Sudah 2 tahun lebih teman saya menjadi penglaju alias komuter Muntilan Jogja. Rumahnya berada di Muntilan, sementara kantornya berada di Jalan Kaliurang atas. Dia sudah kenyang mencicipi asam-garam mengaspal di jalanan Muntilan-Jogja. Saking hapalnya, dia sudah memahami langkah-langkah antisipasi ketika terjadi hal-hal nggak diinginkan di jalanan.Â
Di bawah ini beberapa hal yang selalu dia waspadai ketika nglaju Muntilan-Jogja. Sekali lagi, ini berdasar pengalaman teman saya ya yang tinggal di Muntilan kerja di Jalan Kaliurang ya, pengalaman penglaju lain mungkin bisa berebda.Â
Daftar Isi
#1 Penglaju Muntilan-Jogja harus bersaing dengan truk dan bus
Jalan Magelang, jalan yang menjadi akses utama antara Muntilan dan Jogja, memang mulus. Namun, pengendara harus bersaing dengan bus dan truk setiap hari. Bus antar provinsi yang mengaspal di Jalan Magelang terkenal suka kebut-kebutan. Truk yang melintas tidak kalah menyeramkan. Truk-truk itu memang tidak ngebut, tapi membawa muatan yang suka bikin degdegan pengguna jalan lain. Entah batu besar, pasir, dan lain-lain.Â
Soal kondisi jalan, Jalan Magelang memang sudah mulus. Hanya saja, teman saya sering menemukan beberapa titik yang tidak rata. Kondisi ini membuat kendaraan pengguna jalan sering selip. Entah sudah berapa kali teman saya melihat kecelakaan di Jalan Magelang karena hal tersebut. Â
#2 Remang-remang kalau malam hari
Sebagai jalan antara provinsi, Jalan Magelang sebenarnya terhitung gelap. Lampu penerangan memang ada, tapi masih kurang untuk jalan sebesar itu. Jalan Magelang banyak sekali terbantu oleh penerangan dari toko-toko dan rumah-rumah di pinggir jalan. Kalau tidak ada toko dan rumah di pinggir jalan itu, kemungkinan pencahayaan Jalan Magelang hanyalah remang-remang.
Alasan inilah yang membuat teman saya penglaju Muntilan-Jogja enggan pulang malam hari. Harus bersaing dengan kendaraan besar, beberapa titik jalan tidak rata, masih ditambah pencahayaan yang kurang.Â
#3 Ada jalan alternatif Muntilan-Jogja, tapi …
Sebenarnya, kalau malas lewat Jalan Magelang, teman saya ini bisa lewat jalan dalam yakni jalan yang melewati Turi dan Pakem. Hanya saja, melewati jalan tersebut tidak kalah menantang. Selain gelap kalau malam hari, jarang ada pom bensin dan bengkel/tambal ban di sekitar sana. Apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, teman saya begitu kerepotan. Itu mengapa dia selalu memastikan kendaraannya prima dan terisi bahan bakar sebelum melintasi kawasan itu.
#4 Kesulitan kalau tidak punya kendaraan pribadi
Tidak seperti penglaju Jabodetabek yang bisa memanfaatkan transportasi umum untuk pulang-pergi kerja, penglaju Muntilan-Jogja tidak bisa melakukan itu. Di Jabodetabek, penglaju bisa menggunakan KRL maupun TransJakarta. Namun, penglaju Muntilan-Jogja hanya bisa menggunakan bus antar provinsi dan TransJogja. Transportasi itu pun tidak bisa benar-benar diandalkan karena hanya beroperasi sampai sore hari.
Untuk teman saya yang berkantor di Jalan Kaliurang, setidaknya perlu waktu lebih dari sejam perjalanan. Dia perlu beberapa kali ganti trasnportas dan jalur TransJogja. Waktu yang cukup lama dibandingkan menggunakan kendaraan pribadi yang hanya memakan waktu sejam perjalanan. Â
Nah, di atas beberapa hal yang driasakan teman saya sebagai penglaju Muntilan-Jogja. Kalian juga punya teman yang sehari-hari komuter dari luar provinsi? Bagaimana pengalamannya?Â
Penulis: Kenia Intan
Editor: Kenia IntanÂ
BACA JUGA 5 Alasan Muntilan Magelang Sangat Nggak Cocok untuk Gen Z
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.