Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Profesi

Cuti ASN: Izin Istirahat yang Penuh Tugas Tambahan dan Masih Dibebani Rasa Bersalah

Kevin Nandya Kalawa oleh Kevin Nandya Kalawa
18 Oktober 2025
A A
Mempertanyakan Efisiensi Syarat Administrasi Seleksi CPNS 2024 ASN penempatan cpns pns daerah cuti ASN

Mempertanyakan Efisiensi Syarat Administrasi Seleksi CPNS 2024 (Shutterstock.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Cuti bagi ASN itu ibarat oase di tengah padang tugas. Sebuah hak yang dijamin negara, tapi sering terasa seperti mimpi yang harus diperjuangkan dengan surat, tanda tangan, dan sedikit rasa bersalah.

Di atas kertas, semuanya tampak sederhana: isi formulir, minta paraf atasan, tunggu Surat cuti keluar, lalu pergi berlibur. Tapi di dunia nyata, cuti ASN itu bukan cuma soal waktu istirahat,  ini soal strategi bertahan hidup di tengah budaya kerja yang tak pernah benar-benar tidur.

Cuti yang harus diperjuangkan dengan surat dan niat tulus

Pertama-tama, sebelum bicara soal jalan-jalan atau healing, ASN harus menghadapi ritual sakral: minta tanda tangan atasan. Entah kenapa, momen itu selalu terasa seperti audisi. Kita datang dengan surat cuti di tangan, senyum setulus mungkin, berharap tidak ditanya kalimat yang paling bikin keringat dingin:

“Emang nggak bisa ditunda, ya?”

Dari situ saja sudah kelihatan bahwa cuti bagi ASN bukan hak, tapi izin moral. Kalau jawabnya kurang mantap, bisa langsung direspons dengan nasihat klasik,

“Sabar dulu, kerjaan lagi numpuk.”

Padahal kerjaan memang selalu numpuk. Kalau ditunggu selesai dulu baru cuti, ya mungkin baru bisa cuti pas pensiun.

Saat cuti, tapi tetap jadi admin grup WA

Cuti pun akhirnya disetujui. Surat cuti sudah turun, tiket sudah dibeli, rencana sudah disusun. Tapi sayangnya, yang tidak bisa cuti itu adalah grup WhatsApp kantor.

Baca Juga:

4 Alasan Pegawai P3K Baru Harus Pamer di Media Sosial

Tunjangan Kinerja buat ASN, Beban Kerja buat Honorer, di Mana Adabmu?

Pesan tetap masuk. Ada yang minta file laporan, ada yang tag nama kita, ada juga yang cuma ngirim “Noted 👍” tapi bikin jantung deg-degan. Dan kita, dengan refleks terlatih selama bertahun-tahun, tetap membuka pesan itu meskipun sedang di hotel atau di pinggir pantai.

Kadang, ada rasa bersalah yang aneh kalau tidak membalas. Kayak dosa administratif. Padahal sudah jelas di bio WA kita tertulis “Sedang cuti, akan aktif kembali Senin depan.”
Tapi tetap saja, setiap kali muncul pesan “@Kevin tolong dikirim datanya”, jempol langsung reflek mencari folder di HP.

Mungkin ini yang dimaksud Max Weber kalau bicara tentang etika kerja birokrasi. Tapi entah kenapa di kita etika itu sering berubah jadi kutukan online.

Liburan tapi tetap ngetik laporan

Cuti juga sering kali berubah menjadi cuti setengah hati. Di satu sisi, badan sudah di luar kota. Tapi kepala masih di file Excel, laporan kegiatan, dan notulen rapat yang harus dikirim “sebelum sore ini, ya.” Bahkan di destinasi wisata sekalipun, ASN sejati bisa dikenali. Dia yang duduk di kafe sambil buka laptop. Dia yang diam-diam kabur dari kolam renang anaknya karena “ada yang harus dikoreksi dulu”.

Dan, Dia yang teriak ke istri, “Sebentar ya, ini tinggal satu paragraf lagi kok,” padahal sudah dua jam belum juga selesai.

Kadang saya pikir, mungkin satu-satunya cara ASN bisa benar-benar libur adalah kalau grup WA kantor ikut cuti. Minimal, admin-nya lah.

Cuti, tapi tetap dikirimi surat tugas

Ada juga versi yang lebih ironis: cuti yang disusul surat tugas. Baru saja mau jalan-jalan, tiba-tiba muncul surat dari sekretariat, “Mohon kehadiran Saudara dalam kegiatan sosialisasi di Palangka Raya.” Dan lucunya, tanggalnya pas banget dengan hari cuti yang sudah disetujui.
Akhirnya, daripada ribet, banyak ASN yang lebih memilih mengganti cuti jadi dinas sekalian.

“Lumayan lah, ada SPPD-nya.”

Begitulah cara birokrasi Indonesia menjaga keseimbangan alam: tak ada cuti yang benar-benar cuti, tak ada dinas yang benar-benar dinas.

