Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Featured

Bukan Salah Selera Pembaca Wattpad, tapi Kapitalisme dengan Jurus Romansanya

Oda Sekar Ayu Issusilaningtyas oleh Oda Sekar Ayu Issusilaningtyas
30 Desember 2020
A A
Bukan Salah Selera Pembaca Wattpad, tapi Kapitalisme dengan Jurus Romansanya terminal mojok.co

Bukan Salah Selera Pembaca Wattpad, tapi Kapitalisme dengan Jurus Romansanya terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Sore itu salah seorang penggiat literasi yang saya kenal membagikan melalui akun media sosialnya, sebuah artikel bertajuk “Wattpad Menunjukkan Betapa Menyedihkannya Selera Kebanyakan Pembacanya” yang tayang di kanal Terminal Mojok. Saya tertegun sejenak. Awalnya ingin kesal, tapi akhirnya ikut tertawa.

Saya tertawa karena sebetulnya tulisan itu sangat tepat, hanya banyak orang tidak ingin mengakuinya. Ketika saya membaca artikel tersebut, tawa saya hilang dan digantikan oleh kerut-kerut di dahi yang tidak kunjung menghilang. Saya berpikir panjang mengenai banyak hal, sebagian besar mengenai ketidakpahaman saya melihat bagaimana fenomena ini dijelaskan dengan begitu sederhana. Padahal, jelas, ini bukan masalah sederhana.

Inti dari tulisan yang dibuat oleh Hilman Azis tersebut adalah sesuatu yang sudah diketahui banyak orang-orang yang menyukai kegiatan membaca dan menulis, apalagi di ranah digital.

Jika boleh mengutip, Hilman Azis menyebut fenomena tersebut sebagai “cerita (di Wattpad-red) yang mendapatkan jumlah pembaca yang banyak hampir semua begitu-begitu aja, genre romansa remaja dengan tema dan pola yang serupa.” Lalu fenomena yang begitu besar dan menarik ini dikecilkan menjadi urusan (yang sekali lagi saya kutip secara langsung) “selera pembaca Wattpad di Indonesia yang mayoritas adalah para remaja dan dewasa awal, mudah ditebak, selalu tentang cinta dengan pola yang sama dan berulang-ulang.”

Sontak hal tersebut membuat saya mengerutkan dahi. Jika kita semua terjebak dengan kata selera yang begitu subjektif dan adalah hak masing-masing pribadi, bagaimana kita akan bisa sampai pada tujuan utama untuk meningkatkan literasi di skena penerbitan buku di Indonesia?

Pasalnya, permasalahan utama yang sebetulnya disampaikan juga dalam tulisan oleh Hilman Azis adalah kurangnya variasi (terutama urusan topik dan isu) pada karya fiksi di Indonesia (atau dalam ranah yang lebih kecil, Wattpad). Lalu, jika saya boleh menambahkan sesuai pengamatan saya pribadi, masalah lainnya adalah masih kurangnya kualitas tulisan dari segi diksi yang digunakan dan hal itu.

Tentu saja, ini berhubungan erat dengan “panggung” atau “wadah” yang tersedia bagi karya-karya dengan tema lain di luar romansa dan urusan bucin-bucinan yang juga bertaburkan diksi yang kaya. Mari bersepakat bahwa ini memang sebuah kekacauan. Ingat, untuk dapat berubah menjadi lebih baik, kita harus menerima dan mengakui hal-hal buruk yang terjadi.

Jadi, kini kita lanjutkan tulisan ini dengan sebuah hipotesis asal-asalan dari saya yang mungkin akan terdengar terlalu berani dan mengada-ada. Dalam hipotesis saya ini, saya menghubungkan Wattpad dengan industri penerbitan secara keseluruhan. Lantaran faktanya, saat ini banyak bermunculan buku dan novel yang diambil dari karya-karya yang sebelumnya tayang di aplikasi Wattpad.

Baca Juga:

Dampak Negatif dari Popularitas Aplikasi Wattpad bagi Penulis Baru yang Asal Nulis dan Malah Star Syndrome

Fungsi Jas Almamater Siswa itu Apa sih? Kan Sudah Ada Seragam? Ini Sekolah atau Butik?

Maka, alih-alih menggunakan selera sebagai kambing hitam dari kekacauan ini, saya merasa sistem kapitalisme yang terlalu mengakar dalam industri ini secara keseluruhan adalah subjek yang seharusnya menerima paling banyak kecaman. Berdasarkan Oxford Dictionaries, pada dasarnya kapitalisme adalah sistem ekonomi di mana perdagangan, industri, dan alat-alat produksi dikendalikan oleh pemilik swasta dengan tujuan memperoleh keuntungan dalam ekonomi pasar.

