Kejayaan Bioskop Marina Tegal Tidak Bersisa, Kini Tinggal Gedung Lapuk yang Hampir Ambruk

Kejayaan Bioskop Marina Tegal Tidak Bersisa, Kini Hanya Gedung Lapuk yang Hampir Ambruk Mojok.co

Kejayaan Bioskop Marina Tegal Tidak Bersisa, Kini Hanya Gedung Lapuk yang Hampir Ambruk (unsplash.com)

Warga Tegal yang berusia di atas 30 tahun pasti tidak asing dengan Bioskop Marina. Bioskop yang terletak di area Marina Departement Store itu menyimpan banyak kenangan warga Tegal. Sayangnya, bioskop yang laris manis di tahun 1980-an hingga 1990-an itu sudah gulung tikar pada 2011. Kini tinggal gedung lapuk yang siap ambruk.

Saya adalah satu warga Tegal yang punya kenangan manis di Bioskop Marina. Masih jelas betul di ingatan, saya bersama keluarga menonton film “The Lion King” di sana. Itu menjadi film pertama yang saya tonton di bioskop. Saya agak lupa tahun pastinya, yang jelas, pada waktu itu saya masih kelas 5 SD. 

Kenangan itu semakin berkesan karena bioskop bukanlah hiburan murah bagi keluarga saya. Pada waktu itu, kami menonton bioskop dengan maksud tertentu, mengobati penyakit gondong yang saya derita. Jadi, alih-alih fokus pada film yang diputar, ibu justru mengelus gondong sambil berharap penyakit itu tidak lagi menempel pada saya. 

Tidak berapa lama sejak kejadian itu, gondong saya sembuh. Aneh, memang. Namun yang jelas, tiap kali melintas di depan gedung bekas bioskop Marina, ingatan saya langsung tertuju pada film “The Lion King” dan penyakit gondong.

Sebelum medsos, mobil boks adalah kunci promosi film

Membicarakan Bioskop Marina Tegal tidak akan jauh-jauh dari mobil boks yang difungsikan sebagai promosi film. Mobil boks milik Bioskop Marina itu dimodifikasi sedemikian rupa. Biasanya di bagian belakang mobildipasang papan besar untuk menempel poster film yang sedang tayang. 

Sementara itu, bagian atas mobil boks dipasang pengeras suara seukuran pengeras suara musala, cukup besar. Petugas akan mengajak warga untuk menonton film yang sedang tayang melalui pengeras suara itu. Asal tahu saja, pengeras suara sangat kencang, mustahil kalau orang disekitar mobil boks tidak mendengarnya.

Secara rutin, mobil boks ini akan berkeliling kota demi mempromosikan film. Kalau dipikir-pikir, mobil boks ini sangat mengganggu, benar-benar polusi suara. Namun, sekarang rindu juga. 

Bioskop Marina Tegal nasibmu kini

Saya yakin, tidak hanya saya yang punya kenangan dengan Bioskop Marina Tegal. Apalagi, di masa kejayaannya, kawasan ini menjadi tempat nongkrong hit anak muda Tegal. Entah berapa banyak pasangan muda-mudi yang menghabiskan malam Minggu di tempat ini. Apalagi, pada saat itu pilihan hiburan belum terlalu banyak. 

Kini, saya hanya bisa mengelus dada ketika melewati Bioskop Marina. Kejayaan itu tidak bersisa sama sekali. Gedung bioskop terlihat usang dan lapuk karena tidak terawat. Bahkan, terkesan membahayakan karena seolah-olah bisa ambruk kapan saja. 

Saya serius. Kondisi gedung bekas bioskop itu bisa ambruk sewaktu-waktu dan membahayakan pedagang di sekitarnya. Bioskop Marina memang sudah lama gulung tikar, tapi masih banyak pedagang kaki lima di sekitar sana. Siang, sore, dan malam mereka selalu di sana karena pembelinya memang banyak. 

Saya bertanya-tanya, kenapa gedung ini tidak diperbaiki saja ya. Kalau pemilik memang tidak sanggung merenovasinya, kenapa tidak dijual saja ya? Pertanyaan-pertanyaan itu membayangi. 

Ternyata, berdasar kabar burung yang beredar, gedung mangkrak ini sebenarnya sudah dijual oleh pemiliknya. Hanya saja, harga jualnya di luar nalar sehingga tidak ada yang bersedia membeli. Ada juga yang mengatakan, pemilik memang tidak berniat menjualnya karena sudah sudah punya banyak uang. 

Entah kabar mana yang benar, yang jelas, menyia-nyiakan gedung ini adalah kebodohan. Selain berbahaya, gedung ini sebenarnya punya nilai di mata warga Tegal. Kalau tidak menjadi gedung bioskop, gedung sebenarnya bisa difungsikan untuk hal lain mengingat posisinya yang strategis. Syukur-syukur menjadi tempat ikonik di Tegal.

Penulis: Dyan Arfiana Ayu Puspita
Editor: Kenia Intan 

BACA JUGA Bioskop Permata Jogja: Berdiri Sejak Zaman Belanda, Pernah Jadi Primadona, Kini Tinggal Cerita

 Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version