Cuti dan rasa bersalah nasional

Masalahnya, banyak ASN yang menganggap cuti itu tanda kurang loyal. Padahal justru karena rame itulah kita butuh istirahat, supaya bisa kerja lebih waras. Birokrasi sering lupa, bahwa produktivitas itu bukan diukur dari seberapa lama kita duduk di meja, tapi dari seberapa jernih kepala kita saat mengambil keputusan. Dan kepala yang jernih itu cuma bisa lahir dari tubuh yang sempat napas.

Lucunya, kita sering lebih menghargai ASN yang lembur sampai malam daripada yang berani ambil cuti buat jaga kesehatan mental. Padahal dua-duanya sama pentingnya, hanya beda cara bertanggung jawab.

Di banyak instansi, cuti bahkan jadi semacam drama moral. Begitu ada yang izin, selalu ada yang nyeletuk, “Asik ya, bisa cuti.” Padahal dia cuma memanfaatkan haknya. Tapi di telinga ASN, kalimat itu terdengar seperti sindiran halus dari sistem yang tidak pernah benar-benar percaya pada konsep istirahat.

Akhirnya, banyak ASN memilih menumpuk hak cutinya bertahun-tahun. Dan ketika pensiun, baru sadar: hak cuti yang tidak diambil tidak bisa diuangkan. Ironis, ya. Sudah capek nahan istirahat, eh akhirnya malah hangus juga.

Negeri yang tak pernah benar-benar rehat

Cuti bagi ASN seharusnya jadi simbol bahwa negara juga tahu: manusia punya batas. Tapi entah kenapa, di negeri ini, istirahat justru dianggap kemewahan.

Kita hidup di sistem yang mendorong kerja terus, tapi lupa memberi ruang untuk mengendapkan makna bekerja itu sendiri.
Padahal, ASN yang sempat rehat justru lebih siap menghadapi rapat. ASN yang sempat diam lebih tajam mendengar. ASN yang sempat tidur siang lebih cepat berpikir.

Mungkin sudah saatnya kita berhenti menganggap cuti sebagai pelarian. Karena sesungguhnya, cuti itu bagian dari pelayanan. Pelayanan terhadap diri sendiri.
Dan kalau diri sendiri saja tidak dilayani dengan baik, bagaimana kita mau melayani masyarakat dengan hati yang utuh?

Jadi kalau ada ASN yang sedang cuti, biarkanlah dia benar-benar cuti. Jangan kirimi pesan, jangan tag di grup, dan tolong, jangan panggil pulang hanya untuk rapat koordinasi mendadak yang hasilnya nanti “akan dibahas lagi minggu depan.”

Penulis: Kevin Nandya Kalawa
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Masih Ngebet Jadi PNS? Pikir-pikir Lagi

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 18 Oktober 2025 oleh

Tags: cuti asnjatah cuti asnketentuan cuti asnpns
Kevin Nandya Kalawa

Kevin Nandya Kalawa

Bapak satu anak yang sedang belajar sabar menghadapi dunia dan birokrasi.

ArtikelTerkait

Apes, Ada PNS Telat Gajian sampai 2 Minggu (Unsplash)

Tahun Baru, Gaji (Belum) Baru, bahkan Telat 2 Minggu, PNS Diharapkan Sabar Dulu

7 Januari 2024
5 Rekomendasi Film Pendek tentang PNS yang Perlu Kamu Tonton biar Tahu Susahnya jadi Abdi Negara

5 Rekomendasi Film Pendek tentang PNS yang Perlu Kamu Tonton biar Tahu Susahnya jadi Abdi Negara

5 Oktober 2023
Jadi Admin Media Sosial Pelat Merah Itu Nggak Seenak yang Dibayangkan terminal mojok

Jadi Admin Media Sosial Pelat Merah Itu Nggak Seenak yang Dibayangkan

1 September 2021
4 Hal yang Harus Kamu Renungkan Saat Lulus CPNS terminal mojok.co

4 Hal yang Harus Kamu Renungkan Saat Lulus CPNS

26 Desember 2021
Memahami SKP, Dokumen Resolusi Tahunan Ala PNS Terminal Mojok

Memahami SKP, Dokumen Resolusi Tahunan Ala PNS

31 Desember 2022
pns

Dampak Positif Kalau PNS Beneran Kerja Dari Rumah

10 Agustus 2019
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Malang Nyaman untuk Hidup tapi Bikin Sesak Buat Bertahan Hidup (Unsplash)

Ironi Pembangunan Kota Malang: Sukses Meniru Jakarta dalam Transportasi, tapi Gagal Menghindari Banjir

5 Desember 2025
Nggak Ada Gunanya Dosen Ngasih Tugas Artikel Akademik dan Wajib Terbit, Cuma Bikin Mahasiswa Stres!

Dosen yang Minta Mahasiswa untuk Kuliah Mandiri Lebih Pemalas dari Mahasiswa Itu Sendiri

5 Desember 2025
Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

1 Desember 2025
4 Hal yang Membuat Orang Solo seperti Saya Kaget ketika Mampir ke Semarang Mojok.co

4 Hal yang Membuat Orang Solo seperti Saya Kaget ketika Mampir ke Semarang

3 Desember 2025
Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

30 November 2025
Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

3 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana
  • Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.