Dalam kasus literasi dan Wattpad di Indonesia, pemilik modal yang menguasai industri ini, bergerak semata-mata ke arah pasar yang memiliki keuntungan terbesar. Siapakah pasar dengan keuntungan terbesar itu? Tentu saja masyarakat yang sudah bertahun-tahun terbuai dengan kisah romansa bak dongeng putri dan pangeran yang menghantar anak-anak kecil tertidur ke dalam mimpi indah.

Dalam sistem yang lebih besar dari sekadar industri penerbitan maupun industri literasi di mana Wattpad sebetulnya bergerak, sistem kapitalisme bekerja dengan begitu keras sehingga orang-orang merasa sesak dibuatnya. Kesesakan itu perlu ditutupi agar tidak terjadi kerusuhan besar manakala orang-orang tak lagi merasa ini adalah sesuatu yang mungkin tidak seharusnya terjadi. Romansa adalah alat paling mutakhir untuk membuai kesadaran publik. Pendapat saya ini tidak terbatas pada fenomena Wattpad dan selera baca yang ada di Indonesia saat ini, tapi juga fenomena literasi romansa dan kapitalisme secara keseluruhan di belahan dunia manapun.

Hubungan dekat antara romansa dan kapitalisme juga pernah disampaikan oleh Laurie Essig yang adalah seorang Profesor Sosiologi di bidang heteroseksualitas di Middlebury College (Amerika Serikat). Essig menyampaikan gagasannya ini pada gelaran TEDxVienna yang tayang di kanal YouTube TEDx Talks pada 10 Desember 2014.

Dalam pidato dan penjelasannya, Essig menyampaikan gagasan singkat bahwa kapitalisme memodifikasi perasaan kita menjadi sesuatu yang kita beli, salah satunya novel-novel romansa. Di samping itu, dari sistem kecil tersebut dengan romansa yang telah dimodifikasi, sistem kapitalis menyandera kepekaan kita akan isu-isu lain di luar janji manis cerita romansa.

Kita tidak lagi butuh mempertanyakan hal-hal lain yang barangkali kurang tepat dalam hidup kita karena kisah romansa sudah menjadi pelipur lara yang tepat. Bahkan, dari pelipur lara yang memanipulasi kesadaran kita, sistem ini bergerak kembali mendapatkan keuntungannya sendiri.

Maka, sadar atau tidak, industri penerbitan kita telah lama terkungkung dalam sebuah sistem yang tidak membiarkannya lari dari pusat keuntungan yaitu produk-produk yang memodifikasi perasaan manusia, apa pun itu bentuknya. Sekali lagi, hal ini terbukti ketika pada Februari 2019, Dhania Sarahtika dari Jakarta Globe mengeluarkan artikel yang mempertanyakan mengenai variasi topik dan isu dalam skena literasi novel young adult (YA) untuk sasaran pembaca dewasa-muda di Indonesia.

Dalam tulisan berjudul “Where Are the Serious Young Adult Novels in Indonesia?”, Dhania Sarahtika mencoba menyandingkan jajaran judul novel YA di Indonesia dengan judul-judul yang terbit di negara lain. Terlihat fenomena dan fakta bahwa novel YA di Indonesia jarang sekali menyentuh isu-isu serius sementara negara lain sudah memiliki novel-novel YA yang mengangkat tema “berat” seperti isu imigran, deportasi, homoseksual, penyintas kanker, bunuh diri remaja, dan lain-lain.

Ketika mencoba mendapatkan penjelasan mengenai hal ini dengan menanyakannya pada editor YA dari salah satu penerbit besar di Indonesia, jawaban yang didapatkan dan saya kutip langsung adalah demikian, “Most of our readers are girls who love romance. They feel life is hard enough, so they read for entertainment. Heavy topics stress them out. They don’t even like sad ending.” (Kebanyakan pembaca kami adalah perempuan yang menyukai romansa. Mereka merasa hidup sudah cukup berat sehingga mereka menjadikan bacaan sebagai hiburan. Topik-topik yang berat membuat mereka stres. Mereka bahkan tidak menyukai akhir yang menyedihkan.)

Apakah hal ini masih kurang cukup jelas menunjukkan bahwa kapitalisme dan literatur di Indonesia sudah begitu lama saling menjalin hubungan erat?

Sekarang, apa yang kira-kira dapat kita lakukan alih-alih menyalahkan sistem yang sudah ada? Ketika membaca ini membuat Anda bisa menerima bahwa permasalahan ini sudah jauh di luar selera, saya rasa saat itulah kita baru bisa melanjutkan diskusi ke arah berikutnya, yaitu perubahan.

Sebelum itu, Anda dan saya harus sama-sama mengakui hal ini terlebih dahulu. Kita harus sama-sama yakin bahwa berhentinya perkembangan literasi di Indonesia bukan urusan Wattpad maupun selera. Selera memang berbeda-beda, tapi sifatnya yang subjektif tidak menjadikannya landasan yang tepat untuk bergerak.

