“Eh, siapa nih yang ngucapin buka puasa buat kamu yang jomblo? Iklan sirup? Hahaha,” seorang teman tertawa puas di ujung telpon.
Seketika saya terdiam. Kemudian tak sengaja memandangi wajah seorang wanita paruh baya yang menuangkan sirup di iklan televisi. Lalu memandangi wajah ibu yang terdapat pada layar ponsel.
“Bu, rindu,” ucap saya yang hanya bisa dalam batin.
Buka puasa memang tidak perlu menunggu ucapan, cukup dengan doa yang dilangitkan kepada orang-orang tersayang. Sebagai perantau atau seseorang yang hampir tidak pernah genap menghabiskan bulan Ramadan di rumah, menerima pertanyaan lelucon seperti itu memang sedikit menyebalkan. Hanya dapat berbuka sendirian dan sekali-kali mendapat ucapan dari orang tua secara daring. Dan memang betul, bahkan iklan sirup lebih rajin mengucapkan selamat berbuka daripada siapapun.
Iklan-iklan televisi di bulan Ramadan memang cenderung memiliki ciri khasnya tersendiri. Lebih emosional dan pastinya mengandung unsur keagamaan. Yah, di bulan puasa ini, jelas banyak iklan dan acara televisi yang mengandung unsur keagamaan dengan tujuan untuk mengajak kebaikan. Ia sekaligus membangkitkan sisi emosional kita tentang betapa nyamannya menghabiskan Ramadan dengan keluarga di rumah.
Iklan Ramadan yang emosional semakin sering digunakan oleh perusahaan untuk memperdalam hubungan sebuah merek dengan konsumennya, tak terkecuali di Indonesia. Cerita yang emosional menjadi kunci untuk memenangkan hati pemirsa, yang dapat membangun koneksi yang semakin berarti antara konsumen dengan sebuah brand.
Hal ini memang berkaitan erat dengan strategi bisnisnya. Para pebisnis bahkan sanggup membayar iklan di media-media agar keuntungan dari produknya lebih meningkat lagi. Nah, biasanya mendekati hari-hari jelang Ramadan ini, para pengiklan akan memasang iklan di banyak media terutama televisi dengan tema spesial Ramadan. Banyak di antara mereka bahkan membuat sekuel iklan agar dapat membuat penonton penasaran kelanjutannya.
Iklan-iklan televisi yang di bulan Ramadan memang cenderung menampilkan sebuah cerita singkat. Selain untuk memasarkan produk, iklan ditampilkan dengan membawa makna tersendiri dan emosional. Hal ini membuat saya menyimpulkan bahwa ada hal-hal unik, bahkan ciri khas yang kemudian menandai iklan-iklan yang tampil di televisi pada bulan Ramadan.
Menurut pengamatan saya, cerita-cerita dalam iklan yang paling sering kita jumpai saat Ramadan, di antaranya:
Pertama, cerita tentang orang-orang yang tetap bekerja dan lembur di hari Ramadan. Sehingga, ketika orang lain buka puasa dan sahur ditemani oleh orang-orang terdekatnya, mereka harus tetap bekerja demi orang-orang yang harus dibahagiakan. Kebersamaan ketika Ramadan memang paling sukses menyentuh emosional penonton.
Kedua, iklan yang menampilkan seni bela diri atau keterampilan anak muda. Nah, cerita seperti ini paling sering ditemui dalam iklan sirup M*rjan. Iklan yang paling khas di bulan Ramadan. Iklan ini bisa mencapai tiga episode berbeda dalam sebulan. Selain itu, iklan tersebut biasanya memang berkisah disertai dengan laga atau menampilkan keterampilan anak muda, hingga budaya suatu tempat.
Ketiga, cerita yang selalu diakhiri dengan damai saat buka puasa. Bagaimanapun problem cerita yang terdapat dalam sebuah iklan, hampir akan selalu ditampilkan akhir damai ketika buka puasa. Baik berupa buka bersama dalam satu meja atau sekedar minum teh botol Sosr* di pinggir jalan. Bersama teman, keluarga bahkan orang asing yang baru saling bertemu.
Keempat, cerita seorang anak yang sedang (latihan) berpuasa. Biasanya iklan-iklan dengan cerita seperti ini merupakan iklan makanan, iklan susu, atau iklan bumbu dapur. Dengan seorang anak yang sedang berusaha menahan lapar dengan wajah lesu. Lalu sang ibu memasak dengan produk yang diiklankan. Setelah itu, biasanya sang anak akan menyiapkan menu berbuka yang telah dimasakkan sang ibu sembari menunggu kepulangan ayahnya. Atau cerita tentang seorang anak yang sedang semangat belajar berpuasa, kemudian dihadiahi segelas susu ketika berbuka.
Kelima, iklan sarung. Bulan Ramadan memang dikenal dengan bulan di mana setiap orang pasti berlomba-lomba dalam beribadah. Salat Tarawih di masjid atau tadarus Alquran. Pakaian dijadikan sebagai salah satu hal yang berpengaruh dalam beribadah. Alhasil, iklan pakaian muslim banyak bertebaran di televisi ketika bulan Ramadan. Di antara banyaknya pakaian muslim, yang paling sering tayang di televisi ketika bulan Ramadan adalah iklan sarung. Berbagai macam merek sarung biasanya akan muncul di televisi, salah satunya diikuti dengan adegan bela diri yang menjadi ciri khas tradisi masyarakat Indonesia itu sendiri. Kampung dan masjid yang menjadi latar memang sering kali sukses membuat penontonnya terbawa suasana.
Begitulah, cerita-cerita dalam iklan Ramadan memang kerap menyentuh hati. Selain itu, ucapan sahur dan berbuka selalu ada dalam iklan-iklan Ramadan tersebut. Daripada menunggu ucapan selamat berbuka-selamat sahur-selamat berpuasa dari doi, iklan-iklan di televisi lebih setia menemani.
BACA JUGA Esai-esai Terminal Ramadan Mojok lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.