana?

14 Desember 2025
Pengalaman Naik Bus Eka dari Banjarnegara ke Surabaya: Melihat Langsung Orang Berzikir Saat Pedal Gas Diinjak Lebih Dalam

Pengalaman Naik Bus Eka dari Banjarnegara ke Surabaya: Melihat Langsung Orang Berzikir Saat Pedal Gas Diinjak Lebih Dalam

15 Desember 2025
Keluh Kesah Mobil Warna Hitam. Si Cakep yang Ternyata Ribet

Keluh Kesah Mobil Warna Hitam. Si Cakep yang Ternyata Ribet

19 Desember 2025
Boleh Membanggakan SCBD Jogja, tapi Jangan Lupakan Gamping dan Mlati Sleman yang Akan Menjadi The Next SCBD Jogja Barat

Boleh Membanggakan SCBD Jogja, tapi Jangan Lupakan Gamping dan Mlati Sleman yang Akan Menjadi The Next SCBD Jogja Barat

19 Desember 2025
Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

17 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik
  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”
  • Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah
  • Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia
  • Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka
  • Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Menyiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.