Selera dapat berubah sesuai dengan kebutuhan dan keadaan. Selera hanyalah kambing hitam dan kita perlu untuk sekali lagi melihat lebih jauh ke dalam sistem yang saat ini berjalan di industri literasi dan penerbitan Indonesia. Kita perlu sama-sama yakin bahwa ini adalah masalah yang perlu diselesaikan. Pasalnya jika tidak, rencana besar revolusi pendidikan Indonesia untuk meningkatkan literasi di Indonesia akan menjadi mentah dan tidak berdaya.

Ingat, literasi bukan hanya tentang membaca atau menulis. Jauh lebih dari itu, literasi adalah kemampuan berbahasa. Kemampuan literasi, menurut UNESCO berhubungan erat dengan kompetensi bidang akademik, konteks nasional, institusi, nila-nilai budaya serta pengalaman.

Permasalahan ini besar karena ini berarti kemampuan literasi masyarakat Indonesia secara komunal, menjelaskan begitu banyak hal termasuk akademik, institusi, nilai budaya, dan pengalaman yang nyata di negara ini. Apakah selamanya kita ingin menjadi masyarakat yang terbuai dalam isu-isu romansa untuk melupakan isu-isu dan 99 masalah lainnya yang sebetulnya juga ada dalam kehidupan kita, tapi tidak pernah dituangkan dalam kegelisahan berbentuk tulisan dan bacaan?

Sudah menjadi kewajiban kita sebagai warga negara, untuk memutuskan.

BACA JUGA Balasan untuk Tulisan Mas Aziz: Memang Kenapa Jika Selera Pembaca Wattpad bagi Anda Begitu Menyedihkan?

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 29 Desember 2020 oleh

Tags: Kapitalismeromansawattpad
Oda Sekar Ayu Issusilaningtyas

Oda Sekar Ayu Issusilaningtyas

Pembaca dan penulis melalui beberapa kanal digital seperti Goodreads @oda sekar ayu, Wattpad @mongseptember, dan Instagram @tulisan.mong. Berharap bisa memberi perubahan kecil melalui tulisan-tulisan kecil yang bermakna.

ArtikelTerkait

fan fiction situs baca mojok

4 Rekomendasi Aplikasi Baca Fan Fiction

27 Desember 2020
Halo IndoAlfa, Sebagai Ibu Rumah Tangga Saya Usul Pajang Kinder Joy di Tempat Kapur Barus Aja

Halo IndoAlfa, Sebagai Ibu Rumah Tangga Saya Usul Pajang Kinder Joy di Tempat Kapur Barus Aja

31 Desember 2019
5 Premis Cerita Wattpad yang Klise dan Menghina Logika Pembaca Terminal Mojok

5 Premis Cerita Wattpad yang Klise dan Menghina Logika Pembaca

18 Januari 2023
senja hari minggu

Senja Kelabu di Hari Minggu

23 Juni 2019
Kapitalisme Membuat Kita Tidak Bisa Menjadi Manusia dan Pengangguran di Saat Bersamaan

Kapitalisme Membuat Kita Tidak Bisa Menjadi Manusia dan Pengangguran di Saat Bersamaan

27 November 2019
Fungsi Jas Almamater Siswa itu Apa Sih? Kan Sudah Ada Seragam? Ini Sekolah atau Butik?

Fungsi Jas Almamater Siswa itu Apa sih? Kan Sudah Ada Seragam? Ini Sekolah atau Butik?

13 Oktober 2023
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

5 Hal yang Bikin Orang Solo Bangga tapi Orang Luar Nggak Ngerti Pentingnya

5 Hal yang Bikin Orang Solo Bangga tapi Orang Luar Nggak Ngerti Pentingnya

29 November 2025
4 Alasan Saya Lebih Memilih Ice Americano Buatan Minimarket ketimbang Racikan Barista Coffee Shop Mojok.co

4 Alasan Saya Lebih Memilih Ice Americano Buatan Minimarket ketimbang Racikan Barista Coffee Shop

4 Desember 2025
Video Tukang Parkir Geledah Dasbor Motor di Parkiran Matos Malang Adalah Contoh Terbaik Betapa Problematik Profesi Ini parkir kampus tukang parkir resmi mawar preman pensiun tukang parkir kafe di malang surabaya, tukang parkir liar lahan parkir

Rebutan Lahan Parkir Itu Sama Tuanya dengan Umur Peradaban, dan Mungkin Akan Tetap Ada Hingga Kiamat

2 Desember 2025
4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

1 Desember 2025
Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

1 Desember 2025
5 Hal yang Jarang Diketahui Orang Dibalik Kota Bandung yang Katanya Romantis Mojok.co

5 Hal yang Jarang Diketahui Orang di Balik Kota Bandung yang Katanya Romantis 

1 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.