Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kampus

Curahan Hati Mahasiswa Jurusan Pertanian yang Selalu Dicap Omong Kosong Soal Kontribusi Swasembada Pangan

Dodik Suprayogi oleh Dodik Suprayogi
3 Oktober 2025
A A
Ambigunya Jurusan Agribisnis, Masuk Fakultas Pertanian tapi 80% yang Dipelajari Justru Ilmu Ekonomi jurusan pertanian

Ambigunya Jurusan Agribisnis, Masuk Fakultas Pertanian tapi 80% yang Dipelajari Justru Ilmu Ekonomi (unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Tulisan ini sebagai curahan hati. Semoga menjawab keresahan mahasiswa jurusan pertanian atau lulusan pertanian yang sering disangka cuman omon-omon tentang kontribusi swasembada pangan

Ah, mahasiswa jurusan pertanian. Kami ini seolah jadi target empuk setiap kali isu swasembada pangan di Indonesia mencuat. Begitu ada berita harga beras naik, gagal panen, atau impor meroket, kami yang kena getahnya. Dicap sebagai “agen penghasil omong kosong” yang kuliahnya cuma buang-buang waktu di tengah krisis agraria.

Seolah-olah, masa depan pangan negara ini sepenuhnya berada di pundak kami yang saban hari cuma bolak-balik ke lab, belajar cara mengawinkan padi, atau menghitung populasi hama. Padahal, realitanya jauh lebih kompleks dari sekadar narasi sinis itu.

Capek juga, kan, dibilangin kuliah capek-capek ujung-ujungnya cuma jadi mantri tani di desa, atau malah kerja di bank yang nggak ada hubungannya sama sawah. Izinkan kami, para pejuang lahan, untuk melancarkan lima pembelaan heroik ini. Bukan untuk mencari simpati, tapi untuk meluruskan sejarah dan realitas.

Biar curahan hati kami, nggak hanya dianggap sebatas keluhan semata.

Kami belajar sistem, bukan sekadar cangkul dan sabit

Stop membayangkan kuliah jurusan pertanian itu cuma berisi praktik mencangkul dan teori menanam padi ala zaman kolonial. Kami ini belajar agrobisnis, bioteknologi, konservasi sumber daya alam, hingga sistem rantai pasok global.

Kuliah kami adalah tentang bagaimana membuat sistem pangan itu efisien, berkelanjutan, dan adaptif terhadap perubahan iklim. Kami nggak cuma belajar gimana cara panen yang banyak, tapi juga soal meminimalisir kerugian petani, pemberdayaan petani, dan kebijakan agraria.

Jadi, ketika ada yang bilang kami omong kosong, artinya sedang meremehkan upaya merombak sistem pangan yang sudah karatan bertahun-tahun. Kami ini sedang disiapkan jadi arsitek pangan, bukan sekadar kuli tani.

Baca Juga:

Curahan Hati Mantri Tani, Dicari Saat Bantuan Tiba, Dicaci Tatkala Gagal Panen Melanda

3 Pertanyaan yang Bikin Mahasiswa Jurusan Pertanian Kesal

Ilmu Pertanian itu bukan ilmu sihir, pagi tanam sore panen

Sering denger, “Kalau mahasiswa pertanian pintar, kenapa negara masih impor?” Logika macam apa ini?

Krisis pangan dan swasembada itu bukan masalah yang bisa dipecahkan dengan skripsi S1. Itu adalah masalah struktural, politis, dan ekonomi yang melibatkan kebijakan impor, konversi lahan besar-besaran, hingga minimnya insentif untuk petani.

Kami, mahasiswa, memang belajar ilmu terbaik. Tapi, ilmu itu perlu modal, kebijakan yang pro petani, dan infrastruktur yang memadai untuk bisa diimplementasikan. Ibaratnya, kami punya penemuan bibit kelapa sawit unggul, tapi biaya sertifikasinya mahal, birokrasinya ribet, dan pemangku kebijakannya nggak peduli.

Jangan salahkan ilmunya, salahkan ekosistemnya yang nggak mendukung. Kontribusi kami itu nyata, tapi efeknya tergerus oleh kepentingan politik dan kapitalis yang mengubah sawah jadi perumahan atau pabrik.

Pertanian bukan hanya soal kuantitas, tapi juga kualitas

Produksi dengan kuantitas tinggi nggak menjamin kualitas yang baik, itulah tugas kami memastikan kualitas pangan aman dan baik.  Coba perhatikan makanan di dapur atau mall-mall. Kenapa cabai sekarang ada yang super pedas, mangga ada yang tanpa biji, atau tomat bisa dikirim antar-pulau tanpa cepat busuk?

