Setelah saya menulis tentang jenis-jenis ayam, perasaan kurang puas untuk menggali lebih dalam tentang dunia per-ayam-an yang menghampiri saya. Akhirnya, saya lakukan lagi riset kecil-kecilan dengan metode yang diambil dari kitab Al-Ngawuriyah. Metodenya yakni dengan semakin memperhatikan dan mencoba menerapkan perlakuan yang berbeda terhadap setiap jenis-jenis ayam. Beberapa hari ini saya coba untuk langsung menerapkannya. Dan perlu diingat bahwa hasil yang nanti akan dibahas hanya berposisi sebagai hipotesa. Namun dari sini setidaknya saya mendapat beberapa fenomena yang agak menggemaskan.
Telah diketahui bersama bahwa pada setiap ayam dengan jenis berbeda, mereka memiliki ciri khas, kepribadian, dan karakteristiknya masing-masing. Ayam kampung dengan kepribadian aktif, anti-mainstream, dan berdikari dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Ayam broiler yang ingin selalu dimanja, dan ayam joper yang kepribadiannya agak moderat dan setengah-setengah. Untuk kali ini, saya izin menambahkan satu jenis ayam lagi. Saya menemukan dan melihatnya di halaman rumah tetangga, yakni ayam jago.
Untuk ayam jago ini, kerjaannya setiap hari ya di-training, fit and proper test, pemanasan, dan sering di berikan wadah untuk sparing bertarung dengan ayam jago lain. Harganya dipatok sesuai dengan jam terbang bersilat dari ayam jago tersebut. Kalau sering menang, dia mahal. Kalau sering kalah, lebih baik disembelih dan dimakan saja.
Kembali lagi pada penerapan metode perlakuan terhadap jenis-jenis ayam. Pertama, saya mencoba perlakuan terhadap ayam kampung yang kodratnya sebagai ayam tangguh. Saya mencoba untuk memberinya makan, memanjakannya, diberi kurungan, dan segala perlakuan yang sama sekali bertentangan dengan kebiasaannya. Setelah dilihat-lihat, si ayam kampung yang awalnya liar, jadi hampir mirip dengan ayam joper yang kepribadiannya setengah-setengah. Kemudian saya coba untuk melepas dan membebaskannya. Setelah saya amati lagi, ayam kampung ini justru tidak berperilaku seperti di awal yang tak ingin dimanja dan mandiri. Ayam kampung yang saya beri semacam P4 di masa orba menjadikan potensi ke-ayamkampungan-nya tidak maksimal.
Kedua, saya coba untuk menerapkan metode perlakuan berbeda terhadap ayam broiler yang gampang insecure itu. Saya memperlakukan ayam broiler dengan cara membebaskannya. Harapan saya di awal, agar ayam ini tidak lagi manja dan tidak gampang mati. Setelah metode pendidikan pembebasan ini saya lakukan, ayam broiler ini pada awalnya agak susah menyesuaikan diri. Dalam mencari makanan, dia masih kalah gercep dengan ayam kampung yang sejati. Memang susah di awal, tapi untuk selanjutnya mungkin dia langsung belajar bagaimana caranya agar tidak mati ketika hidup di luar kebiasaannya.
Untuk hasilnya, si ayam broiler ini tidak tumbuh sebesar ayam yang diberikan makanan dan konsentrat secara rutin beserta perawatan yang intens. Perkembangannya jadi agak lambat dan dia tidak menjadi sebagaimana biasanya dilihat. Namun setidaknya, dari sini saya belajar perjuangan tak henti-henti dari ayam broiler dalam bertahan hidup. Walaupun pertumbuhannya tak maksimal seperti kawan-kawannya, dia masih ikhlas menerima apa saja yang terjadi pada dirinya. Lantas, jati diri ayam pada umumnya terlihat dan muncul menjadi bagian dari dirinya. Tidak gembul, tidak terlalu manja, dan tidak gampang insecure. Mungkin karena ia telah dewasa karena telah makan asam garam dan kepalanya sering dibenturkan dengan godaman keras kehidupan dunia perayaman di luaran.
Ketiga, paling tidak membuahkan hasil signifikan adalah pada si ayam joper. Sebab awalnya ia memang punya kepribadian setengah-setengah. Dia jadi ayam yang biasa saja. Ayam pada umumnya. Dan memang, tak ada yang berubah dari dirinya. Dikandangi oke, dibebaskan juga oke. Memang kepribadiannya seperti itu.
Keempat adalah ayam jago. Jenis ini memang diperlakukan secara khusus oleh pemiliknya. Jatah makan yang harus disesuaikan dengan bobotnya, penambahan pakan jagung yang masih utuh agar paruhnya kuat, penambahan suplemen dan vitamin, waktu memandikan secara khusus, dijemur agar dapat vitamin D supaya pertumbuhan tulang dan bulunya maksimal. Serta latihan-latihan fisik yang akan membuat ayam terbiasa bekerja keras, kuat, dan tidak ngos-ngosan saat bertanding dilakukan pada ayam jago agar jadi jawara di dunia perayaman.
Lantaran saya tak punya, maka saya langsung tanya saja pada yang memiliknya. Bagaimana jika ayam ini diperlakukan secara biasa dan seperti ayam pada umumnya tapi dibuat sebagai ayam aduan? Jawabannya pasti dia tidak terlalu kuat, sering kalah, cepat ngos-ngosan, bahkan punya mental cemen dan langsung keder ketika melihat lawannya. Bukannya bertarung, tapi dia akan langsung lari terbirit-birit karena ketakutan.
Demikianlah sedikit khazanah perayaman yang mungkin tidak berguna ini. Namun dari sini, saya justru menyadari konsep pendidikan. Ini bisa jadi berlaku juga bagi manusia. Setahu saya, model pendidikan kita itu hampir sama dengan perlakuan saya terhadap ayam kampung yang memanjakannya, merawat dengan intens, dst. Namun, kalau melihat lagi hasil yang belum tentu benar di atas serta dengan mengingat bahwa kepribadian manusia yang lebih kompleks dari pada ayam, kok rasanya ada yang salah, ya?
Kalau saya berkepribadian ayam kampung, agar menjadi ayam kampung sejati, ya pendidikannya harusnya dibebaskan. Kalau saya berkepribadian ayam jago, agar saya jadi pionir dan jawara, maka perlakuan khusus harus diberikan. Dan kalau saya ayam broiler, maka pendidikan saya ya agak dimanja, disuapi makanan, dst. Bukan malah menyamaratakan model pendidikan tertentu terhadap heterogenitas ayam maupun manusia. Kan nanti perkembangannya jadi tidak maksimal dan akan sukar menemukan kelebihan serta kekurangan masing-masing.
BACA JUGA Mengungkap Kepribadian Seseorang dari Posisi dan Caranya Nonton Bokep dan tulisan Firdaus Al Faqi lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.