Itu semua karena hasil riset dan pengembangan yang dimulai dari kampus pertanian. Kami mungkin nggak bikin revolusi panen yang masif, tapi kami bikin evolusi produk yang berdampak langsung pada gizi dan kualitas hidup semua orang.

Iya, kami ada di balik layar menjamin bahwa apa yang dimakan itu aman dan bergizi. Kami ini silent heroes pangan!

Tidak semua harus jadi petani di sawah, kami berkontribusi di banyak sektor

Pembelaan klise yang paling sering muncul adalah: “Kalau semua pinter, siapa yang mau nyangkul?” Jawabannya mudah: kami nggak harus nyangkul, tapi kami memastikan yang nyangkul itu sejahtera dan produktif.

Kontribusi swasembada itu bukan cuma tentang berjemur di sawah, tapi tentang integrasi ilmu pengetahuan ke dalam seluruh rantai nilai pangan. Kami adalah konektor, inovator, dan fasilitator.

Swasembada bukan hanya peran mahasiswa pertanian, tapi semua orang

Terakhir, dan ini yang paling penting, jangan pernah berpikir swasembada pangan adalah urusan kami, mahasiswa dan petani. Swasembada adalah tanggung jawab nasional.

Sama kayak keberhasilan sebuah tim sepak bola, swasembada perlu tim yang solid. Mahasiswa dan dosen sebagai pelatih, petani jadi striker, pemerintah jadi manager, dan konsumen sebagai kiper.

Kami tidak butuh dicaci, kami butuh dukungan ekosistem. Mari makan produk lokal, lindungi lahan, dan dorong kebijakan yang benar-benar memihak pangan nasional. Tanpa itu, kami akan terus dianggap omong kosong, padahal yang omong kosong itu adalah janji-janji swasembada tanpa eksekusi yang nyata.

Penulis: Dodik Suprayogi
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Derita Saya Menjadi Mahasiswa Jurusan Pertanian di Universitas Negeri

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 3 Oktober 2025 oleh

Tags: agrobisnisjurusan pertanianMahasiswa Jurusan Pertanianswasembada panganteknologi pangan
Dodik Suprayogi

Dodik Suprayogi

Pegiat pertanian yang sedang menempuh pendidikan S2 di Universitas Trisakti.

ArtikelTerkait

Jurusan Pertanian Bukan untuk Mahasiswa “Sultan” yang Alergi Kotor-kotoran Mojok.co

Jurusan Pertanian Bukan untuk Mahasiswa “Sultan” yang Alergi Kotor-kotoran 

1 Juni 2024
Curahan Hati Mantri Tani, Dicari Saat Bantuan Tiba, Dicaci Tatkala Gagal Panen Melanda

Curahan Hati Mantri Tani, Dicari Saat Bantuan Tiba, Dicaci Tatkala Gagal Panen Melanda

12 Agustus 2025
anak tekonologi pangan

Review Kuliner Anti Mainstream ala Anak Teknologi Pangan

23 Juni 2020
Sisi Gelap Jurusan Pertanian: Mahasiswa Rela Membunuh Hewan Pengganggu Tanaman hingga Meracuni Ikan

Sisi Gelap Jurusan Pertanian: Mahasiswa Rela Membunuh Hewan Pengganggu Tanaman hingga Meracuni Ikan

12 Agustus 2023
3 Pertanyaan yang Bikin Mahasiswa Jurusan Pertanian Kesal Mojok.co

3 Pertanyaan yang Bikin Mahasiswa Jurusan Pertanian Kesal

29 Oktober 2024
Derita Saya Menjadi Mahasiswa Jurusan Pertanian di Universitas Negeri

Derita Saya Menjadi Mahasiswa Jurusan Pertanian di Universitas Negeri

5 September 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

4 Desember 2025
QRIS Dianggap sebagai Puncak Peradaban Kaum Mager, tapi Sukses Bikin Pedagang Kecil Bingung

Surat untuk Pedagang yang Masih Minta Biaya Admin QRIS, Bertobatlah Kalian, Cari Untung Nggak Gini-gini Amat!

5 Desember 2025
Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang Mojok.co

Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang

5 Desember 2025
Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

4 Desember 2025
4 Hal yang Membuat Orang Solo seperti Saya Kaget ketika Mampir ke Semarang Mojok.co

4 Hal yang Membuat Orang Solo seperti Saya Kaget ketika Mampir ke Semarang

3 Desember 2025
Brakseng, Wisata Hidden Gem di Kota Batu yang Menawarkan Ketenangan

Brakseng, Wisata Hidden Gem di Kota Batu yang Menawarkan Ketenangan

2 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lagu Sendu dari Tanah Minang: Hancurnya Jalan Lembah Anai dan Jembatan Kembar Menjadi Kehilangan Besar bagi Masyarakat Sumatera Barat
  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.